Empat

3.1K 251 11
                                    

"Istri marah? Istri kenapa?!"

Aku tak menghiraukan Hansehu yang terus mengikuti dibelakang. Cowok itu benar-benar membuatku kesal, bisa-bisanya dia masuk ke dalam kamar tanpa seizinku. Bukan apa-apa aku hanya malu kalai seandainya dia melihat wajah bantalku.

"Istri"

"Istri"

"Istri"

Aku merasa kepalaku pusing mendengar dia terus memanggilku istri. Aku benar-benar bisa gila kalau dia seperti ini terus padaku, apalagi sekarang aku bisa melihat makhluk-makhluk aneh yang manusia lain tidak bisa lihat. Mungkin juga nanti aku akan dalam masalah, sebab banyak hal baru yang kualami sejak anak laki-laki itu datang kehidupku.

"Kamu kenapa, istri?"

Aku mendelik kearahnya. "Tolong berhenti memanggilku seperti itu" Teriakku kesal.

Dia terlihat terkejut dengan suaraku. Dahinya tampak berkerut serta alisnya yang saling bersahutan. "Maaf ya" katanya sambil menundukkan kepala.

Aku yang melihat itu merasa bersalah dengan ekspresinya. Dia terlihat seperti anak kecil saat ini. Aku tidak tega memperlakukannya dengan kasar seperti ini sebenarnya tapi aku juga tidak ingin dia bersikap seenaknya padaku.

"Jangan memasang wajah seperti itu" Kataku sedikit melunak. "Dan jauh-jauh dariku!"

Aku akhirnya pasrah dengannya, kini kami berjalan beriringan dan tentu saja hal itu kembali menjadi heboh karna lagi-lagi ketampanan Hansehu menjadi penyebabnya.

"Wahh Hiruka, manisnya". Teman satu sekolahku memergokiku berjalan bedua dengan Hansehu. Ahh ini benar-benar, kemana Si Sea itu pergi sekarang? Kan biasanya dia selalu hadir di tengah-tengah aku dan Hansehu? Biasanya mulut merconnya itu yang selalu menyahut apabila ada siswa atau siswi yang mengajakku bicara, padahal mereka bahkan tidak pernah menganggap keberadaanku disekolah, tapi lihatlah sikap mereka di depan Hansehu, cari perhatian.

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Terlihat kaku karna aku tidak tahu cara berekspresi yang benar bagaimana, bagiku tidak ada yang menyapaku pun tidak masalah, tapi lagi-lagi akibat Hansehu yang terus saja menempel aku semakin di kenal oleh banyak orang, apalagi Hansehu memiliki wajah yang sangat-sangat tampan dari cowok pada umumnya.

Aku berjalan menuju taman yang ada di belakang sekolah. Biasanya aku selalu disana menyendiri menghindari tatapan-tatapan orang yang ingin mengintimidasiku. Aku tahu aku seperti orang gila karna tak memiliki teman dekat untuk diajak mengobrol, tapi kalian semua harus tahu di sekolahku ini agak berbeda. Mereka tidak akan mau berteman dengan orang yang menurut mereka lemah atau kalau kau adalah anak dari pengusaha kaya, mereka akan dengan rendahnya berpura-pura ingin jadi temanmu namun nyatanya mereka akan mencampakkanmu ketika dalam kesulitan. Aku benci kemunafikan itu, aku benci orang-orang rendahan yang bermuka dua.

Tiba-tiba saja dadaku menjadi sesak, lagi-lagi aku teringat dengan Yumna teman sekelasku yang di bully habis-habisan karna tidak mampu memberikan apa yang diinginkan Yiso- Seniorku di sekolah ini.

Dengan kejamnya Yiso memotong rambut Yumna di depan semua orang. Yiso terus saja menghina Yumna sampai gadis itu kesulitan dan memilih lenyap dari sekolah ini tanpa berkata apa-apa tentang kekejaman Yiso, padahal semua orang tau kalau Yiso itu sangat kejam. Aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan Gadis kejam itu. Dia seperti psikopat gila yang terus-menerus menyiksa orang yang menurutnya pantas untuk di permainkan.

"Istri kenapa?" Hansehu menepuk kepalaku. Cowok itu bingung melihat ekspresiku yang berubah jadi muram.

"Gk ada" Jawabku ketus.

"Istri mau"

Aku melihat Hansehu memberiku buah-buah kecil berwarna ungu. Mirip seperti anggur tapi ini sedikit lebih kecil.

"Ini apa?" Aku menerimanya. Kulihat buah itu tampak sangat asing dimataku.

"Biji"

Aku mengerutkan kening. "Biji apa?" Tanyaku sambil mengendus-endusi buah yang ada di tanganku.

"Biji Jiorin"

Sea datang mengagetkanku. Cowok itu nyengir lalu duduk di sebelahku, seperti biasanya.

"Jiorin apa sih?" Tanyaku yang semakin bingung. Aku menatap Sea penuh tuntutan akan sebuah jawaban. Kalau aku bertanya pada Sehu itu sama saja aku membuat otakku semakin berkerja keras. Terkadang aku heran kenapa Sehu tidak secerdas Sea?

"Jiorin itu buah dari dalam inti hutan, dan cuma ada di hutan dan manusia gak akan pernah tahu, apalagi sampai memakannya". Jelas Sea. "Kau beruntung bisa memakan itu karna itu buah langka"

Aku semakin mengerutkan keningku bingung. Aku tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Sea padahal dia sudah menjelaskannya.

Sepertinya Sea dapat membaca Pikiranku. Cowok itu terkekeh, dengan memasukkan buah yang ada ditanganku ke dalam mulutnya Sea berucap. "makan aja, nanti kau juga suka kok". Dia tampak sok Acuh tak acuh. Aku tahu dia sedang mempermainkanku sekarang, tapi kali ini aku tak ingin berdebat dengannya karna bagaimana pun juga mulut mercon Sea tak akan bisa di kalahkan. Dan aku lebih memilih mencari tahu buah apa yang ada ditanganku ini, aku beneran penasaran dan tentu saja aku tak ingin mati dengan rasa penasaran ini.

Aku menatap Sehu dengan sorot teduh. Berharap cowok yang ada di hadapanku ini mau diajak bicara dengan serius tanpa adanya senyuman yang nantinya membuat hatiku lagi-lagi tergerak untuk berdebar.

"Sehu" Ucapku pelan. Kuusahakan saat ini emosiku tidak meledak karenanya.

"Iya, Istri"

"Ini buah apa?" Selembut mungkin aku melunakkan suaraku.

"Biji"

"Iya maksudku ini bisa dimakan?" Tanyaku lagi.

"Istri makan aja" Sehu menyerahkan buah itu lebih banyak padaku.

Dengan rasa penasaran yang semakin membuncah akhirnya aku memakan buah itu, dan rasanya seperti nano-nano. Asin, manis dan asam tetapi ada sensasi menagihkan ketika buah itu tandas dalam mulutku. Tiba-tiba saja lidahku ingin lagi dan lagi hingga tak terasa semua buah biji yang ada pada hansehu juga habis. Aku mengerucutkan bibirku merasa kurang dengan apa yang sudah kumakan.

"Istri mau lagi?" Tanyanya padaku.

Aku mengangguk antusias "Mauu" Jawabku seperti anak kecil yang tidak sabar untuk diberikan es-krim.

"Ayo" Ajaknya.

Aku mengerutkan kening, bingung. Kemana cowok ini akan membawaku?

"Ayo ambil biji lagi. Hutan" katanya yang sudah berdiri dengan tangan yang menggantung diudara.

"Ahh, aku tidak mau. Sebentar lagi juga bel akan bunyi, nanti kita telat"  Tolakku sambil membuang muka.

"Tidak apa-apa. Ayo" Ajaknya lagi.

"Hei kau Hutan, kan dia bilang kalau dia tidak mau, kok maksa sih". Sea ikut berkomentar .

"Berisik" Kata Hansehu mengacuhkan.

"Ayo" Hansehu menarikku lalu membawaku menuju belakang pagar sekolah, Aku jelas sudah tau tempat apa itu.

"Jangan kembali terlalu lama" Pesan Sea setelah aku dan Hansehu sudah jauh berada di dalam hutan.

Aku memandang Sea yang melambai kearahku. Dia tersenyum lalu samar-samar tidak terlihat lagi.

Dimana ini?

















































handsome ghost wifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang