Bab 2 - Senja Pertama

69 12 0
                                    

Pukul 08:00 seharusnya acara sudah dimulai. Tapi sudah menjadi tradisi bagi orang Indonesia jika melakukan sesuatu pasti selalu tidak tepat waktu. Pukul 08:30 acara sudah dimulai. Saat itu aku ditugaskan dibagian futsal untuk memberikan minum disetiap waktu istirahat pertandingan. Saat itu aku merasa seperti pelayan Stadion. Kenapa harus dilayani? Dasar manja. Ahh..sudahlah..

Aku mencoba menerima pekerjaanku yang melelahkan itu. ketika sedang asik mempersiapkan minum untuk diberikan kepada pemain manja itu, aku terkejut dengan seorang lelaki yang duduk dibangku jajaran medis. Baju putih berlambang palang, celana hitam dan tak lupa slayer berwarna kuning terikat rapih dilehernya. Astagaa..seketika rasa lelahku hilang. Menurutku lekaki berbadan besar dan mengerti medis menjadi point plus selain harus baik dan humoris.

°°°

Acara dihentikan karna panggilan Allah telah berkumandang. Aku memutuskan untuk menemui Anggota PMR sekedar bersalaman dan bertukar kabar. Ku kira semuanya akan baik-baik saja, tetapi lelaki itu masih terus meledekku dengan kata-katanya yang buaya. Ahh..gak tau apa satu kata saja yang keluar dari mulutnya itu bisa membuatku melayang hingga ke awan. Perasaanku gak karuan. Ohh..Tuhann ada apa denganku?

"Ehh..zeera,"
"Apaan si?" Mengabaikan ucapannya.
"Suka malu-malu kucing deh,"
"Bodo"
"Hey"

Sungguh aku tak kuat dengan ucapan-ucapan manisnya itu, aku muakk..ingin sekali meninggalkannya, namun itu tandanya aku harus kembali menjadi seorang pelayan stadion. Ahh..biarlah aku bertahan sebentar dengan ucapan-ucapannya itu, aku ingin rehat dan vacum beberapa saat dari pekerjaan yang menguras mental itu.

°°°

saat itu aku memutuskan untuk pulang lebih awal karna waktu sudah semakin sore, acara pun sudah selasai, semua pemain sudah pulang. Namun sudah menjadi kewajiban Anggota Osis datang sebelum ramai, pulang sesudah sepi. Cuaca sore ini sangat mendung, angin bertiup kencang dan sesekali petir meluapkan amarahnya. Aku berjalan menjauh dari ruang osis, berharap cepat sampai rumah sebelum hujan turun. Aku sibuk memakaikan jas kebanggaan sekolahku sambil berjalan. Namun lelaki itu memang selalu bisa membuatku terkejut dengan kehadirannya dimana-mana. Aku menyapanya dengan nada terburu-buru.

"Hay kak, duluan ya," sambil berjalan meninggalkannya.

Ia hanya terdiam dan mulai memajukan motornya.Ternyata motor itu berhenti tepat di sebelahku. Aku sedikit heran, apa lagi yang ingin ia lakukan? Apa tidak cukup membuatku melayang tadi dan malam? Dasarr anehh..

"Mau bareng gak? Mumpung gua baik ni.."
"Gak usah kak, makasih"
"Ets..suka malu-malu gitu,"
"Engga kak, rumah kakak kan jauh, udahlah udah mendung nanti kakak keujanan."

Glegarr..(suara petir)

Sial!! Suara itu membuatku spontan naik keatas motornya. Arghh..aku maluu,, ia hanya tersenyum dan melanjutkan laju motornya.

Sepanjang perjalanan aku terdiam, sungguh aku sangat malu saat itu, entah ingin ditaruh dimana wajah kumelku ini. Karna cuaca saat itu sangat mendung dan ber-angin, alhasil hujan turun dengan derasnya. Aku dan ia memutuskan untuk meneduh disebuah bengkel sepeda yang sedang tutup. Suasana saat itu sangat dingin, sebagian bajuku sudah basah, ditambah hanya ada aku dan dia yang saling terdiam. Ahh..membosankan. Aku tidak suka suasana seperti ini, aku mencoba mencairkan suasana dengan membuka dialog pertama.

"Kak,"
"Naon?" (Naon/apa dalam bahasa sunda kasar)
"Jangan bahasa sunda dong, gua kan gak ngerti kak,"
"Iya apa?"
"Mau tau gak?"
"Apa?"
"Gua mau cerita ni soal acara di Villa kemarin"
"Udahh..tauu"
"Bodo..yaudah"
"Jihh..marah?"
"Engga."

Aku yang tak pandai bercerita atau memang dia saja yang terlalu pintar sudah mengetahui apa yang belum aku ceritakan. Arghh..aku malu untuk yang kedua kalinya. Aku dan dia menunggu hujan reda sekitar dua puluh menit, namun karena saling terdiam dua puluh menit pun berasa dua puluh tahun lamanya.

"Lanjutt yu kak?"
"Kemana?"
"Pulang lah,"
"Ohh pulang, dikira mau nginep disini?"
"Ogahh..lu aja kak,"
"Gapapa, asal sama kamu."

Sial!! Kata-kata itu mampu membuatku melayang lagi padahal cuaca sedang hujan.

"Yaudah kalo gak mau nganterin gua bisa naik angkot,"
"Jihh..baper, iya iya bawel,"
"Bodo,"
"Yaudah jadi pulang gak ni?"
"Bodo,"
"Dasar baper."

Aku dan dia terpaksa menerobos rintik-rintik hujan. Dia memasukan tas berwarna hitam-nya itu kedalam bagasi motornya yang hanya berukuran satu kotak ubin saja, lalu menggunakan jas hujan berwarna hijau-hijau taik kerbau hehe.. dan tega sekali dia membiarkan ku kedinginan begitu saja. Ahh sudahlah..aku terlalu berharap. Asikk dengan rintik-rintik hujan yang mulai turun membasahi kaca mataku, tanpa disangka sore ini senja datang begitu indahnya. Jujur saja aku merasa seperti Dilan dan Milea kala itu hehe..

"Kak, sampe depan gang itu aja"

Dia hanya terdiam dan memberentikan laju motornya tepat didepan gang besar itu. Belum saja aku mengucapkan terimakasih, dia sudah langsung melajutkan laju motornya dengan cepat. Aku hanya bisa menggeleng-gelangkan kepala saat itu. Dasar cowo aneh..

Kejadian dramatis tadi membuatku tidak bisa berhenti memandangi layar handphone ku. Aku memutuskan untuk mengucapkan terimakasih kepadanya via whatsApp.

"Kak, makasih ya tadi udah ngaterin. Maaf ngerepotin. Tadi belum sempet bilang makasih udah langsung jalan aja."

"Iya selow aja kali,"

"Sipp"

Sebenarnya percakapan via whatsApp kita berlanjut hingga malam, namun jika dijelaskan pasti akan membuat kalian semua bosan, karna pembicaraan kita unfaedah. Saling meledek dan saling menjatuhkan hehe..

RENDIRSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang