Sekarang Jam menunjukan pukul 7 Malam. Badan Kanya sudah enakan walaupun besok belum memungkinkan dirinya untuk pergi ke sekolah.
Tadi Ava sudah berbicara pada Kanya bahwa sahabat Kanya yang satu itu akan menjenguk dirinya, Ava merasa bersalah. Padahal sudah Kanya bilang bahwa Ia tidak apa-apa.
Diana mengetuk pintu kamar Kanya, "Anyaa? Ada temen sekelas kamu tuh Nya, mama suruh masuk aja ya ke kamar kamu?"
"Yaudah Ma."
Itu sudah pasti Ava.
Tidak lama kemudian, Terdengar suara pintu diketuk dan terbuka. Menampilkan gadis dengan kaos bewarna hitam pekat.
"HOIIII. Tiduran aja mba, naon lu?" Tanya Ava seraya merebahkan dirinya ke kasur yang setengah nya sedang ditidurkan oleh Kanya.
"Perasaan fisik gue lemah banget ya gitu doang aja sakit. Izinin gue ya besok!" Ucap Kanya sambil duduk, cape tiduran terus.
"Iya elah. Btw, gua minta maap ya soal kejadian tadi siang. Masih gaenak nih gua, Wkwk. Tenang aja Nya, ntar gue buat perhitungan sama si Aurell itu!" , Ava belum bisa memaafkan dirinya untuk apa yang Kanya alami. Padahal Kanya-nya juga santai aja. Kaya sanken.
"Terserah lo anjir Va." Kanya terkekeh, tidak mengerti jalan pikiran Ava yang memang tidak bisa sans sedikit saja.
Selama beberapa detik, Mereka berdua diam membisu. Sibuk dengan pikiran-pikiran dirinya sendiri.
Keheningan yang damai tiba-tiba menjadi mencekam sesaat Ava mengatakan bahwa, "Oh Jadi tadi dianterin pulang sama Ankana nih ceritanya?" Tanya Ava seraya tersenyum menggoda.
"Ah apasih Anjir. Ga kok gagitu." Jawab Vanka seraya mencoba menyembunyikan senyumnya tetapi tetap gagal juga.
"Alah tuh malu gitu buktinya. Wah Fix ini Anak demen sama si Otak Jenius!" Perhatian teman-teman, Kanya berpesan bahwa jangan pernah mengatakan Rahasia atau berita apapun, pasti akan disalah artikan dengan Ava.
"Kaga anjir lo apaansi?!" Sekarang Kanya sudah bisa mengontrol mukanya.
"Ceritain dong Nya, lo mah."
"Iyaiya, Jadi tuh tadi,
Flashback On.
Ankana masih fokus menyetir, sesekali dirinya menengok sekedar memastikan ke gadis disebelahnya. "Habis itu belok mana lagi Nya?"
"Ada lampu merah belok Kanan, terus masuk ke Cluster Raflesia." Jawab Kanya seraya menengok kepalanya ke kiri, guna menatap wajah Ankana yang sekarang sedang menatap dirinya.
"Oo-ohh Oke," Ntah gagap darimana, tiba-tiba Ankana gagap berbicara dengan Kanya. Segera saja Ankana menetralkan jantungnya, kemudian mengajak Kanya untuk mampir makan siang padahal sudah menjelang sore, "Makan dulu ya Nya? Lo kan belom makan gitu..." Ankana memutuskan ucapannya, dan memegang kening Kanya. Untuk mengecek tempratur cewe yang berada disebelahnya, "Tuhkan Panas. Ayuk kita makan!"
Setelah mengatakan itu, Ankana memberhentikan mobil Gabriel di salah satu rumah Makan ayam bakar. Mereka berdua turun untuk makan, tidak Lupa Ankana membantu Kanya turun dan membantu Kanya berjalan.
"Na? Gue bisa jalan sendiri kali, wkwk." Kanya merasa risih. Bukan risih gimana-gimana, namun jantung nya yang sedari tadi tidak bisa santai. Selalu berdetak 2 kali lebih cepat setiap kali Ankana berdekatan dengan dirinya.
"Gue gamau ah lo tiba-tiba jatuh Nya, udah ayuk kita makan. Abis itu baru gue anterin pulang, besok juga gausah sekolah dulu. Masih sakit juga." Ankana membantu Kanya untuk duduk, dan setelah itu Ankana duduk di bangku yang berada didepan Kanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
EinFalt
Fiksi Remaja"Gue tuh punya 1001 cara sederhana supaya lo bahagia Nya." Jelas Ankana yakin. "Oh Ya? Salah satu nya tuh apa?" Tanya Kanya tidak kalah menantang. Ankana mendekatkan dirinya ke Kanya, lalu berucap "Ada dua hal yang bakal gue pelajarin ke lo. Yang pe...