"Gila ya, gue udah kehabisan kata buat muji Leo Hamizan. Udah ganteng, berkarisma, keren, gercep lagi nangkepin penjahat. Gembong narkoba sekelas Aryo Pratama aja bisa dia sikat. Gak ngerti lagi deh gue itu cogan lahirnya dimana."
"Ya di rumah sakit lah, masa dukun beranak. Sekelas Leo Hamizan yang punya orangtua tajir melintir gitu gak mungkin lahirannya di dukun beranak, kan?"
Mira yang sejak tadi sibuk mengetik mulai merasa terganggu dengan apa yangs edang sibuk di gosipkan oleh kedua rekan kerjanya. Jarinya menyentuh bingkai kacamatanya yang sudah melorot kebawah, lalu Mira mendengus malas. "Sekedar informasi kali aja lo berdua lupa. Leo Hamizan itu udah punya tunangan. Dan kalau aja lo berdua juga lupa, lagi, tunangannya itu cantik banget kaya princess di disney, berasal dari orangtua yang tajir melintir juga. Jadi, gak usah ngarepin tunangan orang yang jelas-jelas gak bakalan ngelirik kalian."
Desi dan Nina, sesama wartawan yang bekerja di stasiun berbeda dengan Mira melengos malas.
"Gue tau sih, Leo itu udah punya gandengan. Tapi muji-muji dikit kan gak ada salahnya, Mir." Sahut Nina, dia sudah kembali mengetik laporan yang tadi sempat tertunda karena tidak sengaja menemukan wajah Leo di televisi yang berada di Kafe tempat dimana mereka sedang menghabiskan jam makan siang. Sejak keberhasilannya meringkus Aryo, wajah Leo kembali menghiasi televisi.
Desi mengangguk setuju. "Lagian, kerjaan kita bikin sepet mata terus. Ngeliput pejabat korup lah, kriminal serem lah. Gak ada bagus-bagusnya. Nah, Leo itu ibarat oase di padang pasir. Adem..."
Mira menutup laptopnya, melepaskan kacamata yang hanya dia gunakan saat dia berkutat dengan laptop dan laporannya. Dia meraih mug lattenya, menghirupnya sejenak dengan senyuman kecil dibibir, lalu melirik kedua temannya lagi. "Percuma ganteng, keren, berprestasi, kalau pelit dan ngeselin."
Desi dan Nina tersenyum geli mengamati Mira yang meneguk minumannya. Memang diantara mereka, Mira wartawan yang paling sering dibuat kesal oleh Leo. cueknya Perwira yang satu itu membuat Mira yang selalu haus informasi sedetil apa pun merasa jengkel setiap meliput kasus yang dipegang oleh Leo.
Mira tipe wartawan yang tidak ingin bekerja setengah-setengah. Jika ingin meliput, dia harus meliput dengan orang yang terjun kelapangan langsung, dan melakukan eksekusi, bukan juru bicara.
"Lo juga sih, udah tau Leo Hamizan gak suka di wawancarai, masih aja maksa. Kemarin juga gitu, kan? Gue lihat lo mau jegat Leo Hamizan tapi malah di pelengosin." Desi terkikik geli mengingat kejadian itu.
Di ingatkan kembali dengan hal itu membuat wajah Almira tertekuk. Perempuan berkulit sawo mateng dan berwajah sedikit jutek itu menopang dagu, matanya menatap lekat televisi yang masih terus memperbincangkan kehebatan Leo Hamizan, sang Perwira yang menuai banyak pujian.
"Gak peduli sebenci apa dia dengan wartawan, tapi lihat aja, suatu hari, ini laki ngeselin bakalan bisa gue ajak wawancara. Berdua, eksklusif."
Nina dan Desi serentak melempar gulungan tisu ke wajah Almira.
"Mimpi lo ketinggian!"
***
Leo pulang ke rumahnya pukul sembilan malam. Dia tampak melangkah malas-malasan menuju dapur sambil memijat pelan belakang lehernya yang terasa pegal. Saat membuka pintu kulkas, dia hanya mengamati seisinya dengan wajah datar tanpa minat.
"Cari apa kamu di kulkas malam-malam begini?"
Teguran yang Leo tahu berasal dari Bundanya membuat Leo kembali menutup pintu kulkas. Dia menatap Bundanya sejenak lalu duduk di kitchen bar. "Buatin teh jahe dong, Bun." Mintanya.
Mala menuruti permintaan putranya. Leo boleh dewasa, tapi segala sesuatu tentang dirinya masih Mala yang mempersiapkannya.
Saat Mala sedang membuatkan teh jahe yang Leo minta, Leo menopang dagunya mengamati gerak gerik Bundanya. Bundanya mulai terlihat menua. Rambut putih di kepalanya memang bisa dia tutupi dengan mengecat rambutnya, tapi akhir-akhir ini Bundanya sering histeris penuh drama saat kerutan di wajahnya mulai sulit di samarkan meski sudah melakukan perawatan apa pun dan dimana pun.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Guy (Versi Novel)
عاطفيةLeo Hamizan. Seorang Perwira di kepolisian yang disegani karena prestasinya, memiliki pribadi yang dingin dan cuek. Leo tidak pernah menginginkan hal remeh temeh mengenai percintaan dalam hidupnya. Bahkan saat menerima perjodohan orang tuanya dengan...