“Apa memang dokter UKS biasanya makan siang selama ini?” Taehyung melirik jam dan menggerutu. Sudah satu jam sejak mereka berada di UKS dan selama itu pula tidak ada manusia lain yang masuk ke dalam sini.
“Katamu aku hanya perlu beristirahat, kenapa menunggu dokter?” O Lin mengerutkan dahinya. Selama satu jam, mereka saling bercerita tentang diri masing-masing. Sejujurnya, mengobrol dengan Taehyung membuat O Lin merasa nyaman. Mungkin dia sudah membuka diri dengan lelaki itu, karena menganggapnya sebagai penggemar rahasia O Lin.
Dugaannya diperkuat oleh sikap Taehyung yang terus-menerus memperhatikan O Lin dan menjaganya, padahal lelaki itu bisa saja pergi dan meninggalkan O Lin di sini. Namun, dia tetap menemani O Lin sampai akhir.
Lalu dia juga tidak bisa membalas saat O Lin menggodanya. Dia hanya diam dengan wajah yang sedikit memerah, membuat O Lin nyaris tidak bisa menahan tawanya.
Astaga, O Lin sendiri tidak sadar kalau ada sesuatu yang aneh dengan dirinya.
Dia tidak pernah sedekat ini dengan lelaki mana pun.
Dia tidak pernah tertawa selepas ini dengan lelaki mana pun.
Dia tidak pernah senyaman ini ketika mengobrol dengan lelaki mana pun.
Dan dia … tidak pernah menggoda lelaki mana pun, selain Taehyung.
“Ya, tetapi setidaknya kau harus diperiksa, bukan? Berlari lima belas keliling bukannya sedikit.” Taehyung membantah lagi. Lelaki itu sering melawan perkataan O Lin, hingga ia gemas sendiri.
“Eo, Kim Saem juga menghukumku untuk hal lain selain berlari, asal kau tahu,” kata O Lin tiba-tiba. Entah dari mana ide itu dia dapatkan.
O Lin berpikir, Taehyung akan kembali menjauh padanya setelah rasa bersalah lelaki itu pada dirinya menghilang karena menurut O Lin, Taehyung seolah sengaja menjaga jarak, mengingat dia hanya berani memberi O Lin cokelat tanpa menunjukkan diri.
Oleh karena itu, untuk mencegah Taehyung pergi, O Lin harus mengarang skenario. Dia ingin memastikan siapa Taehyung sebenarnya dan apa benar lelaki itu penggemar rahasianya.
“Apa? Dia memberimu hukuman yang lain?” Taehyung membulatkan matanya.
O Lin mengangguk. “Tugas, susah sekali. Aku tidak mengerti.”
“Bukannya kau rajin, ya?” Taehyung memiringkan kepalanya ke kanan. “Bukankah seharusnya matematika bukan hal yang sulit untukmu? Mengingat kau rajin mengerjakan tugas.”
O Lin gelagapan saat mendengar penuturan Taehyung. “E-eh, maksudku, aku tidak bisa mengerjakannya sendiri, terlalu banyak.” O Lin memasang wajah sedihnya. “Bisakah kau bantu aku?”
“Aku?” Taehyung menunjuk dirinya sendiri yang hanya dibalas anggukan oleh O Lin.
“Baiklah … lagi pula ini juga salahku,” kata Taehyung pasrah.
O Lin tersenyum mendengarnya. “Gomawo, kita mulai kerjakan hari ini, boleh?”
“Hari ini? Kenapa tiba-tiba?” Taehyung mengerutkan dahi.
“Eo … supaya cepat selesai?”
Taehyung menghela napas. “Mianhae, aku punya janji hari ini. Jadi, tidak bisa.”
“Oh begitu ….” O Lin mengangguk paham meski rasa antusiasnya sedikit berkurang. “Baiklah.”
Keduanya terdiam setelahnya, baik O Lin dan Taehyung sama-sama sibuk dengan pikiran masing-masing, lalu O Lin kembali membuka suara, membuat Taehyung menoleh.
“V, apa jari-jarimu selalu berwarna biru?” tanya O Lin sembari melirik tangan Taehyung. “Seperti dicap?”
“Ya, setiap harinya begitu, adikku selalu memainkan cap milik Aboeji. Jadi, setiap hari akulah korbannya.” Taehyung menjelaskan sambil menatap cap di tangannya. “Terkadang cap ini bisa melekat ke barang yang kupegang karena dia lumayan lengket meski sudah lama dipakai.”
“Oh …, pantas saja.” O Lin mengangguk mendengar penuturan Taehyung, gadis itu merasa semuanya mulai terasa jelas.
“Memangnya kenapa?” tanya Taehyung heran.
“Aniya, tidak ada apa-apa.” O Lin tersenyum, lalu menggelengkan kepala.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
DIVE [TAEHYUNG FF]
FanfictionProses penerbitan! - Juara dua lomba cinta pertama di Benito Publisher - Taehyung menemukan matahari di tengah gelapnya hari pada diri Cha O Lin. Tidak ada yang tahu kalau ia menyukai si gadis populer. Itu rahasia yang Taehyung ingin simpan seumur h...