Chapter 3

9.1K 728 57
                                    



Lisa menyambar tangan Jennie saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Lisa menarik tangan Jennie ke arahnya dan mencium punggung tangannya dengan lembut. Jennie hanya memandangi Lisa dengan senyum lemah. Kurang dari satu setengah jam lagi mereka akan berpisah untuk sementara. Dan itu menyiksa keduanya.

Bukan kali ini saja mereka berpisah untuk beberapa hari. Akan tetapi rasanya tetap sama bagi Jennie. Ia sangat ketergantungan pada Lisa. Di penghujung hari-hari sibuknya, ia hanya mengharapkan bertemu dengan sang kekasih dan berpelukkan di tempat tidur hingga pagi.

Dan kepergian Lisa kali ini adalah pertama kalinya setelah beberapa bulan tetap di London. Oleh sebab itu berat rasanya bagi Jennie untuk melepas Lisa lagi.

"Honey, aku telah meminta Quinn untuk menjemputmu jika kau pulang kerja terlalu larut."

Jennie tertawa kecil.

"Lalisa, aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa pulang sendiri."

"Bagaimana jika mobilmu rusak lagi dan hujan lebat dan kau sendirian di kantormu? Aku akan terbang langsung dari Seoul jika tidak ada yang menjagamu pulang."

Jennie mencubit pipi Lisa dengan gemas karena wanita itu hiperbola sekali.

"No. I'll be fine, relax. Baik Quinn atau Camila tidak perlu menjemputku, mengerti? Aku tidak ingin mengganggu mereka."

Lisa berdecak. "Hmm, baiklah. Tapi berjanji padaku kau akan menghubungi mereka jika mendapat masalah. Oke?"

"Oke, Lalisa Manoban!" jawab Jennie cepat. "Dan cepatlah menyetir, lampunya sudah hijau."




"Baju dingin, sarung tangan, beanie, kamera, sepatu, belt, kacamata. Check! Yup, sepertinya sudah tidak ada yang tertinggal."

Lisa menggenggam kedua tangan Jennie. Wanita di hadapannya sangat menggemaskan ketika menyebutkan satu persatu barang bawaannya.

"Masih ada satu lagi yang tertinggal," goda Lisa. Jennie memiringkan kepalanya.

"Really?" Apa itu? Kenapa tidak mengatakannya dari tadi?"

"You, baby."

"Aish," desis Jennie frustasi. "Jangan kekanak-kanakan, Manoban."

"Setelah apa yang aku lakukan terhadapmu semalam, kau masih berpikir aku kekanak-kanakan?" balas Lisa tanpa merendahkan suaranya.

Jennie melotot padanya, membuat Lisa tertawa. Lalu ia menarik tubuh Jennie ke dalam dekapannya, menyatukan detak jantung mereka.

"Aku akan merindukanmu, honey. Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dengan cepat di sana dan langsung pulang. Setelah itu aku milikmu selama dua minggu masa cutiku. Bagaimana?"

Jennie tersenyum di bahu Lisa. "Terdengar bagus. Kebetulan aku juga menyelesaikan pameranku akhir pekan ini. Kita akan pergi berlibur ke suatu tempat. Bagaimana?"

Lisa tertawa lagi dan menciumi pipi Jennie berkali-kali.

"You're so adorable. Ya, aku setuju. Terdengar sempurna bagiku."

Jennie merapikan syal yang melilit di leher Lisa dan menatap matanya dalam.

"I love you. Aku akan menunggumu."

"I love you more, baby. Aku akan cepat kembali."

Lalu terdengar panggilan untuk penerbangan ke Seoul, untuk Lisa. Jennie cemberut. Ia ingin sekali menangis, tapi tidak ingin Lisa merasa terbebani. Dan perlahan ia pun melepaskan diri dari pelukan Lisa.

If I Ain't Got YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang