Chapter 16

247 54 32
                                    

Jangan lupa klik bintang di pojok kiri.

Happy Reading.

.

.

Sebuah mahakarya terindah yang Tuhan ciptakan. Terlihat apik dipandang, tak ada celah sedikitpun. Sifat maupun sikap Hoseok terlampau baik di mata semua orang. Namun mereka belum sepenuhnya mengenal seorang Jung Hoseok.

Namja itu berjalan dengan santai. Mengabaikan orang-orang yang sedang asik bercumbu di sekitarnya. Atau sekedar menikmati musik yang diputar. Untuk kesekian kalinya. Ia sudi menampakkan kaki di tempat ini.

Kedua bola mata memutar sejenak memantapkan langkah. Merasakan rasa sakit yang selama ini ia pendam. Bersikap netral ataupun tidak. Semua itu bukan hal yang penting saat ini. Hanya satu yang ada dipikirannya. Menemui sahabatnya Kim Namjoon. Ia berjalan ke ruangan paling ujung. Mengabaikan omongan seorang bodyguard yang sedari tadi ingin mencegahnya masuk. Namun tersirat rasa takut, ketika Hoseok menatapnya dengan tajam.

"Berhenti menghalangi langkahku. Atau kupenggal kepalamu sekarang juga."

Hoseok pun membuka pintu dengan kasar. Mengabaikan tatapan marah seseorang yang sedang meringkuk di lantai itu.

"Kenapa kau ke sini?"

Sekali lagi Hoseok, mengabaikan orang-orang yang berbicara dengannya. Berpura-pura tuli berjalan angkuh duduk dimeja kebesaran Kim Namjoon dengan kedua kaki menyilang di atas meja.

"Kau punya rokok?" tanya Hoseok membuat Namjoon terkejut. Namja berlesung pipi itu memutar bola matanya malas. Ia mengibaskan tangan kanannya isyarat agar kedua bodyguard nya segera pergi.

"Tidak. Aku bukan Yoongi hyung," ucap Namjoon berjalan kearah nakas. Membuka salah satu laci, setelah itu melemparkan dengan sengaja kearah Hoseok.

"Lalu ini apa?" tanya Hoseok secara refleks menangkap sebungkus rokok.

"Punya Yoongi hyung," jawab Namjoon seadanya.

"Apa masih sakit?" tanya Hoseok yang sedang menyalakan pematik api. Membakar benda penuh dengan zat nikotin, yang membuat siapa saja candu untuk selalu menghisapnya.

"Kau pikir?"

"Tidak sakit, kurasa. Aku memukulmu pelan tadi," ucap Hoseok santai. Sesekali mengeluarkan asap dari mulut dan hidungnya.

"Cih, kau sengaja memukulku dengan keras brengsek," ucap Namjoon geram. Sedangkan Hoseok terkekeh setelah mendengar umpatan Namjoon.

"Hanya untuk berjaga-jaga. Agar orang-orang itu percaya aku berada di pihak Taeri--" Hoseok mengeluarkan asap dari mulutnya. Sebelum kembali menatap Namjoon. "Lagi pula. Itu bukan yang kau mau."

Namjoon menghembuskan napas lelah. Terlalu sulit hidup dengan perahara yang kian lama kian memanas. Ia tau ketika Taeri menghampirinya, suruhan Tuan Kim selalu mengikuti adik kecilnya itu. Maka dari itu Namjoon harus berpura-pura membenci Taeri. Untung saja ada Hoseok yang memang sedari awal ingin bertemu dengannya. Namun karena ada Taeri Hoseok mengurungkan niatnya menemui Namjoon.

"Bagaimana keadaan Taeri?" tanya Namjoon. Sesekali meminum soju.

"Buruk. Aku sudah menghubungi Yoongi hyung tadi."

Namjoon hanya mengangguk-anganggukan kepala tanda paham. Ia tau jika ada Yoongi. Adiknya itu akan sedikit lebih tenang. Namun sedari tadi bukan hanya itu yang ada dipikirannya. Ada sesuatu hal yang menganjal dipikirannya. Sesuatu masalah yang lebih penting. Namjoon melirik Hoseok sedikit bimbang ingin memberitahu atau tidak. Merasa diperhatikan Hoseok menatap curiga Namjoon.

Let Me KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang