06. Dasar!

2.1K 352 66
                                    

2 hari pasca disepakatinya rencana pernikahan Aldina dan Ocha, si korban jebakan batman jadi kepikiran banyak hal sejak saat itu. Siapa lagi kalau bukan Aldina. Rencana itu terlalu membuatnya syok. Tidur jadi tak nyenyak, makan jadi tak sedap.

Bagaimana bisa dia setuju menikah dengan Ocha?

Bagaimana bisa dia dan Ocha menikah padahal sesama perempuan?

Bagaimana bisa keluarganya dan keluarga Ocha setuju?

Semakin dipikir, semakin pusing kepalanya. Menyibukkan diri dengan pekerjaan adalah satu-satunya pilihan gadis berambut panjang itu agar tak overthinking.

"Kata mama, kamu gak selera makan ya 2 hari ini?"

Terdengar sebuah bisikan lembut tepat di sebelah telinga kirinya, membuat bulu halus Aldina meremang. Untuk saat ini dia bersyukur tidak punya riwayat penyakit jantung.

"Kamu kayak tukang parkir, tiba-tiba nongol entah darimana," sewotnya.

Sumber suara bisikan gaib tersebut menegakkan tubuhnya yang tadi  membungkuk. Ia bersedekap, menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan memasang wajah malas.

"Aku kalau jadi kang parkir, gedung parkiran penuh  7 hari 7 malam pada gak mau pulang, maunya nginep parkiran demi lihat aku."

Aldina mencibir.

Ocha dan kenarsisan memang satu kesatuan mutlak. No debate!.

"Kamu tuh yang terlalu fokus sama laptop, aku buka pintu sampai kamu gak sadar," protes Ocha.

"Ya kan bisa ketuk pintu dulu," protes Aldina

"Hellooooo sejak kapan Rosyana masuk kamar Aldina harus ketuk pintu dulu? Gak ada ya dalam histori persahaban kita sejak SD."

Aldina mencibir lagi.

Wanita less akhlak.

Aldina mengalah saja. Dia kembali fokus menghadap laptopnya.

"Makan di luar yuk," ajak Ocha yang kini ikut duduk lesehan di atas karpet di sebelah Aldina.

"Malas."

"Dih, gak boleh gitu. Kalau gak makan nanti maag kamu kumat," kata Ocha sambil mencubit pipi Aldina. "Kebiasaan deh gak tertib makan."

Aldina merengut kesal sambil mengelus pipinya yang dicubit. "Aku gak napsu makan."

"Kenapa?"

"Gak tau, gak selera makan aja."

"Pokoknya harus makan, inget deh kamu tuh ada maag. Jangan telat makan mulu."

"Iya."

"Iya apa?"

"Iya nanti makan."

"Kapan?"

"Besok."

"Besok dah kiamat."

"Ya udah lusa."

Ocha kembali bersedekap sambil menatap tajam sahabatnya itu. "Makan malam ini juga, atau aku bunuh sekalian."

Aldina langsung menatap horror perempuan di sampingnya.

Cakep-cakep psikopat.

"Iya nanti, nanggung mau bikin laporan ini dulu. Bentar lagi kelar."

"Berapa lama?"

"Gak lama."

"Ya udah aku tunggu."

Ocha memanjangkan kakinya di bawah coffee table. Berselonjor ria sambil merebahkan kepalanya di atas meja. Ia mengambil ponselnya di dalam tas, memilih menyibukkan diri dengan benda pipih tersebut sambil menunggu perempuan di sampingnya selesai berkencan dengan laptop. Sesekali ia melirik ke arah Aldina yang sudah kembali memasang tampang serius, dengan jemari yang lincah berpinpah-pindah di atas keyboard.

I Want to be Weird with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang