tettttt tetttt tettttt...
Bel masuk berbunyi. Kanya, masih berjalan santai ditengah koridor. Diri nya lelah karena harus jalan kaki dari persimpangan sampai dengan "SMA Gemilang Emas". Pake mogok segala tu metromini sialan, Rutuk Kanya.
Sampai dikelasnya, seperti biasa sudah beberapa orang teman kelasnya yang keluar. Menuju lapangan karena upacara bendera akan segera dimulai, terkecuali Ankana yang tengah sibuk membangunkan Gabriel, tertidur pulas teman Ankana yang satu itu. Sebenernya bisa saja Ankana meninggalkan Gabriel yang sepertinya tidak ingin diganggu, namun karena Ankana tidak ingin Gabriel dimarahin oleh Pa Budi, yasudah akhirnya dirinya membangunkan Gabriel yang sangat sangat kebo. Melihat itu Kanya segera saja bergegas untuk mengambil topi, dan membantu Ankana, ntah inisiatif dari mana.
"Buset pagi-pagi kebo bener ni anak. Woi bangun kebo, upacara udah mau mulai noh!" Celetuk Kanya sambil menaruh tas di bangkunya, dan mulai mencari topi upacara.
Lalu Ankana menjawab, seraya menepuk-nepuk pipi mulus milik lelaki tampan tersebut, "Iyani anjir, gangerti lagi gue. Woi bangun anjing!" Kesal.
"Iyaiya ini udah bangun kampret, gausah segala teriak-teriak." Gabriel sama kesalnya seperti Ankana, seketika Gabriel terlonjak kaget ketika mengetahui hanya mereka bertiga yang tersisa dikelas ini, "Lah anjir, tinggal kita bertiga nih dikelas? Ayo lah, gabilang daritadi kau pada."
"Eh-eh tunggu dong. Ini masa topi gue gaada sih? Padahal gue udah bawa, aduh gimana ya? Lo berdua ada topi lagi ga? Kira-kira masih buka ga ya koperasi?" Sekarang Kanya lah yang panik, bisa-bisa nya ketinggalan celetuk Kanya dalam hati.
"Mampus. Terus gimana dong Nya? Atau lo mau pake topi gue aja? Nih pake aja, biar gue yang gausah pake," Gabriel memberikan topinya kepada Kanya, agar gadis manis nan cantik itu tidak mendapat hukuman dari guru piket mereka.
"Udah Gab gausah. Biar Kanya pake topi gue aja. Nih Nya, pake! Lain kali jangan ketinggalan lagi ya. Yaudah ayo Gab!" Ajak Ankana seraya memakai kan topi miliknya ke kepala Kanya.
Hening.
Suasana tiba-tiba saja mendadak panas, rona merah di pipi Kanya ingin saja menunjukan wujudnya. Tidak, Kanya mampu menahan gejolak aneh nan rona merah di pipinya.
"Eh Nya? Ayo bego. Dimarahin sama Pak Budi baru tau rasa lu. Udah mau mulai juga, tuh si Ava nungguin lo daritadi!" Jleb Kanya sadar dari lamunan nya tentang perlakuan manis Ankana terhadap dirinya akibat ajakan Gabriel.
"Iyaiya."
Yang tidak Kanya tahu adalah, Ankana rela dan mau membiarkan dirinya nanti dihukum oleh guru piket mereka. Tidak, bukan karena perasaan lebih atau suka yang Ankana miliki terhadap Kanya, namun ada hal dari diri Ankana yang ingin menggantikan posisi Kanya. Ankana pun tidak mengerti, apakah dirinya sudah siap kembali untuk jatuh cinta? Sekalipun itu untuk orang yang baru
dikenalnya?——
"Baik seperti yang sudah-sudah. Yang tidak memakai atribut lengkap diminta untuk kebarisan paling depan agar Pa Budi gampang melihat siapa yang tidak memakai atribut lengkap!" Jelas Bu Virda menggunakan mic yang sudah disediakan. Segera saja Kanya melihat Ankana yang baris tidak jauh dari dirinya, terlihat Ankana tengah jalan melewati kerumunan teman sekelesnya untuk baris di barisan paling depan.
Ava pun melihat ketika tanpa sadar Kanya memperhatikan Ankana yang maju kedepan, lalu dengan iseng Ava menyeletuk, "Cie, jadi sama Ankana toh." Seraya tersenyum yang bikin hati kian dengki.
Tidak terima. Ya Kanya belum menceritakan kejadian tadi sebelum upacara terhadap sahabat barunya itu, jika sudah tidak kebayang apa reaksinya. Pasti heboh, pikir Kanya.
"Ish gajelas kan lo emang. Nih ya yang belom lo tahu adalah ini bukan topi gue. Tapi, topi Ankana. Soalnya gue gabawa, gatau tuh ketinggalan dirumah. Bangke banget kan!" Jelas Kanya, terpaksa menjelaskan.

KAMU SEDANG MEMBACA
EinFalt
Fiksi Remaja"Gue tuh punya 1001 cara sederhana supaya lo bahagia Nya." Jelas Ankana yakin. "Oh Ya? Salah satu nya tuh apa?" Tanya Kanya tidak kalah menantang. Ankana mendekatkan dirinya ke Kanya, lalu berucap "Ada dua hal yang bakal gue pelajarin ke lo. Yang pe...