Leo hanya menatap sepiring siomay di depannya tanpa berniat memakannya. Dia masih terus memikirkan informasi yang diberikan oleh Pak Hendra. Informasi yang sama sekali tidak banyak membantu. Pak Hendra hanya mengatakan kalau foto korban dan tkp sangat mirip dengan kejadian sembilan tahun lalu.
Selebihnya, semua yang Pak Hendra ceritakan hanyalah informasi yang sudah Leo ketahui.
"Kalau Pak Leo gak suka siomaynya, boleh gak buat saya aja?"
Leo melirik kedepan, menatap datar pada Almira yang menatapnya berani. Dalam hati dia merutuk kenapa harus duduk di kantin ini bersama Almira. Leo mendengus kuat lalu mendorong piringnya ke depan dengan sedikit kasar. Kalau saja Almira tidak mengiming-imingi dia tentang satu informasi penting mengenai kasus sembilan tahun yang lalu itu, Leo tidak sudi menghabiskan waktunya di sini, berdua dengan Almira.
"Cepat kasih tau saya." Ketus Leo.
Almira yang tadi tersenyum senang menatap sepiring siomay milik Leo yang kini sudah menjadi miliknya, melengos malas dan mulai menyuapkan siomay ke mulutnya. "Sabar dong, Pak. Saya lagi makan."
"Saya gak punya banyak waktu nungguin kamu makan."
"Kalau gak sabar banget bapak boleh pergi kok."
Sialan! Umpat Leo.
Almira tersenyum miring sambil menikmati siomaynya dengan wajah penuh bahagia yang dibuat-buat. Kapan lagi bisa membuat Perwira sombong ini kesal bukan main? Pikirnya. Selama ini Leo sudah sering kali membuat Almira kesal, sekarang waktunya pembalasan.
Leo memilih mengalah dan mengeluarkan ponsel. Seperti biasa, memeriksa chat dari Rere. Meski dia hanya membaca tanpa membalas, tapi dia selalu membaca semua celotehan Rere melalui isi chat itu. Rere tidak pernah lupa membagi cerita tentang apa saja padanya. Dari hal kecil yang sama sekali tidak penting sampai hal-hal besar seperti masalah yang dia hadapi di kantor. Semuanya akan Rere ceritakan.
Mungkin Leo terlihat jahat karena tidak membalas atau pun menelepon Rere. Tapi jika mereka bertemu, Leo akan membahas satu persatu masalah yang Rere hadapi. Memberinya masukan agar tunangannya itu tidak stres sendirian. Tapi sayangnya, jika sudah bertemu, Rere tidak pernah mau membahas hal-hal seperti itu. Dia sibuk menempeli Leo dan bermesaraan dengannya. Berkali-kali mengaku rindu dan membuat Leo berakhir memutar bola matanya pasrah.
Seperti saat ini, Rere mengeluh kepalanya pusing dan tidak enak badan.
Leo tampak mengetikan sesuatu di ponselnya. Bukan membalas chat yang Rere kirim, melainkan mengirim pesan ke Gisa, asisten pribadi Rere.
Rere sakit, abis makan siang langsung bawa pulang kerumah.
Leo yang sudah hampir menyimpan kembali ponselnya, mengurungkan niat saat menerima balasan.
Lo siapa? Seenak jidat merintah-merintah gue!
Mendengus malas, Leo kali ini benar-benar menyimpan ponsel kedalam saku celana. Dia kembali menatap Almira yang kini sedang bertopang dagu menatapnya.
"Udah selesai?" tanya Leo.
"Seharusnya saya yang nanya ke bapak," balas Almira dengan wajahnya yang menyebalkan. "Udah selesai mesra-mesraan sama pacarnya?"
Leo mengernyit. Kapan dia mesra-mesraan bersama Rere.
"Banyak banget sih emot love yang dikirim pacarnya, Pak? Biar bapak kerjanya makin semangat, ya?" goda Almira, dia bahkan tertawa geli setelahnya.
"Kamu gak tau diam-diam membaca chat pribadi orang lain itu gak sopan?"
"Ya... gimana ya, abisnya kelihatan."
![](https://img.wattpad.com/cover/179166555-288-k653032.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Guy (Versi Novel)
RomanceLeo Hamizan. Seorang Perwira di kepolisian yang disegani karena prestasinya, memiliki pribadi yang dingin dan cuek. Leo tidak pernah menginginkan hal remeh temeh mengenai percintaan dalam hidupnya. Bahkan saat menerima perjodohan orang tuanya dengan...