5 - Feeling Different

12 2 0
                                    

Sebelumnya saya minta maaf karena telat upadate dan ceritanya terkesan membosankan. maafkan saya juga karena kurang interaksi dengan pembaca tercinta -_- Karena author sendiri emang jarang berinteraksi via tidak terlihat begini -_- Semoga Tuhan memberikan rahmat dan rezekinya kepada seluruh pembaca tercinta. Aamiin

Sebelum membaca cerita ini, pastikan sudah melakukan ibadah terlebih dahulu yaa. Terimakasih ^_^

***

"Tunggu! Bukannya Kayla bilang nomornya ganti? Tapi, kenapa nomor lamanya bisa update status?" 

Alisnya terangkat sebelah seraya memandangi layar ponselnya yang mulai meredup. Pandangannya kosong. Hanya pertanyaan-pertanyaan tak berjawab yang memenuhi pikirannya sekarang ini, hingga lambaian tangan Faris mampu membuyarkan lamunannya.

"Hah,, kayak cewek aja lo. Ngelamuun mulu.."

"Ck! apaan sih." Farhan melirik jam tangan kesukaannya sejenak dan mulai beranjak dari tempat duduknya. 

"Mau kemana lo?" 

"Peringatan 'jam santai telah habis' udah bunyi, kudu balik kerja lagi."

"Halah, baru juga setengah jam. Minumanmu bahkan belum habis."

Farhan menyunggingkan senyuman selebar-lebarnya dan meraih kunci mobil yang sedari tadi tergeletak di atas meja. Ia melangkahkan kakinya menuju tempat duduk Faris dan mulai menepuk pundaknya perlahan tanda perpisahan.

"Cabut dulu, bro. Kebutuhan masa depan tiba-tiba menghantui. Jadi kudu cepet-cepet balik lagi. "

Faris hanya menggeleng menanggapi kepergian teman lamanya.

***

Kayla melangkahkan kakinya menyusuri halaman yang tidak seberapa luas dengan sambutan pagar kayu berwana biru yang mampu menarik perhatian para pejalan kaki di dekatnya. 

Sayangnya, sepasang mata indah itu tidaklah fokus memandang penyambutan yang menyenangkan tersebut

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sayangnya, sepasang mata indah itu tidaklah fokus memandang penyambutan yang menyenangkan tersebut. Ia lebih memilih sibuk memandang kamera kesayangannya, sahabat hidupnya dan sumber mata pencahariannya yang sedari tadi digenggamnya erat. Beberapa foto hasil pemotretannya di kota orang -Yogyakarta- terpampang jelas pada bagian layar kecil di balik kamera Nikon D90 miliknya. Tangan kanannya perlahan menyisipkan beberapa helai rambut yang tertiup angin hingga menutupi setengah bagian matanya. Langkahnya pun terhenti kala siluet seorang pria yang baru saja keluar dari tempat nongkrong yang super nyaman tersebut melintas tempat di sebelahnya. Ia mengerjapkan sejenak kedua matanya dan mulai membalikkan tubuhnya. 

Seorang pria dengan postur yang proposional berbalut kemeja senada dengan yang ia kenakan tengah melintas dengan tangan kirinya asik memainkan sebuah kunci dan tangan kanannya dimasukkan ke dalam kantung celananya. Kayla menaikkan alisnya sebelah dan melanjutkan perjalanannya kembali.

Mi-Kayla [On Going]Where stories live. Discover now