Ingin mengatakan rindu tapi sedang berusaha tau diri.
°•♡•°
January 9th, 2019
Cici menatap layar handphonenya dengan perasaan campur aduk. Antara senang, bingung dan sedih bercampur ketika melihat pesan yang ada di layarnya.
08215245xxxx
| Hai, gua Guanlin
| Addback dan salken yaCici seketika merinding karena bingung harus berbuat apa setelah ini. Block atau reply?
08215245xxxx
| Hai?"TUH KAN, INI KENAPA?!" teriak cewek itu frustasi karena bingung harus ngapain. Terbesit sebuah ide di kepalanya yang membuatnya langsung mengutak-atik handphonenya untuk membalas pesan dari mantan pacar yang tak terakui.
Cici
Iya |Udah? Gitu aja?
Guanlin sedikit tersenyum saat melihat Cici membalas pesannya walau cuma begitu.
Guanlin
| saveback yaaCici
Iyaa |Guanlin
| 11 Bahasa 1, kan?Cici
Iyaa |Guanlin
| Okedeh"Ini gua harus balas apalagi dah selain 'iyaa'?" tanya Cici sambil mengira-ngira supaya pesan mereka tetap berjalan.
Cici
Ini Guanlin 11 IPA 2? |Guanlin
| Hehe iyaaCici
Dapat nomor gua darimana? |Guanlin
| Ada dong
| Rahasua
| Rasahia
| Dih apasi
| RahasiaCici
Bodoamat, Anjir |
Ketahuan bat tangan bintitan |Guanlin
| Najis
| Sok tau luCici
Emang iya, kan? |
Udah gak usah jaim gitu |
Akakakaka |Guanlin
| Mana ada
| Lu kali yang begitu
| Dasar penuduhan
| Fitnah
| Dosa hayolohCici tertawa, begitu juga Guanlin. Mereka benar-benar seperti orang yang baru kenal dan langsung akrab.
Cici
Loh emang iya kok |Guanlin
| Mana buktinya, hah?
| Baru kenal aja kokMelihat pesan itu membuat cewek itu membeku seketika. Ia tak menyangka Guanlin akan mengungkitnya. Perasaannya menjadi campur aduk.
"Dek, makan." titah Jaehyun memanggil Cici untuk ikut makan bersama yang membuat cewek itu mengangguk lalu mengikuti ayahnya dari belakang tanpa membalas pesan dari Guanlin.
Karena cuma dibaca membuat Guanlin merasa bersalah. Harusnya ia tak usah mengungkit bahwa mereka tidak saling mengenal lagi. Tapi ya, memang harus diingatkan kalau mereka hanyalah orang asing yang baru saja ingin mencoba berteman.
Guanlin berusaha meyakinkan dirinya sendiri untuk tetap berperasaan seolah-olah tidak ada yang terjadi sehingga ia tak merasa bersalah lagi.
"Tarik nafas, buang, tarik nafas, buang." ujar Guanlin berulang kali seraya mempraktikannya yang membuat Ema menatap aneh Abangnya.
"Lu ngapa dah?" tanya Ema penasaran.
"Tenang, gak bakal apa-apa, gak salah. Tarik nafas, buang." lanjutnya tanpa memperdulikan Ema yang kebingungan.
"Apa-apaan dah?" tanya Ema lagi.
"Pokoknya gak apa-apa, lu gak salah kok, tenang." ucap cowok itu meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia gak salah dengan bilang begitu.
Tapi, tindakan Cici yang tak ada kabar sekarang hanya karena Guanlin bilang mereka baru mengenal membuat cowok itu kembali merasa gak enak.
"Lu kenapa si? Sumpah dah, gak ngerti gua sama lu." omel Ema dengan rasa penasarannya yang membuat Guanlin akhirnya melirik ke arahnya.
"Enggak papa," jawab Guanlin singkat.
"Cici?" tebak Ema yang membuat mata Guanlin melotot dan kebingungan, "Hah? Apa? Kok lo tau?" tanya Guanlin kebingungan gak jelas.
"Idih bener, nebak doang gua." jawab cewek itu yang membuat Kakaknya menatapnya sinis.
"Santai aja dong matanya gitu, kea ada apa aja lagi." sewot Ema seraya mengedit photonya bersama Seonho supaya lebih uwu.
"Sumpah bodo amat," ucap Guanlin sambil menatap roomchatnya dengan Cici. "Tapi kok lo bisa kepikiran sama Cici?" lanjutnya bertanya.
"Lah kan cuma nebak, CUMA NEBAK KAMPANG!" ujar Ema mengegas dengan tidak sopannya yang membuat Guanlin terkejut.
Sumpah, ini padahal Guanlin tau kalau Ema sedang datang bulan pasti ia gak suka kalau ditanya-tanyain begitu. Ema pengomelan memang
Beberapa menit kemudian, ada notification dari handphone Guanlin yang membuatnya langsung buru-buru untuk mengeceknya.
Cici
Oh iya juga |
Akakakaka |
Yaudah deh, salken balik |Melihat itu membuat Guanlin menghela nafas lega walau masih ada rasa tak enak di hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
january | lai guanlin
Fanfiction[SEQUEL December] ❝Ini bukan tentang kita yang menentang takdir, tapi tentang kita yang saling mencintai.❞ #1 - cici ©gwanl3n, 2019