What a bad day.

59 10 0
                                    



Pagi ini aku memilih jalan kaki dan menaiki bus di persimpangan depan untuk berangkat ke sekolah. Cuaca sedikit bersahabat dengan hatiku yang kelabu. Awan mendung dengan sedikit hembusan angin dingin dan sepertinya sebentar lagi akan hujan.

Aku menggenggam erat payung pemberian ibu tadi sebelum aku membanting pintu rumah dan memutuskan untuk berjalan kaki kesekolah.

Hariku dimulai dengan suara keras dan sindiran tajam dari wanita tua yang amat sangat membenciku.

Lagi, dia membahas soal anak pungut bodoh yang tidak punya malu selama 18 tahun menumpang di rumah anaknya. Siapa lagi kalau bukan aku ?

Aku menghela nafas pelan. Ini semua berawal dari keterlambatanku bangun pagi ini.


Aku menuruni anak tangga rumah dengan terburu-buru. Sesampainya di meja makan, aku langsung menenggak habis segelas susu yang dibuat oleh ibu dengan penuh cinta.

Sebelum akhirnya nenek sihir itu datang dan membuat mood-ku berantakan.

"Lihat, betapa tidak tahu malunya dia. Jam berapa ini ?" Sambarnya saat aku ingin mengambil sandwich buatan ibu di atas meja.

"Harusnya kamu itu bangun pagi-pagi, bantu ibumu mengerjakan pekerjaan rumah, bikin sarapan. Bukan malah bangun jam segini. Sampai adikmu hampir terlambat berangkat sekolah," ketusnya sambil mendudukkan diri di samping kursiku.

Aku menaruh kembali sandwich itu di tempatnya. Belum sempat aku berdiri dari dudukku, Ibu yang berada di seberang kursiku berdiri terlebih dulu mengambil kotak makan di dekat kulkas dan memasukkan dua potong sandwich kedalamnya dengan sedikit tergesa-gesa.

"Dasar anak tidak tahu diuntung," lirih nenek di sebelahku.

Aku menaikkan sebelah alisku, kemudian berdiri dari dudukku dan membuat suara yang cukup berisik sampai membuat ayah dan Jisung melihat ke arah ku. Aku mengambil tas yang tadi ku lepas dari punggungku dengan kasar.

Dengan langkah tergesa aku berjalan menuju pintu utama rumahku.
Sebelum aku membanting pintu, ibu memanggilku dan menahan pintu itu.
Ibu mengambil alih tasku dan memasukkan kotak makan lalu membantu memakaikan tas punggungku.

"Mau hujan, nggak bareng ayah aja ?" Tanyanya dengan raut wajah bersalah.

Ingin sekali aku bilang,

'ini bukan salah ibu, jangan membuatku sedih. Maaf selalu merepotkan, maaf belum bisa membanggakan ibu, maaf sudah jadi bagian keluarga yang buruk.' 

Tapi ucapan itu hanya tertahan di tenggorokkan dan sulit untuk dikeluarkan. Aku tidak boleh terlihat lemah di depan ibu, tidak untuk kali ini.

"No, it's okay. Aku pengen jalan kaki aja," elakku.

Ibu memelukku erat sebelum masuk kedalam rumah dan keluar dengan payung di tanganya.

"Jaga-jaga kalau nanti hujan," ibu memberiku payung itu, lalu mengecup keningku dan menepuk kedua pipiku gemas. "Hati-hati di jalan."

"Iyaa ~" ucapku sedikit mengeraskan suaraku setelah menutup pintu gerbang rumah.


Dan disinilah aku sekarang, berdiri dalam diam di pagi berkabut bersama payung polkadot hitam di tanganku menunggu bus menuju sekolahku melabuhkan diri di halte.

'it's okay Jihyeon. It's a bad day not a bad life,' batinku menghibur diriku agar tidak terus menerus bersedih di pagi hari.

Karena jika aku bad mood, aku tidak akan bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan membuatku dalam masalah lagi.

Setelah sekitar 3 menit berdiri akhirnya bus tujuan sekolahku berhenti di depanku. Udara dingin memberi pertanda bahwa sebentar lagi hujan turun.

Dengan sedikit terburu-buru aku menaiki bus itu. Tepat setelah pintu bus tertutup dan mulai berjalan, langit menumpahkan seluruh isinya. Membasahi jalan yang bahkan belum mengering akibat hujan semalam.

Aku menghela nafas pelan dan mulai merogoh saku jaketku untuk mencari belahan jiwaku.

Akhirnya aku menemukan earphone-ku, setelah menemukan beberapa sampah bungkus permen karet.

Aku memasang earphone-ku di kedua telingaku dan mulai mendengarkan lagu favoritku di saat hujan.

"Donghyuk-ah! Hati-hati!" Teriak ibu-ibu memperingatkan anaknya yang hampir terjatuh karena menginjak tali sepatu yang belum dia ikat saat menuruni tangga bus.

Setelah bus berjalan, aku menutup kedua mataku menikmati suara rintik hujan yang menerpa atap bus bersamaan dengan melodi yang kudengarkan.

'Donghyuck ?'
Seperti pernah dengar nama itu, tapi dimana ?
Aku mengedikkan bahuku samar.

Badanku terhuyung kedepan bersamaan dengan supir bus yang menginjakkan kakinya di pedal rem. Aku membuka mataku, sepertinya aku sudah sampai di depan sekolahku.

Aku membuka payungku sesaat setelah turun dari bus. Hujan belum juga berhenti, meskipun tidak sederas tadi. Beberapa siswa berlalu-lalang membawa payungnya dengan sedikit berlari menghindari percikan air hujan.

Di kejauhan aku melihat Jisung yang baru saja keluar dari mobil ayah, tanpa payung di tangannya. Dia berlari menuju gerbang sekolah berpayungkan tas ranselnya.

Aku berlari kecil menyusul Jisung. "Nih, pegang," sambil menyerahkan payung yang ku pegang tadi setelah sampai di sebelah Jisung.

"Noona ?" Tanyanya setelah menerima payungku.

"Kamu aja yang pegang ya ? Kamu terlalu tinggi kalau noona yang pegang payung, bisa pegel tanganku," jelasku sambil mensejajarkan langkah besar Jisung.

Jisung terkekeh pelan. "Hmm— noona nggak apa-apa ?"

Dahiku sedikit berkerut sambil menatap Jisung. "Nggak apa-apa Jisung, kan aku udah bilang kamu ketinggian," kelakarku.

"B-bukan itu, soal tadi—"

As expected, Park Jisung.

"I'm fine, as you can see," kataku sambil menepuk punggung jisung pelan.

"Bagus deh," Jisung menutup payungnya setelah sampai di lobby sekolah.

Seseorang membawa totebag bergambarkan Michael Jackson melintas di hadapanku.

"Ah! Lee Donghyuck," lirihku yang tiba-tiba teringat sesuatu sambil menganggukkan kepalaku pelan.

"Lee Donghyuck?" Tanya Jisung di sebelahku. "Siapa ?"

"Entah," aku juga tidak ingat dia siapa yang ku ingat hanya namanya saja. "Noona ke kelas dulu ya, payungnya sama kamu aja."

Persetan dengan Lee Donghyuck, Donghyuck, dan Michael Jackson. Aku berjalan meninggalkan Jisung setelah berpamitan.

"Sampai nanti Noona !"

"Eung~" ucapku sambil melambaikan tangan ke arah Jisung.



— tbc.



To be continued (?) 

Please vote and type positive words, thank you 🤗

An Untitled Story.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang