8

484 43 23
                                    

(18++) bagi pembaca yang masih dibawah umur diharapkan untuk menyikapinya lebih bijaksana dan don't try this at home


Dan sepertinya akan banyak sekali sakit hati yang kalian rasakan saat membacanya jadi jangan hujat nun yah 😁




Wellington, New Zealand

" Jihoon-ah apa kau sudah makan ? "

Jihoon menggeleng sambil memandang kearah luar jendela apartementnya " belum " jawabnya singkat

Vian mengambil tempat duduk tepat di sebelah kiri Jihoon dan ikut melihat kearah pandangan Jihoon " apa ada hal menarik sehingga kau terus melihat kearah sana "

Tiba-tiba Jihoon berdiri dan hendak meninggalkan Vian, namun sebelum Jihoon pergi melangkah Vian sudah lebih dulu menarik lengan Jihoon sehingga Jihoon terduduk dipangkuan Vian " apa kau masih belum bisa melupakan lelaki itu ? "

Jihoon merasakan tenggorokannya begitu kering tiba-tiba saat Vian menanyakan hal itu, Jihoon bukan orang bodoh ia tahu kemana arah pertanyaan lelaki tampan dihadapannya ini " amm aku-- "

" Kau tidak perlu berbohong Jihoon-ah dari sorot matamu pun aku sudah paham akan perasaanmu dan jangan lupakan aku adalah dokter psikolog aku bisa membaca fikiran orang hanya lewat sebuah tatapan "

Ah iya Jihoon lupa akan hal itu, Jihoon tidak akan bisa menyembunyikan apapun dari Vian karena tanpa Jihoon mengatakannya pun lelali ini bisa mengerti

" Hei tataplah mataku, apa yang kau lihat dari Woojin . . . Dia cuma lelaki biasa dia bahkan tidak bisa mengingatmu walaupun kalian sudah pernah bertemu beribu tahun yang lalu "

Jihoon berusaha keluar dari kungkungan Vian namun tenaganya tidak lebih kuat untuk melepasakannya " Vian lepaskan aku "

" Tidak sebelum kau menjawab pertanyaanku "

" Pertanyaan apa yang kau maksud "

" Apa kau masih memikirkan Woojin ? "

Jihoon mencoba memikirkan sesuatu yang bisa ia fikirkan namun tidak bisa fikiran itu tidak bisa dibohongi ia masih tidak bisa melupakan Woojin walaupun ia pergi kekutub selatan sekalipun

" Apa kau tidak bisa melihat diriku, aku yang selalu ada untukmu aku yang selalu mendampingimu Jihoon-ah ku mohon berilah aku kesempatan "

Jihoon terus berusaha lepas dari pelukan Vian tapi tetap saja nihil, Vian terlalu kuat

" Aku mencintaimu Jihoon-ah "

Tiba-tiba Vian mengangkat tubuh Jihoon dan membaringkannya di atas ranjang

Ada apa ini ?

" Vian apa yang akan kau lakukan "

" Aku akan membuktikan seberapa besar rasa cintaku padamu "

" Tapi tidak begini caranya, ku mohon jangan . . . Vian~~~ aakkhhhh "

 Vian~~~ aakkhhhh "

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Just in a dream (2Park) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang