Part 1

361 3 0
                                    

Para penumpang sepertinya sangat tidak sabar menunggu pesawat ini benar-benar parkir aman di terminalnya. Hampir semua telah berdiri dan sibuk menurunkan kopernya. Terdengar pula telepon seluler yang diaktifkan.

Jan entah mengapa justru menjadi orang yang paling tenang. Sabuk pengaman masih dikenakan dan earphone masih bertengger di telinga. Matanya menatap keluar, pemandangan bandara LCCT KL pada siang hari begitu gersang dan panas, Jan beruntung bisa duduk di window karena gadis Korea di sebelahnya meminta tukar tempat, "Aku takut ketinggian" dengan inggris patah-patah.

Jan bangun dari tempat duduk saat pramugari menepuk pundaknya pelan dan dilihatnya pesawat sudah lebih lapang. Ransel hitam kesayangan ditentengnya.

Mata Jan beredar sepenuhnya. Ini perjalanan pertama ke Asia Tenggara, terbang jauh dari Czech Republic sebagai turis dalam rangka menemui teman yang dikenalnya dari situs dating online. Dita gadis Indonesia yang membuatnya mempercepat kunjungan ke Asia tenggara yang direncanakan dua tahun lagi, mereka berjanji bertemu di Kuala Lumpur, Malaysia.

Segala sesuatu harus dilihat dan dipahaminya. Banyak calo menawarkan taksi dan bus paket wisata. Jan menggeleng pada mereka.

Entah kenapa hpnya tidak dapat menggapai Free WiFi di sini, semua tertera WiFi milik coffee shop atau resto yang password-nya terkunci.

Ia harus memberi kabar pada Dita. Sejak kemarin Skype Dita offline dan Whats app belum dibalasnya. Sambil menunggu petugas money changer menghitung penukaran uang Jan, dibukanya panduan travelling Malaysia, setelah yakin Jan naik Bus khusus disambung dengan kereta ke arah Bukit Bintang.

Jan turun dari kereta dengan peluh, LRT itu penuh sesak, ini yang akan dihadapinya 2 hari kedepan, hey aku harus happy.

Tidak sulit bagi Jan menemukan Hotel yang direkomendasikan Dita, Paradiso Bed & Breakfast. Jan duduk di sofa menunggu rombongan di depannya selesai check in.

Hotel ini dari luar tidak tampak besar tetapi ketika masuk kedalamnya Jan tahu mereka mendesain dengan minimalis dan nyaman. Dinding sebelah kanan Jan sedang dibuat mural, lukisan resort pinggir pantai seperti kartu pos yang pernah dikirimkan Dita padaku. Pelukis mural ini sangat berbakat, sebagian dari rombongan berdecak kagum dan selfie di depan lukisan yang masih setengah jadi.

Tiba giliran Jan check in, resepsionis siang ini adalah seorang bapak setengah baya, berdarah Chinese dan berbahasa Melayu dan Inggris cukup bagus, "mereka memanggilku uncle" jawabnya ketika Jan menanyakan nama.

Kamar dengan single bed penuh dan tersisa hanya bunk bed ala hostel, Jan mengusap janggutnya "hmmm OK I take it" dibayarkannya 30 RM deposit dan 30 RM check in untuk satu malam.

Kamar hostelnya masih kosong Jan meletakkan ranselnya di loker dan menguncinya. Bunyi notifikasi pesan dari WA dan Skype juga SMS.

SMS dari mom : kayaknya kamu udah betah ya di sana, ko ga kontak kerumah, ga kangen ya sama kami?

Jan : I still love Prague, Mom. Nanti malam aku Skype. Bilang sama Dad aku bakal behave, don't worry

WA dan Skype dari Dita isinya panjang lebar yang intinya kenapa Jan tidak bisa dihubungi.

Jan : aku baru check in di Paradiso, kamu udah sampe KL?

Yang langsung dibalas Dita

Dita : No, sejak kamu ga bisa di kontak. Aku jadi ragu dan aku ga jadi booking tiket KL aku sekarang di Singapore sampe 3 hari kedepan. Aku pengen ketemu kamu tapi kalo aku ke KL sekarang juga engga mungkin.

Jan lemas tujuannya kesini untuk ketemu Dita karena mereka berjanji bertemu di sini, di KL.

Jan berpikir untuk melanjutkan perjalanan ke Singapore (SG) besok saja karena tujuan awal ingin bertemu Dita. Meskipun kesal dengan keadaan yang tidak sesuai rencana, Jan tetap ingin menemuinya.

Setelah mandi Jan turun. Mc Donald tepat berada di bawah hotel ini, perutnya minta diperhatikan.

Sekembalinya dari makan Jan tidur sebentar menghilangkan pusing akibat Jet lag.

Biiip... Satu email masuk dan membuatnya bangun, Jan malas membacanya dari Waraporn mantan pacarnya seorang Thai, 2 tahun lalu saat Waraporn menetap di Prague untuk program Au pair.

Waraporn : Aku lihat dari fb kak Alice kamu sekarang lagi di KL. Bisa kita ketemu nomorku +60 12xxxxxx

Jan berpikir bertemu seseorang yang dikenalnya adalah hal yang baik di sini. Beruntung kak Alice menulis status tentangnya di fb.

Jan me-What's app-nya.

Jan : Waraporn, I'm at Bukit Bintang. Kamu dimana? Ini Jan

Waraporn : :') aku ga nyangka kamu bakal hubungi aku setelah bertahun-tahun kita ga kabar

Jan menghela napas, Waraporn masih seperti dulu, Jan tidak nyaman untuk membicarakan hal yang terkait dengan perasaan. Mereka dulu berpisah karena Waraporn harus kembali ke Thailand dan tidak bisa LDR. Sejak itu mereka memilih tidak ada komunikasi lagi dan Waraporn tetap berteman dengan Alice kakak Jan.

Jan : Waraporn, aku dua hari di sini. Kamu dimana?

Waraporn : aku tinggal di Jalan Munshi Abdullah xxxxxxx. I'm so happy you still want to meet me Jan

Jan : How to get there?

Waraporn : by taxi, bus dan train bakal lama

Taksi berwarna merah itu membawanya cepat karena Jan minta dia mengebut. Jarak tempat itu tidak terlalu jauh ternyata "You safe with me Sir, no taxi scam" sang driver tersenyum menunjuk argonya.

Jan membaca lagi alamat yang diberikan Waraporn tetapi tampaknya alamat itu adalah sebuah klub malam dan saat ini siang mereka masih tutup. Jan tidak yakin Waraporn tinggal di sana. Jan berjalan sedikit menemui seorang penyapu jalan, tidak bisa bahasa Inggris tetapi dia mengangguk dan menunjuk pintu tersebut.

Jan menekan bel dan tepat Waraporn yang membuka pintunya. Ia langsung memeluk Jan erat sekali.

Waraporn : Jan I miss you na

Jan menepuk-nepuk bahunya, tidak mengucapkan sepatah kata.

Waraporn menarik tangan Jan mereka naik ke lantai tiga. Melewati ruangan yang besar dengan meja bar dan panggung serta sofa.

Waraporn berada didepannya dan baru Jan sadari Waraporn kini berbeda. Rambut hitam panjangnya diwarnai brunette di bentuk potongan dan wave yang seksi sekali, wajahnya full make up kukunya dicat pink dengan nail art. She looks like a barbie now.

Mereka duduk di ruangan santai dekat tangga, mengobrol dan mata Jan tidak lepas dari Waraporn, Hot pants dan tank top yang super pendek ketat, bukan...bukan pikiran nakal Jan yang bermain tetapi keheranannya yang belum terjawab kenapa Waraporn berada di sini dan dengan dandanan seperti ini.

Beberapa orang gadis menyapa "Hi Crissy" Waraporn melambaikan tangannya, mereka melewati ruangan itu untuk naik ke lantai empat. Dan mereka sama seperti Waraporn berpenampilan seksi. Jan terlihat tidak senang.

Waraporn menyadari itu. "Mereka temanku, profesi kami sama menemani pelanggan klub dan namaku di sini Crissy. I'm still a good girl" Jan menunduk sebentar lalu menoleh "I still a conservative guy dan aku surprise ngeliat perubahan kamu, I hope you can find a better job", Waraporn berkaca-kaca "Aku tau kamu udah hilang respek ke aku" "No, I just hope you're in better condition Waraporn, you're well educated" berdua terdiam "I can show you nearest touristy places, wait I'll changing my clothes"

Waraporn senang bertemu dengan Jan sekaligus sedih Jan melihatnya dalam keadaan seperti ini. Dan ide mengajak Jan berkeliling adalah hal bagus.

++++++++++++++++++++++++++

Hi Readers :)

Ditunggu comment n vote-nya yaa

Happy reading next chapter

When I See You SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang