2

851 30 0
                                    

Aku sangat marah gejolak dalam diriku berkecamuk. Namun apa bedanya aku dengannya saat ini. Sudahlah lebih baik aku menyelesaikan tugasku dan kembali ketanah kelahiranku. 

Satu minggu sudah aku di jepang tugasku hanya menjadi body guard mengantar jemput bosku, membuka dan menutup pintu mobilnya. 

Aku merasa sangat bosan, tak ada aktivitas membunuh ototku terasa kaku.

Saat akhir pekan aku libur dan bebas pergi kemana pun. Saat itu kuputuskan untuk mendatangi sebuah tempat pertarungan bebas yang menjadi hiburan orang-orang beruang. 

Aku mendaftar dan menandatangani surat kematianku. Bel berbunyi pertandingan pun dimulai. Cukup lama pertandingan berlangsung hingga aku dipersilahkan masuk ke arena. Bel berbunyi pertandingan pun dimulai. Lawanku menyerang membabi buta, kedua pedang yang terhunus di tangannya ia ayunkan kian kemari. Tak satu pun serangannya mengenaiku, dengan satu kali pukulan dariku dia langsung terhuyung jatuh tersungkur hingga pingsan. 

Melihat temannya kalah dengan mudah, 3 orang naik ke arena. Pertarungan seru pun terjadi. 

Dua orang memegang tanganku yang satu segera menyerang tetapi kupatahkan serangannya dengan menendang lurus ke ulu hatinya nafasnya pun terhenti. Kemudian dua orang yang memegangku saling kubenturkan satu sama lain hingga hilang kesadaran. 

Pertarungan pun usai dengan kemenangan mutlak di tanganku. 

Saat hendak turun dari arena tiba-tiba 5 orang  naik menyergapku lengkap dengan senjata tajam. Pertarungan pun semakin seru, cukup untuk membuatku berkeringat. Setelah mengalahkan mereka tiba-tiba anak yang menjemputku saat pertama kali tiba di bandara, melompat dari lantai 2 dan langsung masuk ke arena untuk menantangku. 

Aku pun bertarung dengannya, serangan demi serangan dia lancarkan. Aku cukup kewalahan di buatnya.  Meski dia lebih mudah dariku namun pengalaman bertarungnya lumayan. Saat pertarungan sementara berlangsung sekilas kulihat orang yang membunuh orang tuaku memperhatikan kami. Aku sedikit bertanya-tanya apa tujuan dia datang ketempat ini. 

"Aww..." gumamku saat anak yang kulawan menghantam kepalaku dengan tendangan memutar. Akurasi ketepatannya sangat hebat, aku bahkan tidak sempat menghindar. 

"Sepertinya aku harus serius melawan anak ini" ucapku dalam hati. 

Setelah kuperhatikan beberapa saat ternyata pola serangan anak ini sama, titik serangnya adalah bagian atas atau bagian kepala. Karena gerakannya sangat cepat aku sulit membacanya dari awal. 

Kupasang kuda-kudaku dengan kuat kemudian memancingnya untuk menyerangku. Benar saja serangannya kali ini mengarah ke kepalaku dengan kecepatan penuh kubungkukkan badanku dan meraih kaki kirinya. Dengan sedikit tarikan dariku dia jatuh tersungkur. 

"Berhenti bermain cepat kalian berdua kembali! " teriak orang yang membunuh orang tuaku. 

Aku pun mengulurkan tangan untuk membantu anak itu berdiri. "Terima kasih kak" katanya. 

Kami pun berjalan beriringan menuju rumah bos baruku. Sepanjang perjalanan kami berbagi cerita. Ternyata kisahnya hampir sama denganku namun dia memang seorang anak keturunan pembunuh, darah itu kental mengalir dalam dirinya. Dan namanya adalah Arian Wardana. 

Saat memasuki rumah aku heran bukan kepalang. Tiba-tiba kami di serang puluhan pengawal termasuk 4 orang temanku. Aku dan Arian sangat kewalahan menghadapi mereka. Dengan tubuh yang babak belur kami berdua melarikan diri. 

Dalam pelarian aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Arian. Namun Arian sendiri juga bingung. Dia tidak tahu menahu sebab di serangnya kami. Sehari telah kami berlari, aku memutuskan untuk mencari penginapan di tempat kumuh agar keberadaan kami tidak mudah di lacak.  
Saat tengah berbaring daun pintu kamar yang kami sewa terhempas akibat tendangan salah satu teman seperguruanku. "Gila cepat sekali mereka menemukan kita" bisikku pada Arian.

"Tidak ada pilihan lain kita harus melawan mereka" ujar Arian. 

Pertarungan pun tak dapat di hindari. Setelah bertarung cukup lama akhirnya kami bisa lolos dari mereka. Dengan langkah gontai kami melangkah menuju bandara. 

"Arian kita harus segera meninggalkan jepang, aku akan kembali ke Indonesia. Bagaimana dengan kamu?" Tanyaku.

"Jangan kembali ke Indonesia! kamu bisa di lacak dengan mudah di sana, bagaimana jika kita ke Malaysia? " ujar Arian. 

"Menarik" jawabku.

Wira  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang