“Kamu duduk sama Erlan. Iya, Erlan.” ucap wali kelas.
WHAT?!
Erlan sangat terkejut, ia melototkan matanya beberapa detik kemudian menormalkan ekpresinya kembali datar. Tidak habis pikir, apakah wali kelasnya ini gila? Menempatkan gadis berisik seperti Adara di dekat Erlan yang mencintai kedamaian!
Karena tidak terima, kemudian Erlan mengangkat tangannya. "Saya tidak mau.” protesnya datar.
Bu Wati hanya tersenyum, kemudian mencoba memberikan pengertian kepada Erlan.
“Erlan, lihat sendiri 'kan, tidak ada tempat duduk lain selain di samping kamu. Masa iya, Adara disuruh duduk di bangku guru.”jawab Bu Wati dengan lembut.
"Saya tidak peduli" balas Erlan masih kukuh dengan pendiriannya.
“Nggak boleh gitu. Kita tidak boleh membeda-bedakan atau membenci teman. Kamu tau azab kan? Nah loh, nggak enak banget kalau di chanel burung terbang ada judl azab gini ‘Orang yang tidak mau duduk dengan orang cantik seperti murid baru ini, matinya tertimpa bangku yang bercorak love love’ ih... Nggak banget kan.” kalau kalian menyangka itu Bu Wati, kalian benar
-benar salah!
Semua kata-kata yang merangkap menjadi kalimat itu diucapkan oleh gadis cantik yang berstatus siswi pindahan itu.
Kok bikin kesel? Geram Erlan dalam hati. Mana mau dia bicara banyak-banyak.
Erlan sudah menanamkan prinsip dalam hati. Intinya ia jangan sampai sebangku dengan gadis didepannya. Bisa hancur hidupnya direcoki manusia semacam dia.
“Diem lu! Cewek barbar!” jawab Erlan dengan suara naik satu oktaf.
“Enak aja gue dibilang cewek barbar! Mata lu siwer apa katarak?! Orang cantik gini juga! Anggun lagi, iya ga teman-teman?” jawab Adara tak kalah sengit. Sementara teman kelasnya hanya bersorak.
“Najis Anjing!” kesal Erlan. Sementara Bu Wati langsung melotot mendengar murid kesayangannya berkata kasar. Pasalnya ini pertama kali ia mendengarnya.
Orang sekelas terheran-heran. Pasalnya Raja Es, Erlan Sakha Rajasa yang terkenal tidak bisa diajak bercengkarama, berdebat dengan seseorang. Yah, walaupun dengan kata-kata yang teramat mahal.
“Hello! Orang cantik dibilang anjing? Nyadar diri lo monyet! Sok ganteng lagi!Pokoknya saya mau duduk dengan itu si Erlan, Erlan itu, Buk!” ucapnya tidak santai kepada sang wali kelas.
Wali kelas hanya tertegun melihat perdebatan mereka berdua.
“Saya tidak mau! Titik!” emosi Erlan mulai memuncah, terlihat dari kilatan matanya yang menyimpan banyak amarah.
“Pokoknya saya sama dia! Harus! Harus! Harus! Harus! Harus!” pinta Adara pada Bu wati sambil menghentakkan kakinya pada lantai.
“Pemaksa!” jawab Erlan ketus.
Sementara Erlan dan Adara berdebat. Ada satu siswi yang merasa cemburu. Yah, bisa ditebak itu adalah Adele.
Bagaimana dia tak cemburu, saat ini Erlan berdebat dengan murid baru yang diketahui bernama Adara itu, walaupun dengan kata yang singkat sekalipun. Secara tidak langsung dia sudah berkomunikasi dengannya. Yah, walaupun itu sebuah pertengkaran. Setidaknya itu lebih baik daripada komunikasinya dengan Erlan.
‘Hmm... Coba aku yang ada di posisi Adara.’ gumamnya dalam hati menahan sakit yang menusuk dan menikamnya tepat di dadanya.
Jika bukan di kelas, mungkin sekarang Adele akan menitikkan air matanya dan berteriak sekeras mungkin.
Dia terus saja memperhatikan dua insan yang sedang berdebat.
‘Andai aku jadi dia, pasti aku senang sekali disuruh duduk bersama Erlan.’ ucapnya dalam hati lagi.
Sampai akhirnya wali kelas mengekuarkan kata-kata, “Erlan. Ibu mohon ya. Untuk sementara saja, duduk bersama Adara. Dengan sangat hormat Ibu meminta.” ucap wali kelas.
Erlan sedikit berfikir dan menghembuskan nafas pasrah, “Dia ganggu, saya tendang.” Erlan mengajukan pernyataan.
“Baiklah Erlan. Adara silakan duduk. Sebentar lagi Guru PKN kalian datang. Jangan ribut, Ibu permisi.” ucap wali kelas 12 IPA 1 kemudian pergi meninggalkan kelas tersebut.
Adara berjalan menuju bangku barunya. Dia duduk disana dan masih dengan mata saling tatap sinis dengan Erlan. Kelihatannya mereka akan jadi musuh bebuyutan sekarang. Melihat cara mereka berdebat dan menatap sinis tadi.
Sampai tiba-tiba ada yang menyentuh pundak Adara. Otomatis tatapan sinisnya menoleh kebelakang.
“Hy... Kenalin nama gue Elisa. Lu bisa panggil gue Lisa atau apalah.” ucap gadis yang menyentuh pundak Adara tadi.
“Gue Adara. Senang berkenalan dengan lo. Mulai sekarang kita teman?” jawab Adara. Memang dia adalah tipe orang yang cepat bergaul dan menyesuaikan diri di mana saja.
“Gue harap bisa jadi sahabat.” ujar Elisa dengan senyum sumringahnya. Adara membalas dengan senyuman yang jauh lebih manis.
Tiba-tiba Erlan mengalihkan atensi kedua perempuan itu, “Berisik!”
“Serah gue lah. Jadi kalau ga terima, tutup noh telinga lu pakek linggis sekalian!” Jawab Adara ketus yang terdengar menyebalkan di telinga Erlan. Eelan kemudian kembali pada posisinya semula.
Semetara Adele hanya menatap keduanya dengan lirih tanpa mereka sadari.
Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki masuk ketelinga para siswa. Muncullah seorang pria paruh baya yang memakai kaca mata minusnya. Dia guru PKN kelas 12 IPA 1.
“Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita akan membahas tentang... ” panjang lebar guru itu menjelaskan materinya hari ini.
Erlan dan Adara dari tadi tak fokus dengan penjelasan gurunya. Mereka terus saja saling melirik sinis. Kelihatannya rasa kesal mereka belum mereda. Oh, apakah ada perang dunia ke-3 nanti setelah bel istirahat? Entahlah.
Sampai guru PKN itu melihat tingkah mereka. “Erlan dan kamu... A-Adara, iya Adara. Kenapa kalian? Sepertinya tidak memperhatikan dari tadi.” Tanya sang guru.
“Tidak Pak”
Jawab mereka serempak.
"Jangan niru!” Tuduh Erlan dengan sinis.
“Nggak ada tuh sejarahnya Adara Fredella Ulani niru orang lain! Mending gue jadi diri sendiri!” jawab Adara tak kalah sinis.
“Baik, Erlan dan Adara jangan ribut. Nah, itu penjelasan dari saya. Sekarang saya mau kalian membentuk kelompok dengan teman sebangku.” ucap guru tersebut.
Mata Erlan terbelalak. Lain halnya dengan Adara yang tersenyum sulit diartikan.
“Saya bisa sendiri.” potong Erlan tiba-tiba.
“Tidak bisa Erlan. Kali ini kamu harus mengerjakannya secara kelompok. Saya ingin menilai kerja sama kalian.” jawab sang guru dengan suara khas nya.
“Saya tidak mau. Dia berisik.” Ujar Erlan menunjuk ke arah Adara.
“Nggak bisa gitu kan Pak. Bapak harus adil sama seluruh siswa. Kalau harus kerja kelompok ya harus semuanya kerja kelompok.” cerocos Adara tiba-tiba.
"Jan ikut campur!” Erlan mulai jengkel kembali.
“Ya terserah guelah, mulut, mulut gue! Mau ikut campur kek apaan kek terserah gue dong! Pokoknya ini demi keadilan.” Adara tak mau kalah. Dan mereka mulai berdebat kembali.
“Sudah-sudah! Jangan berdebat. Kamu Erlan, kali ini tidak ada penolakan. Pelajaran saya akhiri. Kalian boleh istirahat.” ucap guru PKN itu kemudian beranjak pergi.
‘Cobaan apa lagi ini Tuhan!’ Teriak Erlan dalam hatinya. Kemudian menatap sinis Adara yang sedang tersenyum licik. Setelah itu Erlan memutuskan pergi dari ruang kelasnya.
TBC
.
.
.
.
.
Ayo kita budayakan kebiasaan vote dan komen![Telah direvisi]

KAMU SEDANG MEMBACA
-_Brother_-
Novela JuvenilSaudara kembar tak identik yang memiliki sifat dan prilaku berbeda. Bahkan berbanding terbalik 180°. Sang kakak yang berandal, akibat merasa dibedakan oleh orang tua. Dan sang adik yang hampir mendekati kata sempurna serta selalu dijunjung keluarga...