Shittt!! Berkali-kali aku menggumamkan kata-kata umpatan, sudah menjadi kebiasaanku semenjak tinggal di LA. Aku lebih sering bergaul dengan teman-teman yag suka mengumpat dan mengatakan kata-kata kotor sepanjang hari, dari sanalah aku belajar. Bagi mereka hal itu sudah biasa dan bukan hal yang tabu.
Dulunya aku bukanlah gadis nakal yang suka membangkang, aku anak yang manis dan Darren menyukainya dan selalu mengajaku kemanapun ia pergi. Tapi Alex tidak menyukainya. Suatu kali ia pernah membisikan 'hehe sebentar lagi kau akan jadi bonekanya Dad', tidak sampai situ dimataku dia tidak pernah melakukan hal-hal yang benar, dia sering kabur dan anehnya dia selalu kabur lewat jendela kamarku. Memangnya dikamarnya tidak ada jendelanya? Dan sialnya sekarang aku menirunya, perbedaannya aku tidak akan kabur lewat jendela kamar Alex dan tidak akan meniru gaya kaburnya yang sangat tidak elegan, kabur hanya di hotel milik Dad dan membuat onar disana. Alex yang malang.
Tapi Alex benar tentang satu hal, jika kau menjadi anak yang manis Dad akan menjadikan mu bonekanya. Ya tentu saja, orang tua itu selalu memaksakan kehendaknya dan mengabaikan pikiran dan kehendakku. Persetan dengan perusahaan, aku tidak menginginkannya. Maksudku aku hanyalah gadis yang baru saja merayakan ulang tahun kedelapan belasku, kau tau? Memberika beban kepada gadis yang baru saja memasuki masa-masa pubertasnya bukankah hal tersebut sangat melanggar hak asasiku?. Disaat-saat seperti ini aku berharap Dad tidak menemukanku.
Kecerobohan terbesarku mengira kedua kakakku akan memihakku, mungkin sekarang Dad tengah mengirim beberapa anak buahnya untuk menyeretku paksa, tugasku hanya berhati-hati menyembunyikan diriku.
Aku terjengat mundur saat seseorang menghampiriku. Laki-laki itu menggunakan topi dan masker hitam, aku tidak bisa mengenali wajahnya. Aku was-was mencari sesuatu yanh bisa digunakan sebagai alat perlindungan diri-satu hal yang tidak kupelajari dari Alex, bahwa dia laki-laki dan aku perempuan. Dan biasanya perempuan yang kabur dari rumah rentan mengalami pelecehan seksual-biasanya di LA orang-orang perpenampilan seperti itu adalah buronan, pengedar, pemerkosa, penculik dan pembunuh. God lindungi aku!
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ada-ada saja ulah mereka, bahkan sekarang mereka sampai kedepan apartemenku" Gumamnya pelan namun masih kedengaran olehku.
Ah tunggu sebentar! Sepertinya Alex salah, O-o maksudku aku salah, bagaimana bisa seorang penjahat berkeliaran disekitar apartemen elit? Dan sejak kapan penjahat mampu memakai pakaian branded? Alex sialan! Membuatku berpikir yang tidak-tidak.
"Bagaimana caramu masuk kearea apartemen ini?" Salah satu tangannya bertumpu pada pinggangnya dan satu lagi digunakan menggaruk-garuk dahinya seakan mempertanyakan kualitas keamanan apartemennya.
"Oh-" Tunggu spertinya...
"Jiyong...maksudku Oppa?" Aku berusaha bangun dari tempat dudukku dengan tertatih-tatih, entah berapa lama aku menunggu disitu hingga membuatku tidak dapat merasakan kakiku
Jiyong sempat mengernyit walaupun tidak jelas tapi aku yakin dia mengernyitkan dahinya. Bingung seseorang asing memanggil namanya begitu saja tanpa embel-embel yang biasa digunakan orang korea saat bertemu orang asing atau orang yang lebih tua.
"Pulanglah setelah aku memberimu tanda tangan" Jiyong memgeluarkan pena dari sakunya
"Oppa!" Dengan tidak sopan aku membuka topinya-Ah lagi-lagi aku lupa, sejak kapan aku memperdulikan norma kesopanan?-memamerkan rambut messynya
"Hei-"
"Oppa, ini aku Ella!" Buru-buru aku melanjutkan kalimatku, takut ia segera mengusirku dan memanggil bagian keamanan
"Siapa?" Tanyanya lagi
"Ella, Gabriella Graham, Darren Graham! Ingat?" Aku berupaya memberinya sebuah clue
"Ella?" Jiyong memicingkan matanya, berusaha mengingat
"Bagaimana caramu bisa masuk sini?" Pertanyaan bagus!
"Tentu saja dengan ini" Dengan bangga aku menunjukan sebuah kartu identitas khusus milik Darren-yang biasa digunakan untuk perkumpulan orang-orang elit-
Sebelumnya aku sudah memprediksi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi, aku tidak akan kabur tanpa rencana seperti seseorang yang kukenal. Maksudku dikorea aku hanya mengenal Darren, Alex dab Jiyong-sahabat kedua kakakku-setidaknyanya jika aku terpaksa ke hotel perusahaan untuk membuktikan aku anggota keluarga aku tetap membutuhkan kartu ini, jadi bagaiman? Otakku bekerja lumayan baikkan?
"Oke-" Kata-katanya tertahan.
Jiyong mulai menekan beberapa tombol kombinasi, lalu mempersilahkankan ku masuk setelah memastikan tidak ada siapa-siapa disekitar tempat itu.
Aku masuk dan dia mengekoriku dari belakang. Baiknya aku membuat kesepakatan dengan orang ini, meskipun aku tidak mengenalnya dengan baik, sewaktu kecil kami hanya pernah bertemu beberapa kali.
Aku mengedarkan pandanganku keseluruh penjuru ruangan dengan nuansa klasik yang dipenuhi barang-barang antik dan beberapa lukisan abstrak yang pastinya dibeli dengan harga selangit. Apartemennya tidak jauh berbeda dengan tatanan apartemen artis-artis pada umumnya. Aku pernah memasuki beberapa kediaman artis di LA-temanku tentunya-yang selalu menarik perhatianku mereka selalu memajang poster diri mereka denga ukuran ekstra besar dan aku tidak tau kenapa mereka selalu melalukanya.