-_Brother_-

«3»

Pukul 06.00

In de skul, kelas Erlan.

Erlan memasuki kelasnya dan menaruh tasnya di dalam loker meja.

Saat ini, keadaan sangat sepi. Se-sepi hati author. Hanya ada dua orang disana, Erlan dan satu lagi seorang gadis. Gadis itu bernama Adele. Yup, dia teman sekelas Erlan sejak masuk SMA. Entah apa yang membuat mereka terus sekelas, mungkin karena kepintarannya. Tepat, dia juga pintar sama seperti Erlan. Tetapi mereka sangat jarang berkomunikasi. Bahkan bisa dihitung hanya 2 kali dalam 2 tahun 2 bulan ini. Dan itu hanya sekedar interaksi kelas, seperti menanyakan tugas atau semacamnya dan itu pun tak disambut baik oleh Erlan.

Kisah saat mereka pertama kali masuk ke kelas 10 IPA 1.

Seorang gadis yang diketahui bernama Adele, menghampiri seorang siswa. Dia Erlan. Sang gadis hendak mengajaknya duduk bersama, karena Adele ingin duduk di depan. Namun, kursi depan sudah penuh dan hanya kursi paling kanan saja yang tersisa, yaitu kursi Erlan.

Adele menghampiri Erlan, "Emmm... Boleh nggak aku duduk dengan kamu?" tanya Adele.

"Nggak! Sana menjauh!" jawab Erlan ketus tanpa memalingkan mukanya.

Bayangkan, hanya diajak duduk saja dia sudah seketus itu.

Kemudian, kejadian setahun yang lalu, saat mereka masih kelas 11 saat kedua kali mereka berkomunikasi.

Adele memasuki kelasnya, disana telah ada Erlan. Adele menghampiri Erlan setelah tadi menaruh tasnya di mejanya.

Berhubung kemarin ia tidak sekolah, ia ingin menanyakan tugas yang mungkin diberikan pada gurunya.

"Er-Erlan, kemarin aku tidak sekolah. Apakaha kemarin ada tugas?" tanya Adele pada Erlan.

Erlan meliriknya. Seperti biasa dengan tatapan dinginnya. "nggak!" jawabnya kemudian pergi meninggalkan Adele.

Memanglah mereka sama-sama pendiam, tapi sifat ketus Erlan ini loh yang menjadi pembeda. Bedanya, jika Erlan sama sekali tidak mempunyai teman, karena ia yang sulit diajak berkomunikasi. Hal itulah membuat teman sekelas maupun luar kelas tak menyukainya. Selama ini Erlan tidak pernahmengikuti kegiatan kelompok atau sejenisnya. Ia hanya membuatnya sendiri. Para guru memaklumi karena dia itu anak emas disana. Meskipun sikapnya yang sangat acuh, masih saja para gadis banyak yang menjadi penggemarnya, walau hanya diam-diam.

Nah, kalau Adele memang nemiliki teman, walaupun bukan teman dekat dan akrab. Hanya sekedar teman yang diajaknya membuat tugas atau berdiskusi. Setidaknya dia pernah mengobrol dengan mereka.

Adele POV

Perkenalkan namaku Adele Adriana Agatha. Aku adalah seorang gadis yang sederhana dan pendiam. Mungkin banyak yang mengatakan bahwa aku ketus. Iya memang benar. Aku tak suka diajak bercanda atau dipermainkan. Di dalam hidupku, tiada kata BERCANDA. Itu sangat merugilan eughh.... Banyak gadis yang dijahili, ujung-ujungnya teriak-teriak nggak jelas. Kalau telingaku tuli mereka mau tanggung jawab? Aku nggak suka keributan kayak gitu. Maka dari itu lebih baik aku mencegah sebelum aku dijadikan bahan mainan. Kata pepatah, sedia payung sebelum hujan kan?

Hmm... Cowok yang baru saja masuk kekelas itu...

IDOLA-ku.

Iya, Erlan. Erlangga Sakha Rajasa. Cowok cool dan pinter. Tipe-ku banget. Andai aku seperti gadis-gadis jaman sekarang, yang yanpa malu mengajak laki-laki berpacaran. Dari dulu sudah aku tembak Erlan buat jadi pacarku.

Tapi apa daya, aku tidak punya keberanian sebanyak itu. Aku cuma bisa memperhatikannya dari jauh. Kursiku inilah yang menjadi tempat yang strategis untuk sesalu memperhatikannya. Dia duduk sediri di kursi paling depan, kedua dari kiri. Sementara aku duduk dibangku nomor 2, paling kiri. Memang sangat dekat, tapi ketika pikiran ini hendak menyapa, entah kenapa mulut ini terlalu lengket untuk bergerak. Mungkin aku akan selamanya jadi penggemar rahasianya.