«6»

69 6 0
                                    

Author POV

Reka ulang adegan...

Sakti berlari di koridor sepi dekat toilet. Sementara dari toilet keluarlah seorang gadis yang membawa selembar double folio. Ya, itu sebuah tugas kimia dari guru mapel kimia nya.

Karena mereka sama-sama terburu-buru, akhirnya... tabrakan deh.

Posisi Sakti sedang menengadah, berada di atas tubuh gadis tersebut yang tenyata...

Adele POV

Ish... Kesel banget deh hari ini! Masa aku ditindih sama tubuh yang 2 kali lipat lebih besar dari tubuhku. Dan jangan lupakan, bibir aku ya Tuhan! Bibirku udah nggak suci lagi. Padahl bibir ini kan hanya untuk Erlan seorang, eh!

Dan...

Cobaan apa lagi ini? Tugas kimia ku! Tugas yang semalaman aku buat sampai bergadang hingga jam 2 dini hari! Robek, hancur begitu saja? Dengan bekas pijakan sepatu ukuran pria disana! Ya, siapa lagi kalau bukan si pria tadi! Bagaimana ini? Siap-siap deh dihukum Pak Kation. Ish... Gimana image aku di depan Erlan!

Eh, tapi tunggu deh. Kok kayak familiar sama wajah cowok itu ya? Kayak mirip seseorang gitu. Tapi siapa?

Ah lupain.

Saat aku sedang menahan kekesalanku. “Pak Kation dateng woy!” aduhhhh... Gimana nih. Masak aku harus dihukum sih. Nggak mau! Nama baikku loh ini yang jadi ancaman. Nggak elit banget jika aku disebut ‘Si anak rajin yang dihukum guru gara-gara tugas kimia rusak.’ Selama ini aku belum pernah dihukum. Aduh kepalaku mau meledak rasanya.

Mana Pak Kation udah di depan lagi. “Kumpulkan tugas mjnggu lalu! Yang tidak membuat silakan berjemur dilapangan sampai jam istirahat!” Mati saja aku Tuhan.

Kemudian aku mengabgkat tanganku. “Pak maaf.” ucapku.

“Ada apa Adele? Kumpulkan tugasmu nak.” gimana ini? Aku benar-benar takut saat ini.

“Saya sudah membuatnya Pak, bahkan kemarin sampai bergadang. Tapi tadi pagi, ada yang merusaknya Pak.” ucapku ahmgak takut.

“Hmmm... Untuk kamu Bapak bisa maklumi. Lain kali jangan mebgulanginya lagi ya.” ujar Pak Kation lembut padaku.

Namun, baru saja aku merasa tenang, sebuah suara mengintrupsi dan mengajukan protes.

“Pak! Harus adil! Dia pantes!” Tuhan... Cobaan apa lagi ini? Tadi Erlan. Erlan! Yang ingin aku dihukum atas nama keadilan. Tiba-tiba, dadaku merasa seaak dibuatnya. Aku sangat terluka oleh protesannya yang menginginkan aku dihukum seperti anak pemalas lainnya. Meskipun ini adalah kelas IPA 1, masih banyak anak malas disini. Perihal kenapa mereka bisa masuk? Yah, karena uanglah. Ingat ini sekolah elit.

Kembali ke topik kita.

“Hmmm... Maaf Adele, karena Erlangga menuntut keadilan. Kamu juga ikut ya, tidak apa. Saya tidak akan mencatat riwayat pelanggaranmu di catatan saya.” ucap Pak Kation penuh dengan permintaan maaf.

Hmm... Tak apa lah. Setidaknya tidak berpengaruh bagi nilaiku.

Nanti setelah hukumanku selesai, awas aja cowok tengik itu. Untung adi aku sempat liat name tag kelasnya. Kalau tidak salah dia kelas IPS 2.

***

Sekarang aku telah berada dilapangan depan kelasku. Disini aku berdiri, bersama sekitar 10 anak. Salah satunya murid baru kemarin yang berada di sebelahku. Iya, Adara.

Panas matahari menyengat tubuhku. Keringatku sudah bercucuran banyak sekali.

Dari tadi aku hanya terdiam, tidak seperti yang lainnya, mereka mengobrol.

-_Brother_-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang