Ad libitum Erna II

62 11 3
                                    

___________________________________ "Berusahalah!! Meskipun itu Tak berarti, Setidaknya Sudah Melakukan Sesuatu yang tepat untuk menjalani kehidupan."
_____________________________________

'Langkah pertama Erna mencoba untuk mencari harapan'

Pertama, Erna yang ia lakukan adalah dengan belajar untuk berdiri dan melangkahkan kaki, walau itu mustahil. Nenah tetap yakin dengan tekadnya untuk mencari harapan hidup Erna. Oleh sebab itu, Nenah dan Syarfudin kini harus dapat meluangkan waktu mereka untuk Erna, sebab sekarang setiap harinya mereka harus mengajarkan Erna. Mulai dari berdiri hingga melangkahkan kaki. Memang, Erna awalnya kesulitan untuk berdiri sehingga mereka berdua harus memegang tubuh Erna agar tidak sempoyongan. Erna memang tidak bisa berdiri karena satu alasan yaitu sebab persendian kakinya lemah, sehingga ia sampai harus menangis untuk bisa berdiri seperti anak normal lainnya. Ia bahkan terjerit-jerit kesakitan demi kakinya agar bisa berdiri tegak tepat berada di permukaan bumi ini. Apalagi, berjalan, Erna harus merayap meraba setiap dinding bilik rumahnya. Dengan perasaan takut yang bercampur aduk dengan rasa malu karena di lihat anak seusianya yang tidak seperti Erna.

"Ayo nak, kamu pasti bisa!" Sembari memangku Erna.

"Eughhh!" Pertanda Erna setuju.

"Satuu... dua....ganti kakinya!" Seru Nenah memberikan semangat.

"Hehe..!" Erna sedikit senang.

Karena pantang menyerah, secara perlahan-lahan Erna mulai bisa berdiri sendiri. Selang beberapa waktu, Erna kini mulai bisa berjalan sedikit demi sedikit. Sampai akhirnya, Erna bisa berdiri sendiri dan berjalan sendiri.

***

Suatu hari, keluarga Erna mengadakan acara syukuran atas dasar tersebut. Mereka mengadakan acara syukuran yang amat sederhana,  mereka hanya membuat nasi uduk untuk anak-anak tetangga keluarga Erna. Mungkin sebagian orang menganggap bahwa itu adalah hal yang paling biasa dilakukan oleh mereka, sehingga mereka tak  habis-habisnya iri terhadap keluarga Erna. Dan suatu saat, mereka sedang membicarakannya di belakang.

"Eh Bu! tuh ya Nenah rupanya belaga ia sok-sokan untuk mengadakan acara syukuran, padahal biasa aja deh, sok kaya banget sih tuh orang!" Salah satu dari mereka yang iri kepada keluarga Erna.

"Iya Bu! Bener paling juga nasi uduk, kan itu mah buat level bawah!!" Sahut salah satu ibu-ibu.

"Dasar orang miskin!!"

"Eh tau nggak Bu!! Katanya mereka syukuran karena anak cacat itu sudah bisa berjalan!"

"Oh ya!! Pantesan ngadain acara syukuran!!"

"Heh!"

"Nih lihat Bu! Bingkisannya kayak gini!" Ucap salah satu dari mereka.

"Ihhh! Kayak nasi kemarin!!!  keras amat!!!!"

"Iya yah Bu!!  Kalau gak mampu gak usah ngadain syukuran daripada malu-maluin, bener gak sih!!"

" Bener banget tuh!!"

PLAKK!!!

"Kamu  ngapain ngomongin soal keluarga saya!! Emangnya kalau bingkisannya kayak gini kamu kesusahan, kalau kesusahan bikin sendiri!!gak usah ngomongin dasar kamu ga punya harga diri!! emang saya miskin tapi  hati saya kaya Bu!!! liatin suatu saat nanti!! Kamu akan minta bantuan pada saya!!!" Emosi Nenah seraya menampar wajah ibu-ibu itu.

"Siapa ngomongin!!!" Bentak ibu-ibu tersebut.

"Iya!!" Seru ibu-ibu lain.

"Emangnya saya gak denger apa!!!! Saya dengerin kamu di belakang!! dari tadi saya berusaha untuk sabar tapi kalian semua bikin emosi dasar tukang rumpi!!!"

"Siapa yang tukang rumpi!!!" Sembari menyambah Nenah.

" Apaan kamu!! Emangnya saya gak bisa nih!!!!mati kamu sekalian!!!" Balas Nenah.

Ibu-ibu lain kaget akan adanya pertengkaran besar ini,  mereka pun mencari Syarfudin.
Dan....

"Ibu apa-apaan ayok kita pulang!!" seraya melerai pertikaian Nenah.

"Liat pak ibu ini ngerendahin kita!! Awas ya kamu!!!!" Sembari pergi.

Ibu-ibu itu hanya tersipu malu dan dari sanalah mereka takut untuk membicarakan  soal keluarga Nenah. Nenah memang tidak suka bila keluarganya dihina, terlebih lagi Erna.

***

'Langkah kedua Erna mencoba
untuk mencari harapan'.

Tumpahan air mata Nenah mengalir begitu deras, mulutnya kaku melihat Erna sekarang bisa berdiri tegak di atas permukaan bumi yang dulu adalah mustahil kini menjadi nyata.
Dan sekarang Erna akan belajar menelan makanan kering, meskipun tenggorokan terasa sakit bagai tergores pisau tumpul.

Bulan demi bulan Erna lewati, sedikit demi sedikit Erna mulai bisa menelan makanan dan akhirnya ia pun benar-benar bisa melakukannya. Akan tetapi, suatu hari Erna sakit, badannya kejang-kejang dan matanya setengah terpejam serta muntahnya bercampur dengan darah. Nenah kaget dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dan setelah diperiksa ternyata Erna divonis ada kelainan pada otak belakangnya sehingga ia lebih sering pusing bahkan pingsan. Setelah kejadian itu ia menjadi trauma dan ia kembali kepada keadaan semula yaitu tidak bisa berdiri dan juga menelan makanan, sungguh takdir Erna sedang diputar balikkan oleh abdu.

"Pak kenapa abdu tega kepada Erna, ketika harapan sudah di ambang pintu malah Erna mendapatkan musibah!" Seru Nenah yang sedang bersedih.

"Hek! Hek!" Jawab Syarfudin dengan tangisnya.

Mereka saling meluapkan air matanya sampai melebihi seluruh danau di dunia. Mereka putus asa karena tak ada harapan lagi untuk Erna yang malang. Erna pun turut mengalirkan air matanya, ia menatap dan menangis sembari memeluk keduanya.

"Erna ingin pulang Mak! Pak! Erna tidak tega melihat kalian bersedih!" Ucap batinnya.

Hari itu bilik Erna dipenuhi tangisan, sehingga biliknya terendam dalam danau kesedihan.

***

Saya mohon apresiasinya untuk meninggalkan votment nya, terimakasih! Salam dari penulis!:)

Awanama(Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang