01. Rosyana dan Aldina

4.1K 482 59
                                    

"Bye sayang, hati-hati di jalan. Nanti kabarin kalo udah nyampe rumah," seru Ocha pada pacarnya di dalam mobil yang sedang melaju keluar pekarangan rumah. Senyum lebar terus nampak dari wajahnya, mengingat kencannya hari ini dengan sang pacar.

Kakinya berayun manja menapaki halaman rumah yang asri dengan pemandangan pohon mangga rimbun yang buahnya lebat bergelantungan. Menggoda jiwa monyet hutan yang bersemayam di tubuh Ocha untuk segera memanjat dan mengeksploitasi semua buah mangga tersebut.

Pintu rumah terbuka tepat sebelum Ocha memencet bel. Seorang gadis cantik bersedekap dada menyambutnya di depan pintu.

"Kencan diam-diam lagi?" katanya sambil menaikkan sebelah alis.

"Hehehe Aldina ku sayang peka banget sih kayak satpam bank, gercep banget bukain pintu," katanya cengengesan menampilkan wajah polos lugu sejuta dosanya.

Si gadis yang dipanggil Aldina itu mendengus kesal dan berbalik masuk ke dalam rumah, yang kemudian diikuti Ocha.

"Aku lapar, ada makanan gak?" Dilemparkannya sembarangan tas tangan miliknya ke atas sofa.

Aldina yang mendengarnya sontak berhenti berjalan dan berbalik menatap sahabat sehidup tak sematinya itu. "Kamu pulang kencan tapi bilang lapar. Gak dikasih makan sama Fadli?" katanya sinis dengan pandangan menusuk.

Ocha bahkan yakin bisa benar-benar mati jika pandangan Aldina divisualisasikan dengan garis-garis tajam menghunus tepat pada wajah cantiknya.

"Dia harus pulang, makan di rumah sama istrinya. Hari ini mertua Bang Fadli datang berkunjung."

"Oh, nice husband." Aldina berkata sarkas sambil memutar matanya. Semua tentang lelaki bernama Fadli, sungguh Aldina sangat tidak menyukainya. Otak cerdas Aldina benar-benar tak mampu membaca jalan pikiran Ocha yang bisa-bisanya mau jadi selingkuhan lelaki beristri. Kalo saja Aldina tidak musyrik, mungkin Ocha sudah dibawa ke dukun untuk dihilangkan peletnya. Itu pun kalo benar Fadli pakai pelet untuk menjerat Ocha. Atau kemungkinan lainnya adalah temannya ini memang sudah kelewat sundal sehingga tak mampu menahan roh bitch di tubuhnya. Ya udah deh ke Pak ustad aja rukiyah, batin Aldina yang hanya dia, Tuhan, dan kita yang tau.

"Aku masak dulu buat kita, kamu pasti belum makan," kata Ocha menginterupsi imajinasi Aldina kemudian menuju dapur rumah yang sudah sangat dia hapal letaknya.

Aldina sendiri tak mau bersusah payah membantu Ocha memasak, dia memilih kembali ke kamar, meneruskan kegiatan membacanya yang tadi terhenti.

Rosyana atau yang akrab dipanggil Ocha memang sudah bersahabat dengan Aldina semenjak mereka SD. Berawal dari Aldina yang merupakan siswi pindahan saat mereka kelas 5 sekolah dasar. Semenjak itu mereka selalu satu sekolah, mulai dari SMP, SMA, hingga masuk ke kampus yang sama walau beda jurusan.

Rumah mereka juga dekat, masih satu kelurahan di Bukit Asri, jadi mereka sering berangkat bersama dan sering mengunjungi rumah masing-masing. Lebih tepatnya sih Ocha yang sering ke rumah Aldina. Bosen di rumah, ke rumah Aldina. Berantem sama maminya, ke rumah Aldina. Kencan diam-diam, ke rumah Aldina. Belajar kelompok, ke rumah Aldina. Padahal Aldina gak sekelompok sama dia.

Kata Ocha sih rumah Aldina itu sudah jadi basecamp resminya. Daripada nongkrong tidak jelas di cafe dan menghabiskan duit, mending ke rumah Aldina. Semua makanannya halal. Halal dihabiskan hehe.

Hal lain yang membuat Ocha nyaman di rumah Aldina adalah karena mama, papa, juga adik sahabatnya itu baik banget. Mereka sayang banget sama Ocha, sampai sudah dianggap anak sendiri.

"Dinaaaaa........ Dinaaaaa........ buka pintunyaaa........," seru Ocha di depan pintu kamar Aldina yang tertutup. Tangannya memegang nampan yang berisi hasil jerih payahnya di dapur beberapa menit yang lalu.

I Want to be Weird with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang