©peachyukee
London,
1910.Perpustakaan kota adalah tempat favoritnya. Setidaknya ia bisa menghabiskan waktu untuk membaca dan mengagumi karya orang lain. Itu hal yang menyenangkan baginya, lagipula suasana hening perpustakaan membuatnya santai.
"Mr. Eunhyuk, mau roti isi?"
"Tidak, Tuan Franks, terimakasih atas tawaranmu," Pria manis itu tersenyum lembut ketika menolak tawaran.
Lalu Eunhyuk kembali melangkah, mencari meja yang paling sepi atau tidak dipakai orang lain.
Ia sudah mendapat dua buku pilihannya hari ini. Buku pertama tentang keluh kesah wanita-wanita di tahun 1840 dan buku kedua tentang budaya Korea.
Eunhyuk mengambil kacamata dari dalam sakunya. Ia segera memakai itu dan mulai membaca.
Entah kenapa sejak ia datang ke London untuk sekolah, Eunhyuk benar-benar memanfaatkan perpustakaan kota sebaik-baiknya. Ia bahkan sering datang dan pulang sesuai dengan jam buka perpustakaan.
"Tuan Lee," suara Tuan Franks terdengar bergetar dan itu menggema di perpustakaan yang sunyi.
Eunhyuk yang penasaran sedikit melirik ke arah meja kerja Franks untuk mengamati.
"Ini sudah jam empat, dimana penulis beritaku."
Pria itu memiliki suara yang cukup rendah. Wajahnya tampan dengan garis-garis yang tegas. Apalagi saat ini pria itu terlihat sedang marah pada Franks.
"Tolong maafkan saya, Nona Alexandra tiba-tiba membatalkan janji tadi siang."
"Sikapnya memang sama sekali tidak professional."
Eunhyuk dapat melihat pria tampan itu menghela napas. Ia jelas-jelas terlihat kesal.
"Tolong carikan penulis lain, aku harus menerbitkan surat kabar untuk minggu ini secepatnya."
Tuan Franks di depan pria itu hanya bisa mengangguk dan tetap membungkuk, sama sekali tidak berani menatap matanya. Eunhyuk terus memperhatikan diam-diam, karena ia baru tau kalau orang pendatang bisa dihormati sampai seperti itu. Ia mendengar kata "Tuan Lee", berarti ia juga pendatang sama seperti Eunhyuk.
"Dan tolong, beritahu pada pengunjung di sana untuk tidak menguping dan terus memperhatikan pembicaraan kita. Aku merasa sedikit terganggu," Tuan Lee melirik ke arah Eunhyuk sekilas.
Jadi Eunhyuk dengan kelabakan menutupi wajahnya dengan buku, pura-pura kembali membaca.
"A-ah, baik, Tuan Lee. Sekali lagi maaf membuat anda tidak nyaman."
Pria itu tetap diam dan sekali lagi melirik ke arah Eunhyuk. Bibirnya membentuk garis yang datar, dan itu terlihat menyeramkan. Tadinya ia ingin langsung pergi dari sana, tapi dia tau betul kalau Eunhyuk masih menguping dan memperhatikan.
"Apa dia ke perpustakaan hanya untuk menguping pembicaraan orang lain?"
Kedua mata Eunhyuk membulat sempurna. Ia masih menutupi wajahnya dengan buku.
"I-itu, dia mengambil pendidikan sastra dan kebetulan memang hobi membaca."
"Sastra? Berarti dia bisa menulis?"
"Sa-saya kurang tau pasti tentang itu, Tuan Lee."
"Kalau begitu pastikan sekarang, Tuan Franks."
"Ba-baik," ujar Tuan Franks terbata.
Ia menghanpiri Eunhyuk yang duduk di meja paling pojok, lalu menurunkan buku yang sengaja Eunhyuk angkat untuk menutupi wajahnya.
"Dia ingin bertemu denganmu," bisik Tuan Franks.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slavery Contract [HaeHyuk] .discont
FantasyDonghae -si vampir tampan itu memang berniat mengikat Hyukjae dengan sebuah kontrak. Dengan bantuan Chungha -temannya yang penyihir, ia percaya kalau kontrak itu bisa berlaku selamanya. Tapi entah kenapa, Hyukjae berperilaku seakan kontrak itu sudah...