Aku berjalan di bawah sinar Purnama yang terang. Sangat terang sehingga bayanganku begitu jelas mengikutiku. Aku ingin ke supermarket untuk membeli cemilan pendamping untuk aku menonton Film kesukaanku nanti. Aku melirik ke belakang, mencoba mencari bayangan Sehu namun aku tidak melihat apapun. Aku menghela napas Lega karna Sehu tidak mengikutiku lagi walau hanya untuk sekarang.
Sesekali aku bersenandung pelan mencoba untuk menghilangkan rasa bosanku. Aku berpikir kenapa aku berjalan begitu sangat lama? Padahal sudah setengah jam aku terus berputar disini, untuk ukuran rumahku ke supermarket hanya butuh waktu delapan menit saja, tapi sekarang kenapa terasa sangat lama?
Tiba-tiba aku merasa udara di sekitarku sangat dingin. Angin meniup-niupi bulu tanganku yang terekspos. Aku menelan ludah saat aku merasa sesuatu bergerak di belakangku. Perlahan aku mencoba meliriknya melalui ekor mataku. Dan, betapa terkejutnya aku saat kudapati enam orang perempuan kini menatapku dengan tatapan mengintimidasi . Perempuan-perempuan itu jelas bukanlah manusia, mereka mirip seperti siluman. Semuanya tersenyum mengejek kearahku. Aku takut melihat betapa sadisnya penampilan mereka. Kugerakkan kakiku perlahan, mencoba untuk lari dalam situasi seperti ini. Namun sama sekali tidak berhasil karna mereka dengan cepat menghalangiku.
"Kau mau kemana, Manusia?". Perempuan Berbaju merah itu mendekatiku.
Aku menelan saliva dengan susah payah. Ingin melawan tapi melihat jumlah mereka yg lebih dominan dariku membuat nyaliku menciut. Aku hanya bisa menundukkan kepalaku takut. Aku sangat lemah, aku memang benar-benar perempuan lemah.
"Tidak ada yang akan datang untuk menolong mu, bocah". perempuan itu berdecih saat melihat aku ketakutan, senyum sarkas tercetak jelas menampilkam gigi taringnya yang tajam.
Kakiku gemetar, aku sangat takut. Oh tuhan demi apapun aku butuh Sehu sekarang. Aku merutuki diriku yang selalu merasa hebat dan tak perduli dengan kehadiran Sehu di dekatku. Padahal akhir-akhir ini dia adalah penyelamat hidupku. Aku mohon Sehu datanglah. Aku sungguh memohon dalam hatiku.
Kini tanpa aku tahu kapan pastinya, keenam orang itu sudah ada di sekitarku, mengelilingiku. Menutup semua akses agar aku tidak bisa bergerak. Mereka membentuk lingkaran untuk menutupiku. Aku memejamkan mata saat satu orang diantara mereka menarik rambutku. Aku merasa sakit luar biasa di area kepalaku tapi mulutku sangat kaku untuk kugerakkan.
"Apa yang istimewa darimu?". Tanyanya. Aku menyerngit bingung, tidak mengerti. Dia tahu apa tentangku?
"Kenapa Yang mulia sangat melindungimu". Dia semakin menarik rambutku kebawah. Terasa sangat sakit sehingga dapat kurasakan beberapa helai rambutku terlepas dari kulit kepalaku.
Tak terasa air mataku terjatuh begitu saja. Aku menangis sebab rasa sakit di kepalaku yang sungguh hebat, Oh tuhan cobaan apa lagi ini?
"Kau hanya Wanita Sampah". Dia meludah di wajahku. Berwarna merah dan sangat berbau busuk. Aku merasa perutku mual menciumnya. Ingin ku muntahkan semua isi perutku namun dia menarik bajuku hingga robek.
Srekkkk....
Sebagian perutku terekspos. Kukunya yang panjang menancap diarea perutku yang sudah kedinginan akibat angin yang tiba-tiba berhembus kencang. Dia menarik rambutku lalu di putarnya hingga aku tersungkur di aspal.
"Aaahhhhhhwww". Jeritku histeris. Sesuatu dari lututku mengalir, berwarna merah dan sangat menyengat di indra penciumanku. Aku ingin kembali muntah saat darah segar mengalir lewat pelipisku. Aku benci darah, aku benar-benar benci aku terluka seperti ini.
"Lihat. Tidak akan ada yang datang untuk menolongmu. Kau hanya mainan untuk Sehu. Bukan Istri, kau itu hanya boneka pajangan". Dia menghempaskan tubuhku saat aku ingin berdiri.
"Disinilah kau akan berakhir". Dia mencoba untuk menancapkan benda yang panjang dan runcing itu ke tubuhku, namun tiba-tiba benda itu terpeleset hingga mengenai salah satu dari mereka.
"GORED........". Perempuan itu menjerit kesakitan. Suaranya melengking hingga membuat gendang telingaku sakit. Tak lama dari suaranya itu dia juga lenyap bersamaan dengan api yang menyala lalu membakarnya.
"Sea".
Cowok dengan kulit putih itu tersenyum kearahku. "Siapa yang pantas untukmu". Ucapnya lalu mulai membabi-buta kelima perempuan lainnya.
.........
"Sangat sakit, yah?!"
Untuk apa dia bertanya. Apakah luka robek dikepala itu sangat sepele baginya?
Aku mendengus saat Sea mencoba untuk meraih pelipisku. Tatapanku yang horor mungkin membuat ia berpikir untuk melakukannya padahal aku hanya sedikit kesal.
"Seperti itu yah cara kalian menyerang orang lemah?!" Tanyaku dengan suara bergetar.
Sea mendongakkan kepalanya, ia yang semula berjongkok di depanku kini berdiri sambil menatapku dengan tatapan aneh. "Tidak semua, apa kau berpikir kami seperti itu?!"
Aku menggeleng." Tidak sih, tapi melihat caramu menghabisi mereka sangat mengerikan. Aku jadi takut kalau melihat puncak kemarahan Sehu seperti apa!"
"Baiklah, kalau gitu gak usah lihat!"
"Caranya gimana? Takutnya nanti aku salah apa gitu yang tiba-tiba bisa memancing kemarahannya!"
Sea menghembuskan nafasnya pelan. Menatapku dengan lembut seraya berkata. "Kau mau kemana? Biar aku antar!"
Astaga, iyah aku lupa ingin ke supermarket tapi tertunda karna perempuan-perempuan itu tadi. Aku mengusap bekas darah diwajahku sembarangan, lalu berdiri beranjak menuju ruko yang terang dengan lampu berwarna putih. "Temenin aku bole?!"
Sea mengangguk kemudian kami berjalan beriringan melintasi trotoar yang terasa sepi.
"Sejak kapan kau kenal dengan Sehu?!" Aku memulai obrolan di langkah kesepuluhku. "Menurutmu dia kalau marah kayak apa? Kalau nangis aku uda pernah liat, hmm aku sedikit takut!"
Sea menaikkan sebelah alisnya. "Bukannya kau pernah melihatnya berkelahi?!"
Aku mengangguk. "Iya, tapi itu bukan kemarahan sungguhan kan?!"
"Yap! Bener juga sih! Kau tenang saja, selagi kau tidak membuatnya sedih dia tak akan memarahimu!"
Aku ingin lanjut bertanya saking penasarannya dengan latar belakang Sehu, namun suara cempreng dari seseorang di belakang kami membuat kata-kataku kembali tertelan dalam-dalam.
"Sea, kau disini rupanya!" Gadis yang sangat cantik, mata yang begitu besar dengan hidung yang tinggi dan kecil. Aku menatapnya dengan sorot memuja, suaranya juga sangat lembut, selembut sutra.
Ia menoleh kearahku lalu bertanya pada Sea. "Dia siapa?!"
"Kau tidak perlu tau!" Sea mencolek hidung gadis itu pelan membuat ia menggeliat kecil. "Katakan, Kak. Apa dia pacarmu?!"
"Uhuk. Bukan!"
"Jelas bukan!"
"Cie, kalian barengan. Hm, tapi kenapa wajahmu penuh darah? Apa kau bukan hantu?!" Kata gadis itu bertanya, dia pasti penasaran, terlihat jelas dari raut wajahnya yang kepo tapi sangat cantik.
"Iyah, bukan!" Jawabku.
"Jia. Kenapa kau jadi banyak tanya begini. Pergi sana!" Ujar Sea membuat gadis yang ternyata bernama Jia itu cemberut.
"Kakak, aku kangen kak Sehu. Bisa kakak anterin aku ketemu dia?!" Ucapan Jia membuatku spontan menatap kearahnya. Ada hubungan apa mereka?
"Tidak Jia. Pergi sana!" Jawab Sea dengan gelagat mencurigakan.
Jia merentangkan tangannya di hadapan kami, mencoba untuk menghalangi jalan, lebih tepatnya mengarah ke jalan Sea yang tertutupi.
"Aku kan kangen banget. Kenapa kakak melarangku? Memangnya kakak punya hak?!!"
Sea menepis tangan Jia pelan. "Tolong jaga sikapmu, Jia. Kau bisa dalam bahaya, yang ada di hadapanmu sekarang adalah Ratumu sendiri!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
handsome ghost wife
Historia CortaApa yang akan terjadi jika aku menikah dengan hantu yang sangat tampan?