Bab 4 - Balkon

84 14 4
                                    

°°°

Hari-hariku berjalan dengan sangat baik kala itu, meskipun lelah dan panas namun semuanya telah terbayar dengan hanya melihat lelaki aneh itu duduk dibangku jajaran Medis.

Sudah lima hari acara Classmeeting berlangsung. Dan kemarin adalah hari terakhir aku berperan sebagai pelayan stadion. Hari ini adalah puncak acara yang akan diisi dengan pentas seni. Aku harus datang lebih awal lagi dari hari-hari sebelumnya. Jika kemarin aku selalu kesiangan, kali ini tidak akan.

Selama berlangsungnya acara Classmeeting kemarin, aku dan lelaki aneh itu tidak pernah sedikitpun Lost kontek, entah apa yang kita bicarakan di WhatsApp itu bisa membuat moodku kembali membaik. Dia lelaki aneh yang tak pernah nyambung diajak bicara, tapi sialnya dia sangat asikk. Tuhan memang adil, Ia menciptakan manusia itu atas kekurangan dan kelebihannya masing-masing.

Celana hitam, baju batik merah dan samping berwarna putih bercorak coklat sudah aku siapkan untuk aku kenakan di acara pentas seni hari ini. Tak lupa pula, totopong (blankon moderen) berwarna merah lebih gelap dari baju batik ku pun sudah ku persiapkan untuk mencocokan pakaianku.

Jam 06:20 aku sudah tiba di sekolah. Yeay..aku datang 10 menit lebih awal dari biasanya. Itu tandanya aku tidak kesiangan.

Aku mulai mengganti bajuku agar terlihat seragam dengan yang lainnya. Lepas itu aku mencoba untuk mendekor panggung yang akan digunakan untuk menampilkan bakat siswa dan siswi SMK Taruna Airlangga.

"Kak, balonnya dipasang dimana?"
"Di pojok atas sana de,"

Karna terlalu tinggi, aku mencoba menyusun bangku dan meja untuk dijadikan tangga darurat hehe.. namun ada seorang lelaki berparas tampan, mempunyai alis hitam, tebal, panjang dan menyatu dibagian dahinya dan juga menggunakan batik berwarna merah sepertiku. Ia menawarkan bantuannya dihadapanku.

"Sini biar gua yang pasang,"
"Bener?"
"Iya,"
"Makasih."

Namanya Reza. Anak kelas X Teknik Komputer Jaringan 5. Sebenarnya dia sudah menjadi anggota osis sejak lama, karna jarang kumpul dan ikut serta dalam kegiatan osis, mengakibatkan nama dan wajahnya terlihat asing dihadapan kita semua. Sebelumnya aku punya cerita lucu tentang dia hehe.. saat itu malam sebelum acara Classmeeting dimulai, semua anggota sibuk membicarakan kostum yang akan dikenakan dihari pertama. Baju merah. Ya..tentu saja tidak semua anggota mempunyai baju merah dengan warna yg sama, entah warnanya akan lebih muda atau lebih tua. Grup WhatsApp osis sedang ramai-ramainya membicarakan baju, ada yang sudah dapat ada juga yang masih kebingung ingin meminjam kesiapa. Berhubung saat itu aku punya dua baju berwarna merah, aku mencoba untuk menawarkan satu bajuku untuk mereka, tak lama kemudian ada pesan dari nomor yang tak ada dikontakku, aku membacanya. Ternyata ia hanya memastikan apakah benar aku memiliki dua baju merah atau tidak. Aku menjawab Iya. Saat itu aku benar-benar tidak kenal siapa namanya dan yang mana wajahnya. Setelah berkenalan, aku terkejut dengan namanya, Fahreza Aditya. OMG..benar saja, foto profilnya seorang lelaki. Masa iya aku harus meminjamkan baju perempuan untuk seorang lelaki tampan sepertinya? Hehe.. baju berbahan kaos yang jika dipakai akan membentuk tubuh aslinya. Jujur aku tidak bisa membayangkan jika dia benar-benar memakai baju itu. Menurutku ini sangat lucu, maaf jika menurut kalian tidak.

Lanjut ya..

Saat itu aku benar-benar sibuk dengan acara, ditugaskan untuk menjadi penangung jawab Vocal Grup bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, harus mundar-mandir mencari peserta yang keluyuran mulu kerjaanya, memangnya tidak cape apa mencarinya? Menyebalkan..
Tapi kebetulan sekali lelaki tampan itu pun salah satu penangung jawab lomba yang sama sepertiku. Mau tidak mau aku dan dia harus sering bersama. Sebelumnya aku pikir dia lelaki aneh, karna sering sendirian dan menatap seseorang dengan tajam, begitupun aku, dia menatapku seakan aku adalah mangsanya. Argh..kenapa setiap lelaki yang dekat denganku adalah lelaki yang aneh? Bukan hanya Reza dan Kak Ghie/Gifarel saja yang aneh, dulu sebelum aku kenal dengan Kak Ghie, aku pernah merasa mencintai seorang lelaki yang menurutku jauh lebih aneh dari Reza dan Kak Ghie. Ahh.. ada apa denganku ini? Entah memang semua lelaki itu aneh atau aku nya saja yang kurang beruntung? Sudahlah.. tak usah dibahas.

Saking sibuknya dengan acara, aku sampai lupa dengan Kak Ghie. Dimana dia? Acara sudah berlangsung setengah jalan. Aku masih belum melihatnya? Sedang apa dia? Dia datang atau tidak? Argh..kenapa aku masih saja sibuk memikirkannya? Tapi nyatanya mataku ini tetap mencarinya.

Acaranya tidak selalu berjalan dengan baik, mati lampu menjadi penghambat jalannya acara dan membuat Randon sangat berantakan. Jika sudah seperti ini siapa yang ingin disalahkan? Namun, bukanlah osis jika tidak memiliki solusi diatas permasalahan. Semua aman terkendali.

Ketika sedang asik memotret suasana pangung, aku terkejut dengan seorang lelaki yang memakai baju putih berlambang palang itu duduk dibalkon ruang Aquarium, yang mana dari atas balkon itu akan tertuju langsung kelapangan tempat pensi diadakan. Aku benar-benar tidak menyangka kalau dia ada disitu, karna ku pikir dia tidak akan datang. Aku mencoba mendekatinya, menyusulnya dari bawah. Duduk disampingnya.

"Kak Ghie,"
"Ehh..ngapain lu disini?"
"Gak boleh?"
"Bukan gak boleh, emang lu gak kerja?"
"Cape,"
"Lagian mau aja jadi osis,"
"Gua ini,"

Pembicaraan kita sempat berakhir disini, kita sempat terdiam dan mulai menikmati acara dari atas. Angin berhembus dengan lembut, matahati sore sangat menyorot hingga sesekali aku harus menutup mataku.

"Gua kira kakak gak dateng,"
"Ehh..sorry-sorry ya, gua amanah orangnya,"
"Sombong,"
"Ets..iya dong,"
"Kakak datang terlambat ya tadi? Kok gua gak liat kakak dari pagi?"
"Lu gak liat gua, tapi gua liat lu Ra,"
"Emang iya?"
"Iya, dari tadi mundar mandir sama lelaki kan? Sama-sama pake baju merah lagi,"
"Cemburu?"
"Engga,"
"Jujur aja kali,"
"PD lu Ra,"
"Lu juga kak,"
"Biarin,"
"Yaudah"

Aku bingung dengan perasaanku, yang pasti saat kalimat yang menjuru bahwa ia cemburu keluar dari mulutnya, dada ku berdebar sangat kencang.

Tanpa sadar, sudah hampir 15 menit aku berada tepat disampingnya, aku lupa dengan tugasku. Aku memutuskan untuk turun dan kembali membenahi para peserta yang kabur-kaburan dan keluyuran.

"Kak, gua turun ya,"
"Iya, jatuh bangun sendiri,"
"Bodo."

Sungguh hari ini aku benar-benar lelah. Acara sudah selesai. Ditutup dengan pembagian para juara-juara permata lomba. Semua teman-temanku pun sudah terlihat sangat cape, dari wajah dan matanya sudah sangat terlihat kurang tidur. Tapi demi berjalannya acar ini, kami rela menahan lapar, mempersingkat waktu tidur kami dan bekerja tanpa diberi, hehe..mantap gak kata-katanya?

Aku dan yang lainnya membereskan sisa-sisa sampah dan membongkar pangung. Dibantu dengan Pramuka dan Green Action.

Aku sibuk memainkan sapu nenek sihir, mengayunkan ke kanan dan kekiri. Berharap pekerjaanku beres dengan sempurna.

Aku merasa ada seseorang yang mendekatiku dari belakang. Sekilas aku melihat sepatu yang biasa digunakan Kak Ghie. Benar saja, dia menarik bajuku dari belakang. Aku sedikit emosi dibuatnya, bayangkan saja, sudah cape, panas, ngantuk, dijailin pula. Bagaimana tidak emosi?

"Ishh...apaan si lu kak?"
"Jihh..nge-gas,"
"Lagian, tau lagi nyapu" dengan nada semakin tinggi.
"Iya iya maaf,"
"Bodo,"
"Jih.. gak dimaafin? Dosa Ihoo.."
"Bodo,"
"Yaudah, sebagai permintaan maaf gua anterin pulang deh,"
"Gak usah makasih,"
"Lah..ngambek,"
"Bodo."

Aku tidak memperdulikannya. Aku hanya fokus dengan pekerjaanku. Ingin rasanya cepat selesai dan kembali pulang.

°°°

Argh..sudah hampir setengah jam aku menunggu angkot didepan toko ini, masih belum lewat saja. Menyebalkan.. Andai saja tadi aku menerima tawaran lelaki aneh itu, mungkin aku tidak perlu berdiri berjam-jam disini. Kepalaku sudah terasa sakit dan perutku sudah merasa lapar. Bagaimana bisa aku bisa semenderita ini? Oh Tuhann.. kumohon bantulah akuu.. setidaknya datangkanlah jemputan untukku.

RENDIRSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang