Terminal 1A Bandara Soekarno Hatta menjadi tempat berlabuh sementara sebelum dua pasang kaki ini melanjutkan langkahnya di Kota asal mereka. Kota Jakarta. Ini memang bukan hari libur. Wajar saja Bandara seluas ini tampak lebih sepi dibangdingkan dengan hari menjelang liburan panjang atau bahkan saat musim mudik tiba.
"Welcome back in Jakarta. Byuh. aku merindukanmu kota kelahiran" teriakan bahagia terlontar lepas dari mulut tipisnya.
Gadis berambut lurus sebahu berwarna hitam kecoklatan mengekspresikan rasa rindunya tanpa ada rasa malu menyertai tingkah lakunya. Benar - benar tidak sesuai dengan usia yang semakin menua. Sedang gadis berhijab biru laut tampak anggun menyimpulkan senyuman tipis menanggapi.
Gelinding koper masing-masing mengekor menuju tujuan selanjutnya. Ya, lebih tepatnya menuju pintu keluar Terminal kedatangan domestik. Kayla menengok ke arah kanan dan kiri selepas melewati pintu keluar terminal, sorot matanya tak henti-hentinya menatap ke kanan-kiri seperti sedang mencari seseorang yang akan menjemputnya. Sedangkan Mikayla-gadis berhijab biru laut- tampak asik memainkan benda tipis terbalut karet berwarna senada dengan hijab yang ia kenakan. Sorot mata hazel Kayla terhenti tepat pada sosok pemuda tampan dengan penampilan yang sangat rapi dan mempesona, kedua tangannya mencengkram selembar kertas lumayan kusut berukuran sedan-kurang lebih seukuran dengan kertas A4-bertuliskan "KAYLA" tengah berdiri tegak di selasar Bandara.
"Mika, Kita selanjutnya naik taksi apa dijemput?" tangan bebas Kayla memukul ringan lengan Mikayla sahabatnya dengan sorot matanya masih terfokus pada sosok pria yang telah mencuri perhatiannya. Mika yang tengah asik dengan ponselnya pun bersikap demikian. Pandangannya tidak sedikit pun teralihkan, bahkan ia pun tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu. Merasa tidak mendapatkan jawaban, Kayla menghentikan aktvitasnya memandangi sosok pemuda tersebut dan beralih memperhatikan sahabatnya Mika di sampingnya. Ia menghela napas panjang, kemudian mengarahkan jari telunjukknya tepat di pipi kanannya. Ia mempermainkannya hingga sang empu merasa terganggu atau bahkan melupakan sejenak urusannya dengan benda tipis kesayangannya itu dan memikirkan bagaimana caranya kembali ke rumah.
"Apaan sih, Kay?" Mika menggerakkan mulutnya ke kanan-kiri berharap tangan sahabatnya dapat segera tersingkirkan dari pipi kanannya.
Kayla semakin gemas dengan sahabatnya yang sama sekali tidak berkutik. Hanya menggerakkan mulutnya saja. Rasa kesal pun menyelimutinya, ia mencubit pelan pipi kanan Mika hingga sang empu jengah dan terdengar hela nafas panjang dan ponselnya pun tersingkarkan dari pandangannya.
"Ada apa sih , Kay? Pipiku sakit nih kamu toel toel terus." ujarnya sedikit bernada tinggi. Tangan kirinya yang sedari tadi memegangi gagang koper beralih tugas mengusap pipi kanannya yang sedikit nyeri.
"Siapa suruh aku dicuekin." Kayla melipat kedua tangannya seraya menegakkan tubuhnya. "Jadi kita pulangnya gimana? dijemput apa naik taksi?"
"Entahlah. Sepertinya pria yang waktu itu aku ceritakan kepadamu tidak bisa menjemput kita. Tak ada kabar sedikitpun darinya." Ketusnya
Kayla hanya bisa mengehela napas panjang untuk kesekian kalinya seraya mengangguk mendengar ucapan Mika.
"Dokter Mika!!"...
Mika mengalihkan pandangannya ke arah sumber suara. Sosok pria dengan tinggi kurang lebih seratus tujuh puluh tiga berdiri tegak diantara kerumunan orang lalu lalang, satu meter sebelah kiri dari tempat ia berpijak bersama Kayla.
Mika mengangkat tangan kanannya sembari memberi petunjuk bahwa ia merespon panggilannya. Tanpa berpamitan terlebih dahulu kepada Kayla, Mika menghampiri pria yang memanggilnya.
"Mika...!! mau kemana kamu?!" teriak Kayla ketika Mika mulai menjauh darinya.Namun Mika tidak merespon teriakan Kayla. Bahkan semakin menjauh.
Rasa kesal Kayla semakin bertambah kepada sahabatnya itu. ia meraih kembali gagang kopernya dan memutuskan untuk melangkahkan kakinya menghampiri pemuda tampan yang memegang papan nama bertuliskan namanya tadi.
"Kayla"
Kayla dengan tiba-tiba menyodorkan tangan halusnya yang berhiaskan cicin emas dua puluh empat karat melingkar dijari manisnya kepada pemuda itu. Pemuda itu tampak kaget dengan perilaku spontan yang dilakukan Kayla kepadanya. Ia meraih tangan halus Kayla dan mulai berjabat tangan.
"Farhan" senyum simpul terlukis diwajah oval pemuda itu.
"Farhan? Apa dia Farhan yang dua bulan yang lalu berkenalan denganku di sosial media? yang meminta nomor telponku tapi aku kasih nomornya Mika? Apa dia orangnya? Tapi kenapa aslinya tak sama dengan yang ada difoto? Apa aku salah orang?" beberapa pertanyaan tanpa adanya kepastian menyelimuti benak Kayla hingga dia larut dalam lamunannya.
Farhan berusaha melepaskan genggaman Kayla yang semakin erat. "Permisi,, Apa ada yang salah?" Farhan mencoba menyadarkan Kayla dari lamunannya. Dilambaikannya telapak tangan kirinya tepat di depan wajah Kayla berkali-kali.
Kayla mengerjapkan kedua kelopak matanya dan melepaskan tangan Farhan. "Oh, Maaf.." Kayla tampak salah tingkah dan penyakit gugup ditemani keringat dingin mulai menyerangnya detik itu.
Farhan hanya terdiam melihat tingkah aneh Kayla. Ada rasa sedikit janggal yang ia rasakan, akan tetapi ia pun tidak begitu yakin dengan apa yang ia rasakan. Keraguan pun mulai merasuk kedalam benak Farhan.
"But i'm only human. And i bleed when i fall down. I'm only human. And i crash and i break down" Suara Christina Perri memecah keheningan sejenak yang timbul karena rasa aneh dalam benak kedua insan tersebut.
Layar benda tipis menampilkan nama Mikayla tengah melakukan panggilan kepadanya. ia pun mengarahkan jari-jemarinya ke arah tombol hijau dan menariknya ke atas dengan cepat.
"Hallo, Mika. Kamu diman ̶ " belum usai Kayla berbicara, Mika buru-buru berucap "Kayla, aku pergi duluan sama rekan dokterku. Faris. Kamu bisa pulang sendiri kan? Baik-baik ya Kayla. Maafin ya, aku buru-buru nih. "
Clik! Tut..tut...tut
"Gila nih anak. aku ditinggalin begitu saja? Tau gini aku gak mau nebeng kamu pulang ke Jakarta Mik." Oceh Kayla kepada ponsel yang ia pegang.
"Ada apa?"
"Gak ada apa-apa. Oh ya, kamu sibuk nggak? Aku mau ̶ "
Belum usai Kayla berucap, Farhan menarik tangan Kayla dan melangkahkan kakinya menuju ke mobil Honda Jazz merah mengkilap yang terparkir rapi di dekat tempat mereka berpijak tanpa menjawab pertanyaan Kayla. Jantung Kayla berdebar kencang, rasa cemas pun berputar-putar dibenaknya. "Apa aku mau diculik sama pria ini, Tuhan? Jujur kali ini Kayla takut."
Farhan melepaskan tangan Kayla dan membuka kan pintu mobil untuknya. "Masuklah, Aku akan antarkan kamu ke Perpustakaan Umum sekarang" aura dingin terpancar dari perilaku Farhan. "Tunggu, PERPUSTAKAAN UMUM? Kenapa ia mengajakku ke perpustakaan umum?" gerutuku dalam hati.
TBC...
Surabaya, 20/02/2019
YOU ARE READING
Mi-Kayla [On Going]
RomanceSosial Media pada masa sekarang sering kali digunakan dalam perihal mencari pasangan hidup. Tetapi bagaimana jika ternyata yang kamu temui bukanlah dia yang kau kenal di sosial media? bagaimana jika selama ini, dia yang menjalin komunikasi denganmu...