Dua

23 1 0
                                    

Darren, laki-laki bertubuh tegap dengan mata abu-abu terang dengan pahatan rahang yang sempurna. Tingginya mencapai 182 cm, dia adalah kakak pertama Ella. Umurnya hampir mencapai 29 tahun.

Laki-laki itu sudah tau apa alasan adik kecilnya  ini berada di Korea dan ada di apartemennya sekarang, tidak lain Ella hanya ingin mengikutinya. Ya, sejak umur 3 tahun Ella hanya mengikuti Darren kemanapun laki-laki itu pergi. Dia akan menangis histeris jika Darren tidak mengajaknya.

"Dad dan Mom sudah tahu hal ini?" Ella terkesiap saat mendengar deheman keras Darren yang segera menyadarkannya dari lamunannya. Gadis itu segera mengaktifkan mode imut dan gelengan kerasnya berharap Darren tidak akan memberitahu kedua orang tua mereka.

Darren hanya menarik nafasnya pasrah.

"Kau lihat sekarang? Kamarku seperti kandang ayam?" Darren melirik kearah Ella yang hanya dibalas dengan cengirannnya.

"Seperti kamar Darren! Kalau kandang ayam, penuh dengan kotoran ayam. Ini semua barang-barangmu bukan kotoran ayam" Ella memutar bola matanya

"Dan ini ulahmu!" Darren bersedekap menuduh.

Ella hanya mengangkat kedua bahunya.

"Apa yang kau cari?" Darren sibuk merapikan barang-barangnya yang berhamburan di lantai

"Credit card" Tanpa penyesalan Ella menyunggingkan senyuman paling manisnya

"Well, akan ku beri Credit card, ah..black cardku dengan syarat kau harus segera mendaftar ke Harvard!" Darren memangku tangannya seolah berusaha membuat kesepakatan dengan Ella.

"Bahkan kau akan ambil bagian dalam rangka mengambil kebebasanku?" Ella memicingkan matanya

"Masa depanmu, Ella. Kau akan berdiri sebagi CEO perusahaan utama jika kau berhasil lulus dari Harvard"

"Aku tidak butuh perusahaan sialan itu, Darren! Kau ingin melihatku menghancurkan perusahaan itu dan hidupku? Aku hanya butuh disini, bersamamu!" Tegas Ella

"Ella-, kami semua, aku dan Alex ingin yang terbaik untukmu. Aku bahkan mempertaruhkan posisiku sebagai anak tertua untukmu" Darren berusaha menjelaskan

"Dan aku akan mempertaruhkan hidupku untuk menghancurkan mimpi kalian itu. Jika kau terus memaksaku, jangan harap kau akan melihat adik sialanmu ini!" Gertak Ella meninggalkan kamar itu dan penghuninya yang berusaha mengejar dan meneriakan namanya berkali-kali.

Si empunya punggung kecil itu terus saja berlari melewati pintu utama sampai ke lift.










                                        ***

Alex terperangah melihat sosok Ella yang tiba-tiba muncul dari balik pintu apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Alex terperangah melihat sosok Ella yang tiba-tiba muncul dari balik pintu apartemennya.

"Harusnya kau ada di Cambridge sekarang" Alex sama saja tak ubahnya Darren.

"jika kau memaksaku kembali ke L.A sekarang maka dengan leluasa Dad dan Mom akan mengurungku dan mengantarku ke Harvard"

"Whatever! Kau tau aku tak begitu peduli denganmu" Alex -kakak kedua Ella-mengantongi kedua tangannya kedalam saku celananya kemudian menaruh bokongnya dengan nyaman diatas sofa bulunya.

"Bisakah kau membantuku?"

"Entahlah, seperti biasanya aku tidak terlalu banyak membantu"

"Pinjamkan Credit cardmu"

"Biarku tebak, sebelum ini kau pasti memintanya pada Darrenkan? Kalu Darren tidak memberimu maka akupun tidak"

Ella mendengus kasar nafasnya.

"Aku hanya menawarkan bantuan kecil, tinggalah disini. Masih ada kamar kosong" Alex masih dengan cueknya bernegosiasi dengan Ella.

Keras kepala bertemu dengan keras kepala.

"Thanks, BROTHER!" Ella menyunggingkan Senyum sinisnya

"Aku permisi!" Alex hanya mengendikan bahunya, tidak berusaha menahan kepergian Ella.

Alex mengambil ponsel dari sakunya dan menekan beberapa kali pada layar ponsel cerdasnya lalu menempelkan benda itu ditelinganya.

Terdengar nada 'Tttuuuuuuttttt' panjang dari seberang sana.

"Aku ingin kau mengawasi adikku!" Perintahnya singkat dengan ekspresi yang sulit dibaca lalu meletakan ponselnya diatas meja.











                                      ****


"Dia barusaja pergi saat aku menghubungimu" Ucap Alex saat Darren tiba di apartemennya.

Darren mengurut keningnya yang masih memakai kemeja putih tanpa dasi dan sengaja menyisakan dua kancing baju atasnya terbuka.  Sementara Alex hanay menggunakan koas putih polos dan celana jeans selutut.

"Kenapa tidak berusaha membujuknya" Darren mrnyandarkan punggungnya disandaran sofa

"Bahkan dia pergi darimu yang notabenenya kakak tersayangnya" Gumam Alex masih tanoa ekspresi.

"Sepertinya akan merepotkan mencoba membuat kesepakatan dengan si keras kepala itu"

"Kau bahkan sama keras kepalanya dengannya Alex. Ah...yang benar saja! Dia masih gadis kecil, belum begitu mengenal Korea. Dia bisa membunuhku sebelum aku menikah. F*ckin' shittt!" Umpat Darren, memikirkan apa yang akan terjadi pada gadis nakal itu.

"Tenangkan dirimu, Darren. Daripada memikirkan yang tidak-tidak bukankah lebih baik memikirkan solusinya dan bertindak. Setdaknya dia akan baik-baik saja. Soda?" Alex melempar sekaleng soda kearah Darren.

Tap! Dengan lincah Darren menangkap lemparan Alex

"Cssssstttt" Suara decikan kaleng soda ketika penutupnya dilepas.

Alex meneguk sodanya dengan santai

"Setidaknya dia harus menghubungi anggota keluarganya" Darren tak bisa menahan dirinya untuk tidak mencemaskan Ella

"Dia itu sedang kabur, bukannya sedang liburan. Memangnya ada sejarahnya orang kabur memberitahu kerabatnya?" Alex tak habis pikir dengan pemikiran Darren

Hanya jabatannya saja yang CEO tapi tidak bisa membedakan antara liburan dan sedang kabur. Tentu saja Alex mengerti karena dia juga menyandang gelar si tukang kabur. Ah, bisa saja Ella menirunya.

"Kurasa mungkin sekarang dia menginap di hotel perusahaan" Bingo! Ketika kabur dia sering melakukannya dan membuat onar dihotel.

LINE: 18th IamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang