07. Ganjen

3.4K 372 69
                                    

Setelah menempuh perjalanan hampir 15 menit, Aldina memarkirkan mobilnya di parkiran khusus dekat alun-alun kota. Seorang tukang parkir berompi orange membantu memberikan aba-aba. Keduanya kemudian keluar dari mobil fortuner hitam milik Aldina kemudian berjalan sejauh 50 meter menuju pujasera yang ada di seberang alun-alun.

Aldina dan Ocha duduk di bangku panjang pujasera. Suasana cukup sepi malam ini, mungkin karena ini bukan malam minggu. Pujasera sini terbilang tempat favorit semua kalangan. Penjualnya cukup beragam, mulai dari kang nasgor, kang batagor, kang bubur, kang sate, kang bakmi, kak penyetan, kang buah, dan kang rujak pun ada. Cuma Kang Daniel aja yang gak ada di sini.

Harga makanan di sini terbilang standart dan masih terjangkau bahkan di kantong anak kos. Suasananya yang outdoor dengan pemandangan alun-alun kota yang dihiasi air mancur dan lampu warna kerlap-kerlap cukup memanjakan mata.

"Mau makan apa?" tanya Aldina.

"Hmm... apa yaa..." Ocha tampak berpikir sambil melihat ke deretan penjual makanan. "Sate ayam deh, pake lontong. Sama es jeruk ya."

"Oke." Jawab Aldina singkat lalu berlalu menuju penjual sate, dan beralih ke penjual nasi goreng.

Kebiasaan mereka dari dulu sejak sekolah ketika makan adalah saling berbagi tugas. Satu orang memesan makanan untuk berdua dan yang satunya akan mencari tempat duduk dan menunggunya agar tak ditempati orang lain. Kebisaan ini timbul lantaran saat jam istirahat sekolah selalu berebut tempat duduk dengan siswa satu sekolah yang makan di kantin. Jadilah dua sejoli ini menerapkan prinsip kerja sama demi kenyamanan mereka.

Ocha memainkan ponsel pintarnya sambil menunggu Aldina kembali dari memesan makanan. Beberapa menit berlalu, dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Dia melihat Aldina yang sedang mengantri memesan makanan. Kembali pandangannya mengedar, bertatapan mata dengan beberapa pemuda di meja seberang yang sedang memandang ke arahnya. Tak tanggung-tanggung satu di antara mereka bahkan sengaja melempar senyum pada Ocha.

Ocha pun balas melempar senyum.

Pemuda yang tadi memberi senyum pada Ocha kini sudah heboh bersama teman-temannya lantaran senyumnya dibalas.

Ocha cuma geleng-geleng kepala menyaksikan kenorakan mereka yang sepertinya masih anak kuliah. Dia pun melanjutkan bermain game di ponsel.

"Ehm."

Sebuah deheman menyita perhatian Ocha. Seorang degem alias dedek gemes dengan penampilan borju dan senyum manis sudah berdiri di depannya. Degem yang dimaksud adalah pemuda yang tadi senyumnya dibalas oleh Ocha.

"Halo, emm... sendiri aja nih?" tanya pemuda itu.

Ocha menopang dagu dengan mode "cantik" dan mulai memandang pemuda itu. Wajah degem ini cukup ganteng dengan style yang oke kekinian. Celana cino cream panjang dipadukan atasan kaos putih dan kemeja hitam yang tidak dikancingkan. Dan poin plusnya, dia punya senyum kayak model pasta gigi.

Fucek boy

Ocha sedikit melirik ke arah Aldina yang sedang mengantri sate ayam. Perempuan itu melihat ke arahnya. Ocha tersenyum tipis masih sambil menopang dagu. "Maunya sih ada yang nemenin," katanya.

Pemuda tadi langsung cengengesan tak jelas. Sambil terus berusaha bersikap cool.

"Oh gitu hehe. Boleh gabung di sini? Biar aku temani, takutnya ada yang godain. Gak baik cewek cantik duduk sendirian," kata pemuda itu khas crocodile.

Kembali Ocha tersenyum. Masih sambil menopang dagu, dia menatap pemuda itu dengan intens. Nampak senyum grogi menghiasi wajah si pemuda lantaran ditatap seintens itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Want to be Weird with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang