You in my arms.

41 6 4
                                    



Aku berjalan menyusuri taman dekat rumah yang sudah gelap dan sepi. Dengan sedikit mengeratkan pelukkan di tanganku aku mendudukkan diri di salah satu bangku taman.

Aku mengambil earphone di dalam saku jaketku dan memasangnya di telingaku. 

Sepertinya malam ini lebih baik aku tidur di taman ini saja dan besok pasti ada penjaga taman yang datang sebelum jam 5 pagi, pasti dia akan membangunkanku. Kemudian aku ke rumah untuk mandi dan berangkat sekolah sebelum nenek bangun. Daripada besok pagi harus sarapan ocehannya.

Oh, atau aku tidur di rumah Hyejin saja ? Ide yang bagus, aku berdiri dari dudukku. Namun seseorang mencekal tanganku.

Aku mendapati Donghyuck dengan pakaian yang masih sama. Memangnya dia itu tidak ada pakaian lain apa selain bergambar Michael Jackson ?

"Mimpi lagi ?" Tanyaku sambil mendudukkan diri di sebelah Donghyuck.

"Tepat sekali !" Serunya. 
"Welcome to the dream world, Jihyeon !!"

Kayanya dia itu senang banget kalau aku mimpi dia terus. Akunya yang enggak. Sama sekali nggak.

Tunggu, berarti kalau mimpi aku mungkin sekarang berada di kamarku ? 
Oke, aku harus bangun dan pindah ke taman ini segera.

Aku membuang nafas kasar sambil memejamkan mataku dan membuat permintaan agar aku terbangun dari tidurku.

Lalu aku membuka mataku dan mendapati diri di dalam kamarku, sendirian.

Dengan segera aku memasang plaster yang tadi aku ambil dari lantai bawah untuk memasangnya di leherku yang masih berbekas merah. Lalu menyambar jaketku yang ku gantung di sebelah pintu kamarku. Kemudian berjalan mengendap-endap menuruni anak tangga.

Setelah sampai di depan pintu utama aku mencoba membuka pintu tanpa ada suara 'beep' yang menjengkelkan itu.

Sial! suara itu malah terdengar cukup nyaring di ruangan yang gelap dan sepi ini.

Dengan segera aku keluar dari rumah dan menutupnya kembali, kemudian berlari melintasi halaman rumahku. Setelah menutup pintu gerbang, aku berlari lagi menuju taman dekat rumah.

Sesaat setelah sampai di taman aku mendudukkan diri di bangku taman yang tadi ku duduki di mimpiku.

Aku melihat sekitar, sangat gelap dan hening dan —sepi pastinya. Hanya ada suara jangkrik dan besi jungkat-jungkit yang berderit pelan akibat hembusan angin malam.

Keadan sekitar sedikit lebih dingin dan seram daripada di mimpiku tadi. Aku mulai membaringkan tubuhku di kursi besi yang kududuki tadi dan menjadikan lenganku bantal.

Aku mencoba untuk memejamkan mataku dan mengeratkan dekapan tanganku dengan masih berusaha mengusir pikiran-pikiran yang membuatku ingin berlari kembali kerumah.

"Ekhem !"

Tiba-tiba aku mendengar seseorang batuk di sebelahku. Sepertinya tadi tidak ada orang di sekitar.

Aku  buru-buru membuka mataku dan mendapati Donghyuck duduk di sebelah kepalaku sambil memainkan handphone-nya.

"Main ninggalin aja," katanya.
Dia menunduk melihatku dan memasukkan handphone-nya ke dalam saku jaketnya.

Kenapa sih di mimpiku selalu ada dia ? Kenapa harus dia lagi dia lagi ? Apa cowok di dunia mimpiku hanya dia ? Kalau iya, membosankan sekali. Sama membosankannya dengan dunia nyataku atau bahkan lebih membosankan ? Entahlah semoga tidak lebih.

Bayangkan saja kalau lebih membosankan aku harus hidup dimana ? Di neraka ? Jangan-jangan di neraka ketemu dia juga ? Huft, sangat membosankan kalau benar terjadi.

Aku mencoba untuk memejamkan mataku menghiraukan dia yang mengangkat kepalaku dan menjadikan kedua pahanya bantal tidurku.

Terserah dia mau ngapain, yang penting aku tidur kali ini.

Dia memainkan rambutku dan menyingkapnya ke belakang telingaku, kemudian aku merasakan nafasnya di pipiku.

"Heh, Lee Donghyuck," lirihku. "Tolong jangan aneh-aneh, aku mau tidur," dengan mata yang masih memejam.

Sepertinya dia mengangkat wajahnya kembali. Kemudian tangannya beralih ke leherku dan mengusap plasterku pelan.

"Maaf," bisiknya. 

"Good night, Jihyeon."

"byeol haeneun bamimyeon~"

Setelah hening sejenak, suara Donghyuck kembali terdengar.
Namun, kali ini dia menyanyikan sebuah lagu. Jadi, kuurungkan niatku untuk memarahi dan memberhentikannya.

"deullyeo oneun geudaeye eumsong

Hayake busojineun kkotgaru dweo geudae kkot wie angeo sipeora."

Donghyuck membelai kepalaku pelan. Kali ini aku menyerah, sekarang benar benar terserah dia mau ngapain. Sumpah! Aku hanya ingin tidur dan bangun pagi besok.

"Bamhaneul bomyeonso neukkyeoboneun geudaeye sumgyeol.

Dudungsil ttoganeun jjokbereul tago geudae hosuye momeulgo sipeora."

Donghyuck mengambil handphone-ku dari dalam sakuku. Entah apa yang mau dia lakukan dengan ponselku sambil terus bernyanyi. Aku tidak peduli.

"Manil geudae nae gyeoteul tteonandamyeon.

Kkeut kkaji ttareuri jeo kkeut kkaji ttareuri nae sarang."

"Geudae nae pume angyeo nuneul gamayo

Geudae nae pume angyeo sarange kkum na nwoyo ~"

Hembusan angin malam dan suara Donghyuck membuatku mengantuk dan mulai terlelap.







— Tbc (?)

To be continued (?)
Please vote and type positive words in the comment, thank you 🤗

An Untitled Story.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang