Bab 3 - Rompi Hitam

67 15 0
                                    

°°°

Aku tidak akan bisa memandangi layar handphoneku Hingga larut malam, 21:00 adalah jam terakhir aku memegang handphone berwarna hitam itu. Meskipun aku sangat langka tidur dimalam hari bukan berarti aku harus bergadang memandangi handphoneku, membuka instagram, youtube, dan sosmed lainnya. Aku lebih memilih berkhayal sambil tidur-tiduran diatas ranjang kamarku, sampai jarum jam menunjukan pukul 02:30 aku baru bisa tertidur.

Percakapan Via WhatsApp tadi malam terhenti pada kalimat ia yang masih terus saja meledekku dengan kata-kata manisnya itu. Dan aku baru membuka pesannya pagi ini.

"Makanya kalo suka bilang aja beb"

Sumpah!! Dia adalah cowo ter-PD yang pernah aku kenal. Baru saja aku membuka handphone sudah langsung disuguhkan dengan  kalimat aneh dari orang aneh.

Seperti biasa, aku harus berangkat lebih awal dari biasanya untuk mengejar Angkutan Umum kloter subuh hehe..

"Bun, sarapannya disekolah aja ya, dadah Bunda Assalamuallaikum"

Aku berlari tergesah-gesah karna  fajar sudah semakin dekat. Aku tidak mau menjadi pahlawan kesiangan lagi seperti kemarin. Sebenarnya aku melakukan rutinitasku dengan baik seperti hari-hari sebelumnya, tapi setelah aku membaca kalimat dari orang aneh itu seakan-akan jatungku stak disitu. Senyum-senyum sendiri tanpa berniat untuk membalas pesannya, sudah sepuluh menit aku melakukan itu, aku baru sadar seharusnya aku sudah berangkat dan beranjak dari posisi nyaman ini. Aku memutuskan untuk membalas pesannya.

"Ke-PD an banget lu kak"

Kalimat itu baru tercipta setelah sepuluh menit aku memandangi Handponeku. Sial!! Lelaki itu sudah membuat rutinitasku berantakan pagi ini. Menyebalkann..

°°°

Seperti biasa, aku datang setelah semua pekerjaan selesai, Baguss hehe..

Hari kedua berlangsungnya acara classmeeting. Aku masih tetap menjadi seorang pelayan Stadion. Ku kira pekerjaan ini akan digilir setiap harinya, ternyata tidak.  Tanpa banyak bicara, aku tetap melakukannya meski dengan terpaksa. Menyusun sepuluh air mineral gelas diatas nampan berwarna coklat, lalu menunggu peluit berbunyi dua kali barulah aksi ku dimulai. Lagi dan lagi aku melakukan aksi itu sampai pertandingan futsal selesai. Tetapi ditengah-tengah pertandingan aku selalu gagal fokus sampai-sampai tidak mendengar suara peluit. Berulang kali aku menengok ke arah jajaran tim medis dan aku masih belum melihat lelaki aneh itu.

"Duhh..ada apa denganku ini? Kok aku malah menunggu kehadirannya? Ayolahh Zeera tetap fokus pada pekerjaanmu ini. Lagian dengan ada atau tidaknya dia pun tidak akan membuatmu mati kan?" Gumam-ku.

Aku berusaha tetap fokus pada apa yang aku kerjakan, tanpa disadar ketika aku sedang memberikan minum untuk pemain manja itu, aku melihat seorang lelaki menggunakan baju putih dan celana hitam serta menggunakan rompi  mencirikan khas pekerja Hotel. Tak lupa pula selalu terpajang rapih slayer berwarna kuning mencolok. Sungguh..jantungku berhenti sejenak, dia sangat manis kala itu, rapih dengan fostur tubuhnya yang besar terlihat kekar membuatnya sangat tampan menggunakan rompi hitam itu. Argh..aku terkejut dengan suara peluit yang berbunyi kencang tepat di telingaku, aku baru sadar bahwa permainan akan segera dimulai kembali.

Mataku ini tidak bisa fokus dengan permainan, aku masih terus memandangi lelaki aneh itu. Dan sialnya aku sering tertangkap basah ketika sedang melihatnya, aku langsung membelokan pandanganku dan membuang jauh-jauh muka ku ini.

Ditengah-tengah pertandingan, satu pemain manja terjatuh dan terluka, pelipis sebelah kananya terbentur dan berdarah. Dengan sigapnya tim medis berlari dan mengobati, meng-evakuasi korban ketepi lapangan futsal. Beberapa tim medis perempuan mengobati dan membersihkan pendarahannya, lalu lelaki aneh itu sudah siap dengan sarung tangan Lateks-nya untuk mengompres pelipis si korban menggunakan es batu. Sungguh itu pemandangan yang sangat istimewa dan langka bagiku. Karena biasanya aku melihat dia memegang bambu dan tambang. Arghh..sudah tak usah dibayangkan lagi betapa bahagianya aku melihat dia sedang bermain tandu. Sudah tak bisa dijelaskan lagi dengan kata-kata, apalagi ketika matanya tertutup kain mitela. OMG..benar-benar sudah tak karuan perasaanku saat itu. Namun itu lebih baik karna aku belum men-cap dia sebagai lelaki aneh, aku belum mengenalnya, belum tau namanya dan bahkan aku tak tau dia adalah Anggota PMR di sekolahku. Dasarr kuper hehe..

Jam istirahat makan siang aku memilih untuk tidak menemui lelaki aneh itu bersama Anggota PMR lainnya. Karena aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia masih terus meledekku? Bagaimana jika nanti aku dibuatnya terbang lagi?  OMG..aku tak bisa membayangkan itu. Lebih baik aku rehat dan solat Zhuhur terlebih dulu.

°°°

Seperti biasa, setelah acara selesai kami pasti akan melakukan evaluasi. Nahh..menurutku ini adalah acara paling menegangkan seumur hidupku. Karna aku tau, pasti diisi dengan marah-marah dan mencari kesalahan orang saja. Tapi ya sudahlah, terima saja. Ini konsekuensinya. Setelah sekitar lima belas menit kupingku mendengarkan orang-orang saling menyalahkan akhirnya acara yang ditunggu-tunggu pun tiba. Makan yeayy..bayangkan saja seharian itu aku tidak berani makan, karna takut teguran kakak kelas. Menahan lapar sudah menjadi salah satu konsekuensi terberatku.

°°°

Cuaca hari ini sama seperti kemarin, bahkan jauh lebih buruk mungkin. Ingin rasanya segera beranjak dari ruangan ini. Aku takut hujan akan turun deras sebelum aku sampai kerumah. Karna aku harus menunggu Angkot yang super duper lelet, menunggu dan berdiri didepan toko yang isinya bernuansa pink itu sangat melelahkan. Bahkan tak jarang pula aku harus menunggunya hingga berjam-jam.

Didepan toko inilah aku melamunkan lelaki aneh itu. Aku benar-benar bingung mengapa dalam waktu yang sesingkat itu dan caranya mendekatiku yang terbilang Alay  bisa membuatku selalu memikirkannya? Aku baru mengenalnya pada saat latihan rutin untuk lomba, dan itu seminggu setelah pelantikan Anggota Angkatan-ku. Pada saat itu ia masih bersikap layaknya seorang kakak kelas dengan adik kelasnya. Lalu semuanya berubah ketika berada di tempat lomba, ia meledekku dengan Prak  yang sedang buming kala itu.

"Hey"
"Hey"

"Tayo"
"Tayo"

Ya sebatas itu saja, tidak lebih. Saat itu memang aku merasa kagum dengannya. Terlebih dengan permainan tandunnya. Luar biasa. Setelah dari lomba itu aku tidak pernah tau kabarnya lagi. Dan tiba-tiba ia muncul di sebuah Grup memanggilku dengan  sebutan yang aneh. Ahh sudahlahh,, semakin aku mengingatnya semakin aku merasa jijik sekaligus melayang.

Sudah hampir jam setengah tujuh malam aku masih belum juga mendapatkan Angkot. Aku masih sibuk memikirkan lelaki aneh itu. Astaga!! Aku lupa belum membuka handphoneKu. Sibuk memikirkannya sampai-sampai lupa mengabari orang-orang dirumah.  Aku membuka handphoneku dan menyalakan data yang sedari pagi aku matikan untuk mengirit-ngirit kuota hehe..

Ada enam panggilan tak terjawab dari Bunda, dua panggilan tak terjawab dari kakakku dan ribuan pesan dari grup WhantsApp. Aku menyeret layar Handphoneku keatas. Benar saja, dua pesan dari lelaki aneh itu.

"Biarin, yang penting lu suka kan?"
"Lu pulang sama siapa Ra?"

Astaga,,aku terkejut oleh pesan terakhirnya itu, aku heran sekaligus senang. Itu tandanya dia perhatian? Ahh.. sudahlah sudah tidak usah memikirkan itu. Ingin rasanya membalas 'aku masih depan toko kak, menunggu Angkot' tapi masa iya aku harus sejujur itu? Nanti dia ke-PD an lagi. Tidak, aku akan berbohong saja.

"Engga ya sorry"
"Dijemput sama Bunda"

Pesanku ceklis dua abu-abu, baru saja satu menit sudah berubah jadi biru. Haduhh..kok cepet banget si dia jawabnya? Gak tau apa aku belum siap bacanya.

"Yaudah gapapa"
"Syukur deh kalo gitu"

"Iya"

RENDIRSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang