Meet

1.3K 62 3
                                    

Sepoi angin malam berhembus membelai lembut pipi gadis yang tengah berada di balkon kamarnya. Perlahan ia memejamkan matanya sembari menghirup udara malam kuat-kuat. Namun ia masih merasakan gerah, udara kota metropolitan memang tak sesejuk udara di Bandung, Namun meskipun begitu, disinilah tempat ia menemukan kebahagiaan bersama kedua orangtuanya dan cinta pertama yang belum lama ia temukan. Sudah dua hari ini setelah kepulangan Almira dari pesantrennya ia belum sempat bertemu dengan Gaishan. Cowok itu kemana? Sepulang dari pesantren Gaishan terlihat murung dan pendiam, apa dia memiliki masalah? Almira bertanya-tanya dalam hati. Ia akui, kini ia tengah rindu. Padahal waktunya dirumah tinggal 3 hari lagi. Dan ia belum bertemu sama sekali dengan pria itu, meskipun sekedar bercengkerama tentang kehidupan mereka masing-masing.
Malam semakin larut namun semuanya tentang rindu kepada Gaishan masih saja menggelayuti pikirannya. "Astaghfirullah ya Allah, kenapa hamba terlalu berlebihan dalam berharap kepada ciptaan-Mu? Ampuni hamba ya Allah" desis Almira. Ia pun memilih masuk kedalam kamarnya. Hingga ia memilih untuk membuka handphone yang sudah lama ia telantarkan. Namun alangkah terkejutnya ia saat mendapati orang yang tengah ia rindukan mengirim pesan kepadanya. Ia terlalu bahagia sampai jingkrak-jingkrak diatas kasur. Gaishan ingin mengajaknya ke toko buku? Allah, ini bukan mimpi kan? Ucapnya sekali lagi sambil menepuk-nepuk pipinya. "Tapi aku harus mengajak siapa ya? Masa cuma berdua?! Kan gak boleh sama abi" Ocehnya. Tiba tiba terlintas ide cemerlang dalam otak cantiknya. Ahaaaaa! Raraa! Iya sama Rara deh, aku juga rindu sama dia.

****

Kini Almira telah siap dengan gamis navynya, ia tak terlalu ribet dalam berdandan, bahkan ia tak mengenakan bedak sama sekali. Setelah berpamitan kepada orangtuanya ia langsung bergegas menuju rumah Rara diantar oleh sopir pribadinya. Sesampainya dirumah Rara ia langsung disodori beribu macam pertanyaan oleh Rara dan jangan lupakan pelukan teletubisnya itu.

"Ya ampun Mir, gue tu kangen bet dah sama lu!, kenapa perginya mendadak gitu? Terus kenapa disana lama banget?" ucap Rara sambil mengeratkan pelukannya.

"hehe udah udah, napasku sesak nih, kamu peluknya kekencengen"

"jawab dulu napa mir"

"hehe iya kan emang udah peraturannya"

"terus kenapa tiba-tiba pergi? "

"hehe maunya abi gitu, aku ya tinggal nurut"

"oh iya mau langsung berangkat apa masuk dulu nih? Gue udah siap tau, daritadi nunggu lo didepan pintu kek gini" tawar Rara

"oh yaudah langsung aja yuk"

"sip deh, pak ntar ngebut aja ya biar cepet sampai. Kaya pembalap gitu pak, kan asik tu. Soalnya ada yang udah gak sabar mau ketemu calon imam" ucap Rara pada pak Yono selaku sopir pribadi Almira

"siap neng" kata pak Yono

"ish apaan sih Ra, belum tentu juga kali dia calon imamku, siapa tahu kita punya jalan masing-masing. Tapi doain aja aku bisa menjadi teman idupnya dia" ucap mira cengengesan saat sudah mendaratkan tubuhnya di mobilnya itu

"wkwkwk baru kali ini gue liat kamu kaya gini, heran deh, sumpah bukan kaya kamu. Tapi tenang aja aku doain kok"

"maaf ya Neng, namanya jodoh ntu udah Allah yang nentuin, kadang ya neng kita gak bisa dapetin orang yang selama ini kita sebut-sebut dalam doa kita. tapi Allah itu baik, Allah memang nggak menghadirkan dia yang kita inginkan, tetapi Allah mendatangkan seseorang yang telah menyebut nama kita dalam setiap doa dan sujudnya" jelas pak Yono

"walah pak yono ini, malah mbucin" kata Rara

"hehe iya neng, tapi mbucin apa ya? Saya taunya micin. Saya gak tau, maklum bukan golongan anak milenium jaman sekarang, saya mudanya dulu pas masih taun 90 an. Kalo mau nembak aja musti pake surat dulu"

Caraku MencintaimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang