10

589 22 0
                                    

"Kamu kenapa? " tanyaku.

"Wir kamu lupa sama Aku?. Aku ini Ariana sahabat kamu waktu SMP." ujar Ariana lirih.

Aku bingung mau jawab apa.

"Apa!... bukannya kamu di Amerika? " ujarku kemudian dengan berpura-pura kaget.

"Setiap tahun aku balik ke Indonesia untuk mencarimu. Akhirnya setelah sekian lama aku baru tahu kalau kamu adalah Wira." jelasnya.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang? "

"Lusa aku bakal balik ke Amrik, jadi boleh yah 2 hari ini nginap di rumah kamu. Banyak yang mau aku ceritain dan juga aku penasaran dengan ceritamu setelah lama tidak bertemu. "

Mau tidak mau terpaksa aku membiarkan Ariana ikut ke kampung.

Awalnya aku sedikit cekcok dengan Jon. Tapi dia mau mengerti dengan Syarat rencana harus berjalan tanpa perubahan.

Setelah membuat kesepakatan dengan Jon. Aku kembali ke kampung satu mobil dengan Ariana. Sementara Jon bersama dengan Ara dan Giant.

Selama perjalanan Ariana tak pernah berhenti mengoceh, berbagai macam pertanyaan dia lontarkan. Dari mulai hal penting bahkan yang tidak penting pun ia tanyakan.

Setelah tiba di rumah sir Moran, aku menyuruh Ariana istirahat bersama Ara.

Aku pun segera istirahat mempersiapkan keberangkatanku besok lusa. Malam pun berlalu digantikan dengan pagi yang begitu mendung semendung hatiku yang di guyur air mata. Ariana menumpahkan kembali lautan dalam diriku.

"Sial ternya Araina itu sama bejatnya dengan ayahnya." umpatku.

Hatiku pilu, remuk tak karuan seolah seluruh warna dalam hidupku telah hilang. Ariana telah membunuh Ara dengan cara yang sangat keji. Seluruh bagian tubuh Arah telah berserakan di atas tempat tidur dibalur dengan merahnya darah yang mulai mengering.

Pemandangan mengerikan itu membuatku meraung-raung menangisi kepergian Ara. Rasa sakit yang dulu pernah aku rasakan kini terbuka kembali. Tak pernah kusangka nasib begitu buruk padaku.

"Ara..." teriakku histeris.

"Ayah kenapa? Aku di sini. Ayah bangun. Ayah mimpi buruk ya?" Celoteh Ara di sampingku.

Aku langsung berdiri dan memeluk Ara. Pipiku basah akibat air mata.

Ternyata aku hanya mimpi. Kuliahat laptop masih menyala dengan data beserta foto-foto Ariana.

"Ayah tidak apa-apa?" Tanya Ara sambil mengguncang-guncang bahuku.

"Ah... yaa. Karena terlalu memikirkan bos besar akhirnya kebawa mimpi." jawabku.

"Terus gimana yah, jadi gak ke kota?" Tanya Ara.

"Entahlah ayah masih Syok" jawabku.

"Kalau begitu biar saya dan Giant saja yang pergi, soalnya om Jon lagi pergi dengan sir Moran" usul Ara.

"Bagaimana mungkin ayah membiarkanmu pergi sendiri." ujarku cemas.

"Yah aku gak sendiri, ada Giant kok"

"Biar Ayah pergi bersama kalian saja." ujarku kemudian.

Pagi itu kami bertiga berangkat ke kota. Ternyata keberangkatan kami lebih lambat daripada kepulangannya.
Aku terlalu memikirkan mimpi yang kualami tadi pagi.

Hari yang dinanti pun tiba. Aku, Ara, Giant, Jon dan sir Moran berangkat ke Amerika untuk menumpas habis bos besar sampai ke akar-akarnya.

Setelah menempuh perjalanan udara akhirnya kami tiba di Amerika.

Wira  (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang