Pagi adalah waktu yang paling menyenangkan mata terlebih lagi jika di minggu pagi, ibu-ibu yang biasanya selalu sibuk mengurusi anak-anak mereka untuk bersiap ke sekolah akan tampak mengurusi pekarangan rumah masing-masing. Mereka keluar rumah dengan wajah berseri seolah telah mendapat jatah finansial dari sang suami, bila bertemu teman bicara naas sudah pekerjaan yang sejak awal diniati tak akan jadi terselesaikan. Begitulah para ibu-ibu rumah tangga.
Tinggal di kampung menjadikan hidup terasa lebih luas, bila sedang sakit misalnya, para tetangga akan bergantian bertandang ke rumah untuk membesuk dengan membawa buah tangan andalan masing-masing, seperti pancuran dari hulu sungai mereka tak henti-henti berkunjung sampai yang sedang sakit sembuh kembali.
Aku dan Arya masih berjalan namun mulut kami sama-sama terkunci, aku sangat asyik memperhatikan ibu-ibu para penghuni kampung membersihkan rumah-rumah mereka sepanjang perjalanan pulang menuju rumah dari surau.
"kak", suara Arya membuyarkan perhatianku.
"hmm", jawabku.
"dua minggu lagi kita ujian kenaikan kelas, berarti kalau kakak naik kelas kakak jadi kelas enam dong", tukas Arya polos dan bagiku itu adalah pernyataan tak penting.
"iya", jawabku lagi dengan singkat.
"berarti kalau nanti kakak udah kelas enam, terus ujian lagi dan kalau kakak lulus kakak masuk smp dong", tambahnya lagi.
"iya", aku menjawab dengan wajah tak peduli. Tiba-tiba anak kecil dengan tubuh pendek itu sudah berdiri di depanku.
"berarti aku nanti di sd sendirian dong kak haaaaaa", dia menghamburkan dirinya dan memelukku."Arya kamu kan masih punya teman yang lain", bujukku.
"kak Lula kan tau temanku cuma kak Lula dan Arin". Ekspresi memelas kini tampak sekali di wajah menggemaskan Arya.
"makanya kamu berteman sama anak-anak yang lain, biar teman kamu gak cuma kakak dan Arin", putusku.
"tapi yang baik itu cuma kakak",
"karena kamu gak pernah mau coba buat main sama teman-teman sekelas kamu Arya, sampai kapan coba kamu mau nempel sama kakak terus?, kamu kan udah tau nanti kakak akan masuk smp, sma, dan kuliah, waktu akan membuat kamu dan kakak akan jadi lebih jauh lagi adik kecil".
"pokoknya aku gak mau kak Lula jauh-jauh, pokoknya aku mau peluk kak Lula sampai rumah". Seperti yang dikatakan Arya, ia berjalan sampai rumah sambil memeluk lenganku, aku sadar bahwa rasa ketidaksukaan ku terhadap kedekatan Arin dan Arya hanya karena aku menganggap Arya sebagai adik kecilku sekaligus teman bermainku, aku sama seperti Arya aku takut kehilangan teman bermain.
Tak lama berjalan, aku dan Arya sudah berada di depan rumah Arya, Arya tampak terkejut melihat mobil ayahnya.
"kak, Arya mau ikut ke rumah kakak aja ya",pintanya dengan wajah sendu.
"tapi ayah kamu datang, kamu gak mau lihat dulu?kamu gak rindu sama ayah kamu?", tanyaku. Dia hanya menjawabku dengan gelengan kecil, akupun mengajaknya ke rumah.
Kami sarapan bersama, bukan sesuatu yang asing lagi bagi kami ketika Arya makan di rumahku, Arya sudah seperti anak kedua bagi ibu dan ayah terlebih lagi Arya adalah laki-laki. Kasih yang dicurahkan mereka terhadapku akan dirasakan pula oleh Arya. Arya hanya adik dan teman bermainku. Namun dalam hatiku aku takut Arya pergi dan mendapatkan teman atau kakak yang lebih baik dari diriku.
Ketika sedang membantu ibu mencuci piring, dan Arya di depan televisi sedang bergulat dengan buku tipis teka-teki silang ibu, ada suara asing yang belum pernah kudengar di ruang tamu sedang bercengkrama hangat bersama ayah, kuputuskan untuk menawarkan diriku pada ibu agar dapat membawakan cemilan dan minuman untuk si tamu itu, sesampainya di ruang tamu kulihat anak laki-laki seusiaku atau lebih tua sedikit, memiliki paras seperti Arya tapi tidak mengalahkan kelucuan wajah Arya. Ayah mengenaliku padanya, dan ternyata dia adalah saudara kandung Arya.
"Lula", tukasku.
"Bima", balasnya sambil tersenyum.
Kemudian aku hanya menimpalinya dengan anggukan kecil dan senyuman tipis."Arya abang kamu datang tuh", kataku saat masuk ke ruang tempat televisi diletakkan,
"biarin aja kak, paling juga mau jemput aku", ujarnya polos.
"ya iya aku juga tau dia kesini buat jemput kamu","eh atau jangan-jangan abang kamu mau kenalan dan jadi teman aku Arya, abang kamu ganteng ya Arya". godaku mencandai Arya. Dia langsung memasang wajah cemberut dan berlari ke arah ruang tamu menyebabkan lampu hias yang tergantung di atas langit-langit ruang keluarga berbunyi.
Aku mengabaikan Arya agar ia pulang dan bertemu ayahnya, aku pun melenggang ke kamar meraih buku RPAL (Rangkuman Pengetahuan Alam Lengkap), mencari sesuatu yang sedari tadi terus berputar di kepalaku. Kini jari jemariku telah mendarat di halaman tata surya. Mataku berbinar ketika telah mendapati sebuah gambar berwarna berbentuk spiral, persis di bawah gambar itu tertulis galaksi Bima sakti.
"hmm pantas mukanya cakep, bersih, bercahaya ternyata namanya Bima, berarti tadi galaksi sedang berkunjung ke rumahku", gumamku sambil tersenyum riang.
Terimakasih buat yang udah baca, terimakasih atas apresiasinya, terimakasih sudah mau berkunjung ke coretan-coretan beralur ini. Nantikan kisah selanjutnya ya 😊🙏💓