Jeon Ara.

37 8 0
                                    




"Ya !!!! Park Jisung !!!"

Teriak seseorang di luar kamar membangunkanku.

Aku menerjapkan mataku dan mengangkat kepalaku dari meja belajar.

"Park Jisuuung!!" Rusuh seorang gadis di luar sana sembari mengetuk pintu kamar Jisung dengan brutal.

Aku yakin Jisung disana sedang belajar sambil mendengarkan musik.
Dia pasti sudah tahu pacarnya sedang menggila di luar kamarnya. Ya begitulah Jisung dengan segala ketidak-peduliannya terhadap pacar barunya. 

Oh— bukan pacar, Jisung bilang cewek itu sendiri yang memaksa hubungan mereka.

Aku membuang nafas kasar dan berjalan menuju pintu kamarku.

"Anak jaman sekarang memang tidak punya tata krama."


Bukan, bukan aku yang berbicara.


"Apa kamu pikir ini rumahmu ?" Ketus seseorang yang kuyakini adalah nenekku.

"Oh! Selamat malam, nek," kata Ara. "Maaf jika saya mengganggu ketenangan nenek."

"Oh, ya jelas mengganggu. Jadi bisa kamu keluar dari rumah saya ? Sekarang ?!"

Kali ini aku berpihak pada nenek. Membayangkan wajah Ara gelagapan di depan nenek saja sudah menjadi hiburan yang menarik.


Dok dok dok ~


"Pssst—Noona!"

Aku mengangkat sudut bibirku saat mengetahui seseorang itu adalah Jisung. Aku berjalan ke arah pintu balkon kamarku.

"Hey, kenapa nggak di samperin pacar barumu ?" Tanyaku sembari menekan kata —pacar barumu.

"Noona !" Jengkelnya lirih.

Aku tertawa lepas melihat raut wajah Jisung yang, sulit untuk di deskripsikan.

"Noona ! Jangan berisik!" Sergahnya.

Aku terkekeh pelan.


Dok dok dok !!


Kali ini pintu kamarku di ketuk dengan keras. Aku dan Jisung memutar kedua bola mata malas.

"Sembunyi di kamar mandi sana," saranku.

Setelah Jisung menghilang di kamar mandi, aku membuka knop pintu kamarku perlahan. Baru saja terbuka sedikit, Ara langsung mengangkat kepalanya melihat ke arah belakang punggungku.

"Ada apa ?" Tanyaku.

"Ehm— J-jisung ada di dalam ?"

"Nggak ada tuh, mungkin dia lagi keluar sama pacar barunya," kataku.

Raut wajah Ara berubah merah padam. Dengan sedikit menghentakkan kakinya dia berjalan menuruni anak tangga. Nenek disebelah pintu kamarku menatapku kemudian pergi begitu saja dari hadapanku.

Aku mengedikkan bahuku lalu menutup pintu.

"Udah pergi Ara-nya. Mau sampe kapan di kamar mandi ?" Teriakku ke Jisung yang tak kunjung keluar dari persembunyiannya.

Tiba tiba terdengar flash toilet berbunyi.

"Heh! Kamu ngapain, Jisung?!"

Pintu kamar mandi terbuka terlihat Jisung dengan mata sipitnya tersenyum lebar ke arahku.

An Untitled Story.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang