Mayat di Sore Hari 07.0

30 6 0
                                    

Semua garis, bidang datar, volume ruang, merupakan gabungan dari banyak titik. Meskipun itu adalah lingkaran atau bola yang tidak memiliki sudut, pada dasarnya itu hanyalah kumpulan titik. Inti keseimbangan dari titik-titik tersebut adalah semuanya. Titik satu dan titik lainnya saling menopang satu sama lain. Lalu apa yang akan terjadi jika satu titik itu hancur?

Fajar menyingsing. Aku menunggu semalaman di tempat yang sama. Setelah berpisah, tidak pernah sekalipun aku menoleh ke belakang. Tubuhnya yang penuh hitam akan menyatu dengan kegelapan hutan. Jadi percuma saja aku mencarinya. Benar juga, meskipun itu perpisahan kami, aku bahkan belum mengetahui namanya.

Di pintu luar hutan, aku menyaksikan Amir yang masih bangun. Tidak terlihat dia tidur sama sekali, dari malam sampai pagi. Ternyata efeknya juga berlaku padanya. Aku yang lain, masa sekarang, akan berpatroli lalu bertemu dengan bayangan hitam. Saat kembali, dia akan menyapa Amir lalu membuntutinya seharian. Pada siang hari, dia akan kehilangan jejaknya. Lalu setelah itu mencari sangat lama. Sampai saat matahari terbenam. Pertemuan kami. Kami bertiga.

Jatuh dari lereng terjal. Terperosok. Sampai di atas lembah. Satu orang dengan sepeda mendekat. Satu orang di dalam semak-semak sedang tersangkut. Orang yang sedang terbaring di atas tanah dengan pakaian yang termandikan lumpur.

"Wahai kedua diriku yang lain. Apa kabar kalian berdua?"

Aku bangun dengan mengatakan salam pada mereka berdua. Sama-sama terkejut. Menoleh kepada mayat hidup yang ada di depan mereka. Aku memotong akar dan mengeluarkan si masa sekarang dari semak-semak. Kini kami berdiri berhadapan bertiga.

"Kau adalah aku? Wajah kita sangat mirip." Kata si masa lalu.

"Kenapa saya ada tiga. Kalian berdua ini sebenarnya siapa?" Kata si masa sekarang.

"Tenanglah, aku akan menjelaskan. Kita sedang terjebak dalam lingkaran waktu."

"Linkaran waktu?" 2x. Mereka benar-benar kompak. Apa diriku memang seperti ini jika ada di posisi mereka.

"Benar. Orang yang sebenarnya akan kalian tolong bukan aku. Tapi orang lain yang sudah mati berkali-kali dalam hutan ini. Pria muda yang bernama telah ditemui olehmu, masa sekarang." Sambil menunjuk diriku yang lain. "Namanya Amir."

"Oh, orang yang kutolong kemarin. Tadi pagi aku menemuinya lagi, tapi sekarang hilang. Di mana dia sekarang?" Cetus masa sekarang.

"Sudah kubunuh."

"Apa..?!" Kedua orang itu langsung dalam mode menyerang.

"Tenanglah. Dia sebenarnya sudah mati berkali-kali. Dan tidak akan pernah selesai. Dia adalah kutukan yang akan mengutuk kita bertiga. Memaksa kita mengikuti lingakaran yang dia buat." Penjelasanku meredakan mereka. Aku tidak dapat menangani dua pria yang berkekuatan sama denganku.

"Lalu apa yang akan terjadi sekarang. Jika Amir yang kau katakan sudah tidak ada. Kita bertiga di sini?"

"Masa depan kalian, yaitu aku. Adalah yang pertama kali terkena kutukan. Dan itu melahirkan diriku yang lain, yaitu kalian. Sejujurnya aku tidak tahu efek jika aku bertemu kalian seperti ini."

Kami bertiga terdiam. Menggumamkan hal yang sama. Tidak lama, terdengar suara di pikiran kami. "Sudah saatnya." Aku terkaget, dan mereka juga sama. Tidak tahu apa yang mendorong kami, tanganku bergerak mereka mengikuti.

Kami menyatukan tangan di tengah-tengah. Dibarengi dengan rasa pusing di tengah kepala. Dalam situasi setelah hujan, ada sebuah tetes air jatuh. Menetes ditengah-tengah tangan kami. Jatuh menerobos, lalu menyentuh tanah. Mataku terpejam berkedip.

Yang aku sadari setelah itu adalah aku berdiri sendirian. Diriku yang lain menghilang. Aku masih mengulurkan tangan. Kutarik lalu kuhadapkan ke atas. Menutupi cahaya matahari yang sangat silau. Sangat jarang di musim hujan.

Setelah kejadian itu, aku bisa pulang dan bisa tidur. Pikiranku akhirnya bisa beristirahat setelah sekian lama. Mayat Amir yang kubunuh saat sebelumnya kini hilang. Lalu hari-hari seterusnya aku juga tidak menemukan kejadian yang sama. Mimpi burukku tidak terulang. Semua kembali normal.

Tetapi masih ada orang di dalam. Jika sekarang aku berada diluar, seharusnya aku bisa menarik temanku keluar dari guanya. Menrobos dari luar. Dengan cara yang sama, menghancurkan lingkaran. Lingakaran datar bisa diwakilkan oleh empat titik utama yang membuat garis melengkung. Dan titik-titik itu adalah aku masa depan, aku masa lalu, aku masa sekarang, dan Amir. Secara tidak sengaja, sebenarnya Amirlah yang mengikat keberadaan kami.

Kutemukan goa yang ada di bawah bukit. Tempatnya masih sama seperti sebelumnya. Kutemui orang dengan pakaian serba hitam sedang tidur. Meskipun tidur, dia masih berpakaian seperti ini. Posisi tidurnya sangat rapi, terbaring menghadap tembok dengan mata tertutup. Sesaat setelah aku menyadari bahwa dia sudah tidak bernapas.

Panik, sebenarnya aku senang bahwa dia bebas. Kubuka masker hitamnya, lalu kutemui bahwa dia sedang tersenyum. Ekspresi yang sangat bagus. Selanjutnya yang kurasakan adalah sedih dan rasa bersalah. Apa yang kulihat di wajahnya adalah bayangan dari masa sekarang seorang Amir.

Mayat di Sore HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang