"Dia hampir keluar."
Pria itu terus menggenggam tangan kecil istrinya. Wanita cantik bertubuh kurus yang sekarang sedang bermandikan keringat. Dadanya naik turun karena napas yang memburu. Punggungnya bersandar pada bantal, dan ia menatap suaminya sambil menggelengkan kepala.
"Aku sudah tidak sanggup lagi..."
"Tidak, kau pasti kuat. Hanya tinggal tekanan kuat satu dua kali lagi dan bayimu bisa keluar."
Suara dokter perempuan yang membantu wanita itu melahirkan terdengar tegas. Ia membuat sang suami yakin dan kembali menyemangati istrinya.
"Ayolah, Yoona. Aku tau kau lebih kuat dari ini."
Wanita itu menatap suaminya, merasakan telapak tangan besar itu mengusap pipinya yang tirus. Lalu ia mengangguk dan mulai kembali, berusaha memberi tekanan di bawah agar anaknya keluar. Hingga ternyata tidak hanya satu dua kali berusaha, dan bayi mereka akhirnya keluar.
Satu ruangan itu dipenuhi dengan suara tangisan yang nyaring. Sehingga sosok ayah dan ibu yang baru melahirkan itu tersenyum lega sambil saling memandang.
"Bayi laki-laki."
Dokter ikut tersenyum, sementara perawat yang membantu persalinan membawa bayi itu untuk dibersihkan.
"Terimakasih, dokter."
"Terimakasih kembali. Ah iya, istrimu harus istirahat dan aku akan meresepkan dia beberapa vitamin."
____
Bau rumah sakit. Bau yang paling dibenci oleh pria tampan itu, tapi ia tetap melangkah. Sampai akhirnya berhenti di depan pintu sebuah gudang, yang berada di belakang rumah sakit.
Ternyata selain bau obat, bau anyir darah juga sangat mengganggu indra penciumannya. Sebelum memutuskan untuk masuk, ia mengatur napasnya lalu membuka pintu dengan perlahan.
"Donghae."
Suara laki-laki itu terkejut dan sedikit takut. Ia memandangi pria tampan yang baru saja masuk ke gudang tanpa berkedip.
"Kau belum membersihkan darahnya, Seunggi."
"Maafkan aku. Istriku perlu istirahat sesudah ia melahirkan jadi aku tak tega membangunkannya."
Donghae memutar bola matanya malas, lalu ia berjalan mendekat ke arah kasur yang digunakan oleh istri Seunggi.
"Anakmu laki-laki."
Tatapannya yang tajam bertemu pandang langsung dengan tatapan polos bayi kecil itu. Bahkan di cuaca yang menurut Donghae tidak dingin, bayi itu harus dibungkus dengan selimut dan sesekali mengemut ibu jarinya sendiri.
"Ya, anak laki-laki."
Seunggi tersenyum, lalu satu tangannya terangkat untuk mengusap kepala anaknya.
"Sudah kau beri nama?"
"Namanya Hyukjae, Lee Hyukjae."
"Itu terlalu indah untuk jadi nama anak laki-laki."
"Apa maksudmu, Donghae? Menurutku dan Yoona, itu nama yang sangat cocok untuknya."
Donghae terkekeh sebentar, kemudian menggelengkan kepalanya dan ikut mengusap kepala bayi kecil itu.
"Aku menginginkan anakmu."
Kedua mata Seunggi membulat sempurna dan kepalanya menggeleng dengan cukup kencang. Tidak menyangka jika Donghae akan berkata seperti itu.
"Tidak, Donghae. Kita sudah sepakat untuk tidak melibatkan anakku di awal."
Senyum Donghae tiba-tiba terlihat cukup seram, dan itu dapat Seunggi lihat dengan jelas. Tampan itu bahkan berani menggerakkan tangannya dan mengusap lembut pipi Hyukjae.
"Aku membantu istrimu dengan mengijinkannya melahirkan di gudang rumah sakit. Apa kau pikir aku tak layak mendapat ucapan terimakasih untuk itu?"
Seunggi kembali menggelengkan kepala dengan putus asa. Sedangkan Donghae kembali menatap bayi itu, ia kembali terdiam melihat betapa polosnya tatapan Hyukjae.
___
"Kesimpulannya adalah kau pedophilia."
Jongin menyesap kopi hitamnya dan kembali memandangi perapian di depannya. Donghae berjalan dengan malas, lalu memutuskan untuk duduk di sofa dan menghidupan televisi. Baru saja ia sampai di sana, bukannya menyambut dengan sopan, Jongin justru mengatainya.
"Tidak. Aku menunggunya sampai cukup umur."
"Kau sinting, Donghae. Darimana kau tau kalau bayi itu akan berumur panjang dan punya fisik yang baik?"
"Aku sendiri yang akan menjaganya."
Jongin langsung tertawa, meremehkan jawaban sahabatnya.
"Menjaganya agar nanti kau bisa puas mengeringkan darah di tubuhnya?"
Donghae menggigit bibir bawahnya, kesal dengan ucapan itu. Matanya sibuk mencari satu per satu benda di atas meja dengan cepat, dan akhirnya ia menemukan garpu. Lalu dengan secepat kilat ia melemparkan itu ke arah Jongin.
"Arrg-"
Garpu itu berhasil menancap di bahu sahabatnya. Terlihat juga darah yang mulai merembes di kemeja putih yang Jongin pakai.
"Berhenti menghakimiku, Jongin."
Jongin dapat mendengar Donghae walau ia sendiri mendesis ketika berusaha mencabut garpu dari bahunya. Ia meletakkannya di atas meja dan menatap Donghae sinis.
"Dan berhenti menyerangku, Donghae."
Walau ada darah di sana, luka tusukan garpu itu segera menutup kembali dengan sendirinya dalam waktu yang cepat. Kulitnya kembali terlihat mulus, seperti tidak pernah terkena apapun.
✄・・・ t b c
Halo! Konsep dasar cerita berasal dari The Vampire Diaries S. Remake/Adaptasi ya? Pokok permasalahan sejenis sempet muncul bentar di series tapi kayak gak lama gitu loh kan sebel. Karena blm puas ya jadinya aku bikin cerita ini, alur versiku gitu WKWKSemoga enak dibaca ya ♥
|peachyukee
KAMU SEDANG MEMBACA
Slavery Contract [HaeHyuk] .discont
FantasyDonghae -si vampir tampan itu memang berniat mengikat Hyukjae dengan sebuah kontrak. Dengan bantuan Chungha -temannya yang penyihir, ia percaya kalau kontrak itu bisa berlaku selamanya. Tapi entah kenapa, Hyukjae berperilaku seakan kontrak itu sudah...