Gatra turun dari motor sport merah kesayangannya dengan luka lebam di beberapa bagian wajahnya. Ia berjalan memasuki rumah dengan pakain yang berantakan. Bi Surti yang sedari tadi sedang membersihkan ruang tamu pun memberhentikan aktivitasnya saat melihat majikannya dengan keadaan seperti itu.
"Den Gatra kenapa bisa seperti ini? Den Gatra nggak papa? Den Gatra berantem lagi?" Tanya Bi Surti khawatir
"Saya nggak papa bi, tolong bawakan saja kotak obat ke kamar saya" tutur Gatra
"Baik, bibi akan segera ambilkan kotak obatnya. Den Gatra bersikan diri dulu" Gatra mengangguk kemudian melenggang pergi
---
Setelah membersihkan diri, kini Gatra telah mengganti seragamnya dengan kaos oblong dan celana panjangnya. Tampak bi Surti berjalan memasuki kamar Gatra dengan membawa baskom berisi air hangat beserta handuk kecil dan juga kotak obat.
Bi Surti mendudukkan dirinya di tepian ranjang empuk milik Gatra. Dengan telaten bi Surti mengobati luka Gatra.
"Den Gatra bilang ya. Kalau sakit" Gatra hanya mengangguk
"Ini gimana ceritanya bisa babak-belur begini?" Tanya Bi Surti
"Biasalah bi, remaja kan begini." Ucap Gatra dengan santainya
Bi Surti memang lebih akrab dengan Gatra, jika dibandingkan dengan mamanya sendiri. Karena memang sedari kecil Gatra lebih banyak mendapat perhatian dari Bi Surti dibanding dengan mamanya sendiri.
Gatra melirik ke arah pintu kamarnya yang tiba-tiba saja terbuka dan menampakkan wajah kedua orang tuanya. Surti yang menyadari kehadiran kedua majikannya pun menghentikan kegiatannya yang sedang mengobati luka Gatra.
"Kenapa? Berantem lagi?" Sarkas Hendra. Gatra hanya diam.
"Papa!! Gatra lagi sakit, jangan mulai deh" ucap Ratna
"Biarin ma, biar tau rasa" ucap Hendra, lagi-lagi Gatra hanya diam tak membalas perkataan yang keluar dari mulut papa nya.
"Gatra kamu ini sudah kelas XII, sebentar lagi kamu akan ujian. Kamu seharusnya ikut les bukan malah beramantem kayak anak urukan seperti ini." Nasehat Ratna seraya memegang bahu Gatra
"Kalau aku anak urakan memangnya kenapa?" Ucap Gatra sedikit tersulut emosi mendengar ucapan Ratna tadi.
"Bukannya anak urakan itu, karena dia kurang didikan dari orang tuanya?" Kini Gatra membuat kedua orang tuanya terdiam tak bergeming.
"Kalian nyadar nggak sih? Di saat keadaan ku yang seperti ini bi Surti lah yang datang mengobatiku dan merawatku, lalu kalian dimana?" Ucap Gatra membuat kedua orang tuanya diam tak bergeming
"Apa segitu tidak pentingnya aku di mata kalian? Lalu apa alasan aku ada di dalam keluarga sialan ini!!"
PLAK...
Satu tamaparan mendarat di pipi Gatra
"Semakin hari ucapan mu semakin keterlaluan, ya?" Kini Hendra kembali bersuara, setelah berhasil menampar pipi Gatra hingga memerah. Gatra hanya tersenyum sinis
"Kali ini papa maafkan perbuatan mu, tapi lain kali, jika papa mendengar kelakuan burukmu. Papa tidak akan segan-segan memindahkan mu ke Milan atau mengusirmu dari rumah ini!" Ucap Hendra, Gatra kembali tersenyum sinis
KAMU SEDANG MEMBACA
Redupnya Senja
Teen FictionHanya sebuah sebuah cerita pasaran yang menceritakan seorang gadis buta yang mampu memberikan kenyamanan dan kehangatan layaknya senja kepada seorang Gatra Sean Erlando cowok yang terkenal dingin dengan sejuta pesona, putra dari seorang pengusaha ka...