Hari ini Andra kembali bekerja. sebenarnya, ia tak tega meninggalkan sang adik sendirian di rumah apalagi dengan keadaannya sekarang, membuat Andra benar-benar tak tega untuk meninggalkannya.
Tapi karena paksaan dari sang adik mau tak mau, ia kembali bekerja untuk menghidupi dirinya dan sang adik. Dua hari yang lalu Reina sudah diperbolehkan pulang, karena memang keadaannya yang sudah membaik.
"Maaf kak, Reina tidak bisa lagi manyiapkan sarapan seperti biasanya" ucap Reina
"Nggak papa kok, kakak ngerti " ucap Andra sambil mengusap pucuk kepala sang adik
"Ya udah, makan gih. Keburu dingin makanannya"
---
Selepas membereskan meja makan, kini Andra bersiap-siap untuk berangkat kerja. Andra berjalan mendekati Reina yang tengah duduk di bangku teras rumah.
"Kakak berangkat dulu, kalau ada apa-apa nanti langsung hubungi kakak. Kakak nggak mau terjadi apa-apa sama kamu" ucap Andra sedikit khawatir
"Iya, kakak nggak usah khawatir. Reina bisa jaga diri baik-baik kok" ucap Reina berusaha meyakinkan sang kakak.
"Ya udah, kalau begitu kakak berangkat dulu" Reina hanya menganggukkan kepalanya, kini Andra melangkahkan kaki menjauhi teras rumahnya
---
Di rumah Gatra
Gatra berjalan menuruni anak tangga dengan menenteng tas sekolahnya. Kini Gatra telah menduduk kan dirinya pada salah satu kursi yang tersedia di ruang makan.
Hari ini sarapan Gatra ditemani oleh kedua orangtuanya. Mereka bertiga hanya saling diam, hanya ada dentingan sendok yang kini tengah bersuara.
"Tumben makan di rumah, biasanya juga lebih mentingin pekerjaan masing-masing" sindir Gatra pada kedua orang tuanya.
Hendra-papanya Gatra, yang tadinya asik menyantap makanannya, kini memberhentikan makan nya karena merasa tersindir dengan ucapan Gatra.
Hendra menatap Gatra dengan tajam. Gatra yang tahu bahwa papanya tengah menatapnya dengan tajam pun kembali bersuara.
"Kenapa? Merasa tersindir? Baguslah biar kalian sadar." Hendra yang kini tampak emosi berusaha memendam emosinya, agar tidak hilang kendali.
"Gatra, kami bekerja siang malam juga untuk mu." Kini Ratna-mama Gatra, ikut bersuara
"Gatra nggak buruh semua itu ma, Gatra hanya butuh waktu kalian, bukan uang kalian" Ucap Gatra dengan nada yang sedikit meninggi
"Turunkan suaramu Gatra!!! siapa yang mengajarimu berbicara seperti itu pada orang tua!!" Ucap Hendra tak kalah tinggi dengan nada suara Gatra
"Tidak ada yang mengajariku, karena orang tuaku sibuk dengan pekerjaannya masing-masing" sungut Gatra
Kini Hendra tak bisa lagi menahan emosinya. Saat tangannya ingin melayangkan tamaparan kepada Gatra, ada tangan lain yang menghentikannya. Ratna mencekal tangan suaminya.
"Pa, sudah!!" Ucap Ratna seraya mencekal tangan suaminya
"Apa!? Mau mukul? Mau nampar? Sini tampar aja anakmu yang nggak berguna ini. Ayo, tampar." Tantang Gatra sambil mendekatkan wajahnya pada Hendra

KAMU SEDANG MEMBACA
Redupnya Senja
Teen FictionHanya sebuah sebuah cerita pasaran yang menceritakan seorang gadis buta yang mampu memberikan kenyamanan dan kehangatan layaknya senja kepada seorang Gatra Sean Erlando cowok yang terkenal dingin dengan sejuta pesona, putra dari seorang pengusaha ka...