1

15.6K 1.1K 71
                                        

Leo naik ke ruangannya yang berada di lantai dua. Sebuah ruangan persegi empat yang lumayan luas untuk dia dan timnya. Ada sebuah ruangan khusus milik Komandan Basri. Satu meja khusus tersendiri untuknya, empat kubikel, satu meja dengan tiga kursi yang sering digunakan untuk meminta keterangan pada pelapor maupun terlapor dan satu meja panjang yang digunakan untuk meeting.

Begitu dia berada di sana, Komandan Basri langsung memanggilnya ke ruangan.

"Gimana?"

"Aryo masih belum tertangkap, Ndan."

"Ah, tai lo!" maki Komandan Basri. "Lo sendiri yang bilang kalau operasi kali ini gak bakalan gagal!" Komandan Basri menghempaskan dirinya keatas kursi dengan wajah geram. "Lo tau kan media lagi pada ribut sama kasus ini? Kita gak bisa ngulur waktu kaya gini, Leo! Bisa makin abis nama kepolisian dimata masyarakat."

Leo menarik napas panjang. Leo tahu, akhir-akhir ini kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum memang sangat minim. Apa lagi kasus yang dia pegang saat ini sedang ramai-ramainya di perbincangkan.

Aryo Pratama, salah satu anak pejabat yang ternyata menjadi gembong narkoba terbesar di Jakarta sudah menjadi buron sejak dua minggu yang lalu. Aryo sangat licin, banyak oknum yang akan menutupi keberadaannya. Desas-desus mengenai Aryo sudah lama berhembus di kepolisian, tapi tidak ada yang berani memprosesnya. Apa lagi belum ada laporan. Leo pun tahu tentang itu, saat dia bertanya pada Komandan Basri, atasannya itu hanya bilang tetap diam, kecuali ada laporan, Komandan Basri meminta Leo menahan diri karena tahu seperti apa orang-orang yang berada di balik Aryo.

Leo menurutinya. Kemudian muncul sebuah laporan mengenai kasus Aryo, membuat kepolisian ribut dan juga tegang. Komandan Basri ingin menolak kasus dan melimpahkannya pada tim lain, sayangnya, Leo tidak setuju dan meminta tim merekalah yang mengurusnya. Dari awal Komandan Basri sudah mengatakan kasus ini bukan kasus main-main dan akan banyak spekulasi yang berdatangan. Terlalu berbahaya. Tapi bukan Leo namanya kalau takut pada bahaya. Dan pada akhirnya, mereka lah yang harus menyelesaikan kasus itu.

"Ada informasi yang bocor kali ini." cetus Leo.

"Masyarakat gak ada yang peduli sama alasan itu. Mereka cuma mau Aryo tertangkap dan kita bisa membuktikan gak tebang pilih nyeret orang ke penjara. Lagian kenapa lo bisa seceroboh ini sih? Kita udah koar-koar ke media kalau Aryo pasti dapat hari ini, yang lo bawa malah anjing-anjingnya. Buat apa? Penjara gak menyediakan daging busuk buat mereka!"

"Oke, gue minta waktu lagi, Ndan."

"Waktu terus yang lo minta tapi gak ada yang bisa lo kasih sama gue. Capek gue nerima telfon terus dari tadi gara-gara lo."

"Kali ini gak akan gagal."

"Apa jaminannya?"

"Gue."

Komandan Basri mendengus. Mengumpat sekali lagi karena dia tahu, menjadikan Leo jaminan sama saja seperti dia yang harus merangkak di kaki Leo karena tidak mau kehilangan anak buah kesayangannya itu.

Leo ini memang kurang ajar, pikir Basri. Pintar mengambil celah. Dia tahu bagaimana percaya dan sayangnya Basri padanya dan selalu menjadikan dua hal itu sebagai alasan untuk berlaku semena-mena pada Basri. Entah berapa kali Basri harus pasang badan demi menyelamatkan Leo dari hukuman karena selalu saja melanggar aturan.

"Dua hari. Lo cuma punya waktu dua hari. Kalau lo gak bisa juga beresin kasus ini selama dua hari, lo harus keluar dari kasus ini."

"Oke."

The Bad Guy (Versi Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang