Prolog

35K 1.3K 112
                                    

Wartawan sudah tampak berkerumun di depan Polres Metro Jakarta Selatan. Begitu lima orang laki-laki dengan kedua tangan yang terpasang borgol dan wajah yang babak belur keluar secara bergilir dari dalam mobil Van dan di kawal oleh beberapa polisi, kerumunan wartawan itu serentak berlarian menuju mereka. Kilatan blitz mulai mengarah ke wajah-wajah kelima orang tersebut hingga masing-masing dari mereka menunduk untuk menyembunyikan wajah.

Pertanyaan demi pertanyaan terlontar dari setiap wartawan yang saling berebut mencari informasi dari kasus tersebut. Salah satu polisi meminta mereka bersabar dan meminta waktu sebelum melakukan konferensi pers mengenai kasus narkoba yang sedang marak di perbincangkan masyarakat saat ini dimana kelima pelaku sudah berhasil di tangkap hari ini.

Sebuah mobil kembali berhenti di belakang mobil Van yang tadi membawa kelima pelaku, lalu keluarlah sosok laki-laki berkemeja putih dan celana denim hitam dari mobil tersebut. Raut wajah tegasnya terlihat snagat dingin saat dia hanya melirik sekilas pada kerumunan wartawan yang membuat kelima pelaku yang baru saja dia ringkus bersama timnya kesulitan untuk melangkah.

Laki-laki itu memberikan kode keras dari tatapannya pada salah satu anak buahnya yang langsung mengangguk mengerti dan cepat-cepat membawa kelima pelaku untuk segera masuk kedalam kantor.

Dia adalah Leo Hamizan. Seorang perwira yang biasa mengurus kasus-kasus besar dibawah perintah komandan Basri. Leo di kenal si jenius kesayangan Basri karena keberhasilannya menyelesaikan banyak kasus besar dengan waktu yang tidak bertele-tele. Dia gesit, cerdik dan juga rapi dalam menyelesaikan semua kasus-kasus yang dia tangani. Dengan rupa tampan dan gaya cool-nya yang memesona, dia hampir mencapai kata sempurna untuk seorang perwira andai saja dia juga sangat mentaati aturan.

Leo sering melanggar SOP dan memakai kekerasan setiap menjalani kasusnya. Atasannya sudah sering memperingatinya mengenai pandangan buruk masyarakat terhadap kepolisian dan seharusnya Leo lebih barhati-hati dalam mengambil sikap. Tapi setiap kali atasannya memberi nasihat ataupun melempar makian padanya, Leo tidak pernah jera dan selalu saja datang surat peringatan padanya hingga dia beberapa kali mendapatkan scors.

Tapi Leo adalah Leo. Di bebas tugaskan selama tiga bulan atau pun lebih sama sekali tidak mempengaruhinya. Apa lagi sebelum itu dia sudah berhasil menyelesaikan satu kasus. Leo hanya diam dan menerima hukumannya dengan senang hati karena setelah itu dia bisa berlibur sejenak.

Leo melangkah cepat melewati kerumunan itu, beberapa wartawan hanya meliriknya saja tanpa mau meminta informasi padanya karena percuma. Seluruh wartawan sangat tahu bagaimana perangai Leo Hamizan yang selalu enggan berhadapan dengan mereka. Setiap kali di tanya dia hanya akan mengatakan kalau anggotanya akan memberikan keterangan. Hanya itu. selebihnya dia akan menutup rapat mulutnya dan melemparkan tatapan dinginnya yang tampak sangat terganggu dengan seluruh orang yang mengerubunginya. Maka itu seluruh wartawan sudah tidak pernah lagi mau mencoba mewawancarainya.

Sombong? Biarkan saja, pikirnya. Dia tidak hidup dan makan untuk si pemburu berita. Tapi untuk meringkus penjahat-penjahat sialan yang membuat resah masyarakat.

Dering ponsel di sakunya membuat Leo mengambil benda pipih itu dan mencebik pelan melihat nama seseorang di layar ponselnya. "Halo?"

[Kamu gak apa-apa?]

Pertanyaan bernada cemas yang sudah sering Leo dengar itu membuat Leo ingin memutar matanya. "Aku gak apa-apa."

[Gak ada yang luka, kan? Aku baru lihat berita, itu mereka sampai babak belur pasti tadi kamu berantem sama mereka. Aku tau kamu jago berantem tapi-]

"Re, aku sibuk. Nanti aja kalau mau telfon." Leo memutuskan sambungan telepon. Dia tahu, Rere, tunangannya itu tidak akan menelepon lagi kalau dia sudah mengatakan kata sibuk padanya.

Leo hampir saja mencapai undakan tangga di depan kantor saat tiba-tiba seorang perempuan yang tampak lusuh dengan keringat di wajahnya menghadang langkahnya. Alis Leo mengernyit terganggu menatap perempuan yang lumayan dia kenali itu.

Dwi Almira. Seorang wartawan dari salah satu stasiun televisi yang paling menyebalkan bagi Leo. Mira memang Wartawan yang paling banyak di kenal di negara ini sejak dua tahun terakhir. Dia berani memberikan statement tajam untuk pejabat penting sekalipun. Tidak gentar dengan banyak kontra dan ancaman yang di tujukan padanya. Usianya masih cukup muda, dua puluh lima tahun. Berbeda dua tahun dari Leo. Mira pernah kembali memunculkan satu kasus besar kepermukaan yang sengaja ditenggelamkan oleh oknum-oknum yang badan penegak hukum.

Pelecehan yang dilakukan seorang hakim pada gadis dibawah umur. Mira berhasil membuat hakim itu mendekam di jeruji besi.

Mira ini satu-satunya wartawan yang masih berani meminta Leo untuk di wawancarai. Berkali-kali mendapatkan perlakuan dingin Leo tidak membuat Mira jera.

"Pak, bisa minta waktunya sebentar?" tanya Mira. Tangannya sudah mengulurkan voice recorder kehadapan Leo.

Leo menatapnya dingin. "Nanti ada konferensi pers."

Mira mengangguk mengerti. "Saya tau, tapi saya butuh informasi langsung dari bapak."

"Kamu bisa tanyakan pada anggota saya disana."

"Sudah ada rekan saya juga kok pak disana. Tapi yang saya butuhkan ada di bapak. Bapak yang memimpin tim untuk kasus ini. Yang ingin saya tanyakan, apakah gembong narkoba-"

"Kamu gak dengar tadi saya bilang apa?" suara dingin Loe terdengar semakin tajam hingga Mira mengatup mulutnya lagi. "Minggir."

Mira memberenggut. Lalu menepi kesamping dan mengamati Leo yang melewatinya dengan gaya tenangnya yang menawan. Perempuan bertubuh lumayan pendek dengan rambut sebatas bahu itu menghembuskan napasnya kuat hingga poni di dahinya bergerak keatas. Kedua matanya menyipit kesal menatap punggung Leo yang mulai menjauh. "Dasar pelit!" umpatnya pelan.

***

Berhubung Om Adrian udah mau tamat. Kenalan dulu sama prolog ceritanya Leo 😉 saya kasih warning di awal ya. Leo berpotensi punya banyak haters disini 😂😂😂

Oh iya, kenalan juga sama Almira. Siapa tau suka👿👿👿

The Bad Guy (Versi Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang