Prolog

25 1 0
                                    

Ada banyak genre cinta di atas muka bumi ini. Genre yang kuciptakan sendiri agar kelak aku dapat mengatakan pada anak, cucu, anak dari cucuku, dan seterusnya bahwa di saat mencintai ada pilihan agar mereka tak merasa tersakiti. Setiap kisah cinta yang terjadi pada diriku akan selalu aku ingat. Bagaimana tidak? Karena semua kisah cintaku berawal dari satu kisah cinta. Cinta yang aku bangun dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun yang tak pernah kulupakan hingga saat ini. Cinta yang berawal dari satuan kata yang belum dapat kumengerti hingga hari-hari panjang sebagai proses yang membentuknya menjadi kalimat lalu akhirnya aku mengerti.

Aku duduk sambil menikmati sentuhan demi sentuhan yang membuat bulu romaku naik karena kegelian, ditemani suara dentingan gantungan kunci pintu kamarku yang sedikit demi sedikit diterpa kipas angin berukuran besar yang sengaja disewa untuk hari ini. Suara lalu lalang kaki yang bahkan lebih jelas daripada dentingan kunci tak menarik perhatianku untuk aku dengarkan. Jelas saja hati dan pikiranku sudah mengembara jauh di alam bawah sadarku, mencoba mencari bagian-bagian kenangan yang mengantarkanku pada hari ini.

Kali ini sentuhan-sentuhan itu naik ke kelopak mataku, otomatis kututup mataku agar sentuhan itu memeroleh hasil yang sempurna. Bibirku menyunggingkan sebuah senyuman, senyuman berbentuk bulan sabit yang selalu mereka katakan sebagai pujian ketika pertama kali melihatku. Mungkin kalian juga akan mengatakan hal demikian ketika sudah melihatku. Senyuman itu tak begitu lama. Kini aku telah sampai pada kenangan yang menyedihkan, sentuhan itu beralih pada bibirku, memaksaku untuk kembali tersenyum.

"Tersenyumlah sayang! ini hari bahagiamu" suara yang sangat bersahabat itu mencoba menyadarkanku dari petualanganku mencari harta-harta kenanganku. Aku menatapnya sesaat dan menuruti perkataannya. Aku kembali tersenyum meski kini butiran bening jatuh dari mataku. Aku tak tahu perasaanku hari ini. Aku sangat senang dan semua orang harus merasakan kesenangan atasku hari ini tak ada yang boleh bersedih. Kecuali mereka adalah mantan calon suamiku. Ya para mantan kekasih calon suamiku. Hari ini adalah hari pernikahanku. Hari yang menjadi sebab setiap calon pengantin harus bahagia, meskipun tidak semua pengantin di hari pernikahannya bahagia. Aku juga sangat sedih. Ya, aku kini menemukan kenangan yang membuatku sedih di hari yang bahagia ini.

Aku menghela napas dan merasakan semuanya kembali. Mataku terpejam dan tahun-tahun yang lalu mulai merasukiku. Seketika kepalaku terasa sakit. Kuhentikan si perias yang sedari tadi melukis di wajahku. Kulempar pandanganku ke arah jam dinding bulat yang kugantungkan di atas tempat tidurku. Betapa ajaibnya atau betapa gilanya aku, kulihat jarum jam bergerak terbalik, mataku nanar melihat jam tersebut. Sayup-sayup kudengar si perias memanggilku. Tak lama kemudian kamarku sesak dipenuhi beberapa orang. Aku memang benar-benar sakit! di antara beberapa orang tersebut sangat jelas kulihat wanita yang selama ini kurindukan ia menggerakkan mulutnya menyebut namaku.

"Ibu" bisikku

"Delula" katanya, suaranya samar-samar dan akhirnya menjadi gelap.

Genre Cinta DelulaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang