III : New Buddy! (2)

36 9 0
                                    

"Siapa yang tahu jika belum mencoba?" Vince tersenyum lagi, masih misterius seperti sebelumnya.

Dan disinilah Flo sekarang, dalam lingkaran yang dibuat dari tepung. Di dalam lingkaran tepung buatan itu, digambar bintang dengan menggunakan kapur, yang mana disetiap ujung bintangnya ditaruh sebuah lilin, hingga jumlah semua lilin adalah lima buah.

Dan tepat di depan Flo, di luar lingkaran, diletakkan sebuah buku tebal yang dibuka pada tengah-tengah halaman. Diatas halaman buku itu, terdapat tiga helai rambut Flo. Kata Vince, itu diperlukan sebagai salah satu dari syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum memulai ritual.

Dan dibelakang Flo, juga di luar lingkaran, ditaruh segelas air suci. Disebut air suci karena tadi Vince membacakan mantra-mantra kepada air itu, yang Flo tidak mengerti maksudnya apa.

"Ketika ritual dimulai, aku akan memberikan tiga tetes darahku ke air di dalam gelas. Harus darahku, bukan darah yang lain. Ini diperlukan karena yang ingin kita panggil adalah saudari kembarku, jadi haruslah memiliki hubungan darah denganku," jelas Vince saat Flo menanyakan kegunaan segelas air suci itu.

Vince juga menjelaskan bahwa hal itulah yang menjadi keunikan ritual yang akan dilakukan Flo, karena ritual ini berbeda dengan ritual pemanggilan roh lainnya.

"Anda sudah siap? Masih ingat dengan mantra yang tadi kusebutkan, kan? Juga langkah-langkahnya?" tanya Vince berturut-turut. Flo mengangguk tiga kali untuk menjawabnya.

Kini, Flo duduk bersila di dalam lingkaran, sedangkan Vince berdiri menghadapnya, di depan buku, siap dengan jarum tajamnya.

"Kalau begitu, mari kita mulai." Dan Flo pun memejamkan matanya.

"Eşquelã Facĥ Ilmínorã, àu vën keīt ríthelà!" rapal Flo lantang. Seketika, semua lampu di dalam kamar mati, hanya tersisa cahaya lilin yang menjadi penerangan satu-satunya.

Entah bagaimana bisa, helaian rambut Flo melayang dan berhenti di satu titik. Buku yang awalnya terletak pada halaman tengah, juga mulai bergerak sendiri, berganti-ganti halaman, hingga berhenti pada halaman tertentu.

Flo tidak menyadari hal itu karena masih memejamkan mata, mencoba berkonsentrasi untuk kelancaran ritual. Sedangkan Vince berjalan di sisi lingkaran, berhenti tepat di belakang Flo untuk memasukkan tiga tetes darahnya ke air suci, lalu berjalan lagi di sisi lingkaran yang lain untuk kembali ke depan.

"Wahai roh yang berjalan tak tentu arah, jauh di alam sana. Engkau yang mencari pengabdian, saudari kembar Fleuvince Alzora, kupanggil kau beserta jiwa dan ragamu, datang menghadapku untuk membuat kontrak sehidup semati."

Setelah Flo mengucapkannya, buku memancarkan cahaya berwarna-warni yang sangat terang dan menyilaukan, membuat Flo memejamkan matanya lebih kuat.

[Apa yang kau punya?] Tiba-tiba saja, terdengar suara perempuan dalam benak Flo. Ia bingung, berpikir apakah dirinya berhalusinasi atau tidak.

[Kau tidak berhalusinasi. Kutanya, apa yang kau punya?] Suara itu tetap terngiang dalam benaknya—menjawab kebingungannya—membuat Flo mau tidak mau harus memercayainya.

"Siapa kau?" Flo bertanya dalam hati, mencoba berkomunikasi dengan suara itu.

[Aku adalah orang yang kau panggil, saudari kembar Vince.]

"B-benarkah? Bagaimana bisa kau melakukan hal ini?"

[Mudah saja. Telepati.]

"Bagaimana caranya?"

[Ck, kau mengabaikanku. Apa yang kau punya? Jawablah!] Suara itu mulai kehilangan kesabaran.

"Kau menginginkan sesuatu dariku?"

Psithyros AnathemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang