6

12.5K 921 277
                                    

Karena kontrak TBG sama lapak sebelah udah abis dan nggak aku terusin, aku bakal republish TBG di sini hehehe. Kali aja masih ada yang misuh-misuh kalau baca ulang kisah awal LeoRere ^^


Happy reading...


***





Rasa-rasanya, menemukan Almira di depan kantornya sudah tidak asing lagi bagi Leo akhir-akhir ini. Apa lagi melihat senyuman menyebalkan Almira. Meskipun kadar kekesalan Leo setiap melihat Almira sudah berkurang, tetapi Almira masih sama mengganggunya.

Leo berpura-pura tidak memedulikan Almira dan melewatinya begitu saja. Tapi dia tahu, Almira tidak mungkin membiarkannya dengan mudah. "Biar saya tebak, Hidayat pasti gak mau buka mulut dan malah buat Pak Leo kesal." Ujarnya selagi menyamai langkah lebar Leo.

Leo hanya diam. Almira berlari kecil untuk menghadang langkahnya.

"Minggir," ketus Leo. "saya gak punya waktu main detektif-detektifan sama kamu."

Almira mengerucutkan bibirya, "Saya juga gak minat kok Pak jadi detektif. Reporter lebih menarik."

"Almira," ujar Leo penuh penekanan.

"Iya, pak Leo." jawab Almira dengan senyuman manis dibuat-buat. Leo hanya diam menatapnya. Sepasang mata tajam itu teramat tegas menembus kedua mata Almira yang kini mulai diliputi keraguan yang aneh. Almira mengerjap risih lalu sedikit menunduk mana kala wajahnya terasa sedikit memanas.

"Apa yang kamu mau?" tanya Leo.

"Soal pak Hidayat?"

"Hasilnya sama seperti saat kamu lebih dulu mengunjunginya disana."

Jadi Pak Leo udah tahu, ya... gumam Almira di dalam hati. Dia mengangguk-anggukkan kepala sambil memikirkan sesuatu.

Almira benci jalan buntu. Jadi dia harus segera berpikir keras untuk mencari jalan keluar. Dan saat menemukan sesuatu, dia menjentikkan jarinya. "Saya tahu kemana lagi kita harus mencari informasi."

"Kita?" ulang Leo malas.

Almira bersedekap. "Nggak usah sok nggak ngebutuhin saya, Pak Leo Hamizan yang terhormat. Faktanya, saya lebih banyak tahu tentang kasus ini dari pada bapak. Jadi..." Almira mengulurkan tangannya. "Partner?"

Leo mengernyit, menatap lama pada uluran tangan Almira yang terlihat pongah. "Masuk ke mobil saya." Hanya itu yang dia katakan sebelum melewati Almira yang masih berdiri dengan tangan terulur kedepan tanpa di sambut sekalipun oleh Leo.

Almira menoleh kebelakang dengan cepat. Kedua matanya menyipit semakin kesal. Leo Hamizan ini... geramnya di dalam hati. Dia menarik napas, mendengus geli untuk dirinya sendiri yang mau-mau saja bersikap bodoh di hadapan Leo.

Tin... Tin...

Suara klakson yang terdengar penuh ketidak sabaran itu membuat Almira semakin ingin mengerang kesal. Dia menghentakkan kakinya kuat sekali sebelum melangkah lebar menyusul Leo.

"Kemana?" tanya Leo saat mobilnya mulai melaju. Almira memberi sebuah alamat pada Leo. "Mau apa kesana?"

"Sensus penduduk." Jawab Almira asal hingga Leo meliriknya penuh peringatan. "lagian bapak, jadi polisi gak profesional banget. Masa bapak nggak tau itu alamat–"

"Ibunya Alina. Saya tau. Tapi untuk apa kita kesana?" sahut Leo cepat. Memangnya Almira pikir dia sebodoh itu. Dia jelas lebih pintar dibanding gadis cerewet yang sok tau di sampingnya itu.

The Bad Guy (Versi Novel)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang