Leo adalah pribadi yang memiliki kontrol pengendalian diri luar biasa. Tapi meski begitu, dia tetap memiliki kelemahan. Dan kelemahannya adalah sentuhan intim yang selalu sengaja Rere lakukan padanya hingga mereka selalu berakhir seperti sekarang.
Sejak dia membukakan pintu mobil untuk Rere, dan Rere bergelayut manja di lehernya sambil memberikan kecupan-kecupan kecilnya yang memancing Leo untuk melakukan lebih dari sekedar kecupan, Leo sudah melupakan sedang berada dimana mereka sekarang.
Mulanya dia hanya membalas ciuman Rere, memeluk pinggang Rere erat sedang tangannya menekan kepala Rere agar bibir mereka tidak terlepas. Namun seperti biasa, itu masih belum cukup. Dengan penuh hati-hati, dia mendorong tubuh Rere hingga bersandar di mobil, mencium bibir yang selalu membuat candu setiap menyentuhnya lebih dalam dari sebelumnya.
Tangannya tergoda untuk menyapu laher menawan yang seksi milik Rere. Mengusapnya seduktif dari bawah ke atas. Kemudian bibirnya meninggalkan bibir basah Rere yang setengah terbuka dan membengkak akibat ciuman panas mereka. Hidungnya mengendusi aroma tubuh Rere di sekitar leher perempuan itu, menenggelamnya setengah wajahnya untuk menikmati sensasi memabukkan yang membuatnya lupa diri.
Lalu kecupan demi kecupan lembut yang mampu membuat Rere seolah berada di atas awan mulai berlabuh di sana. Dari awal dia sudah bilang tidak menyukai gaun dan dandanan Rere saat ini. Ini lah alasannya, dia akan sulit mengontrol diri. Sentuhan Rere di kepala dan pinggangnya yang mengerat, membuat Leo semakin dihantam gelombang hasratnya.
Dia menyesap lebih kuat kulit leher Rere hingga desah tertahan Rere memenuhi telinganya. "Jangan di dihisap, sayang..." rengek Rere memohon.
Leo menggelengkan kepalanya hingga bibir dan hidungnya menggesek lembut di ceruk leher Rere.
"Malu kalau ada bekasnya," lirih Rere lagi.
"Bukannya kamu yang mancing aku dari tadi, hm?" suara serak Leo terdengar menggelitik di telinga Rere hingga dia tertawa parau.
Rere menarik kepala Leo kehadapan wajahnya, tersenyum manis sebelum kembali menyatukan bibir mereka. Kali ini hanya berupa lumatan-lumatan kecil yang bisa Leo artikan kalau Rere ingin menyudahi kegiatan mereka.
Dahi mereka saling menyatu ketika ciuman itu berakhir. Napas yang sama tersengal menjadi bukti kalau mereka sama-sama menikmati apa yang baru saja mereka lakukan.
Leo melarikan ibu jarinya mengusap bibirnya sendiri, memeriksa apa ada lipstik Rere yang menempel di bibirnya yang terasa sangat lembab.
"Waterpoff, sayang." bisik Rere geli.
Leo mendesah lega. Syukurlah, dia terlalu malas jika ada jejak kegiatan intim mereka di wajahnya. "Masuk sana," ucapnya.
Rere memberenggut, tangan segera memeluk Leo sedang wajahnya menyandar di dada lelaki itu. "Masih kangen..."
Meski malas-malasan, tapi Leo tetap membalas pelukan Rere. Ujung hidungnya menyentuh bahu telanjang Rere yang terasa dingin. "Badan kamu udah mulai dingin, Re." Tegur Rere.
"Gak apa-apa."
"Nanti sakit."
"Kan ada kamu yang nemenin aku di rumah sakit."
"Aku sibuk."
Tertawa, Rere memukul pelan dada Leo. Lalu dia melepaskan pelukannya, menyipitkan kedua matanya, pura-pura memasang wajah kecewa atas ucapan Leo. "Iya deh, yang gak pernah peduli sama pacarnya."

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Guy (Versi Novel)
RomansaLeo Hamizan. Seorang Perwira di kepolisian yang disegani karena prestasinya, memiliki pribadi yang dingin dan cuek. Leo tidak pernah menginginkan hal remeh temeh mengenai percintaan dalam hidupnya. Bahkan saat menerima perjodohan orang tuanya dengan...