18. Mathair...

12 0 0
                                    

warning typo, no edit and happy reading

*Miercy*

Author pov

James duduk termenung di penjara bawah tanah, dirinya dipenjarakan setelah menyerang ketua hunter. Kilasan memori bersama Alexa silih berganti muncul, bagai kaset rusak. Cacian yang dilontarkan vampire disekitarnya ia acuhkan. Ya James penjara bawah tanah adalah penjara untuk para vampire yang berhasil ditangkap oleh para hunter.

Suara riuh dari para vampire seketika menjadi hening saat para vampire itu menyadari kehadiran sosok bertudung hitam diarea penjara bawah tanah itu. Sosok itu datang menghampiri sel milik James dan dengan mudahnya masuk ke dalam sel itu. James mendongak mencoba melihat siapa yang kini berdiri dihadapannya.

"Kembalikan Alexa" Dua kata yang dilontarkan sosok bertudung itu berakibat buruk untuk James.

"Berikan dia pada kakaknya maka suatu saat nanti kau bisa melihatnya seperti sedia kala" lanjut sosok bertudung itu

"Vampire, dia akan menjadi Vampire... tidak, aku tidak akan membiarkan itu" James mengucapkan itu dengan pandangan kosong

"Pilihan ada di tanganmu, Alexa tetap tiada atau Alexa hidup. Aku tak punya banyak waktu, tentukan pilihanmu"sosok itu menatap James dengan mata merahnya.

"Aku sudah mendapatkan jawabannya" ucap sosok itu melihat keterdiaman James. Sosok itu melangkah pergi meninggalkan James. Langkahnya terhenti saat James melontarkan pertanyaan padanya

"Kapan aku bisa bertemu dengan Alexa?" Tanya James sambil menatap netra merah itu.

"Oh kau berubah pikiran ternyata, Sekeluarnya kau dari tempat dan organisasi terkutuk ini kau bisa bertemu dengannya" balas sosok itu

"Kau tidak akan berkhianatkan?"

"Kembalilah ke tempat dimana kau menemukan Alexa dan tunjukan ini pada penjaga disana" ucap sosok itu sembari berlalu meninggalkan James

"Aku pegang janjimu Azuza, jika kau berbohong ke neraka sekalipun akan aku binasakan kau"

**

Jessie duduk bersadar di kamarnya, kedua tangannya memeluk sebuah boneka teddy bear berwarna coklat. Sesekali air mata mengalir dari matanya yang menatap kosong kearah luar. Pelukannya pada boneka itu akan mengerat setiap air mata itu mengalir. Kilasan peristiwa yang terjadi padanya seminggu yang lalu mengguncang psikisnya. Mengetahui hal yang menimpa putrinya orang tua Jessie meminta agar Jessie di pulangkan sementara.

"Hai Jessie" sebuah suara masuk kedalam pendengaran Jessie namun diacuhkan oleh gadis itu. Isakan pelan terdengar dari ibu Jessie saat melihat kondisi putrinya. Selama Jessie berada dirumahnya orang tua Jessie berusaha untuk membangun komunikasi dengan putri mereka, namun hasilnya nihil. Hingga kini mereka memutuskan untuk menggunakan psikiater agar bisa mengembalikan kondisi Jessie seperti sedia kala.

Psikiater itu duduk disebelah Jessie, tangannya terulur bermaksud utuk menyentuh boneka yang Jessie peluk, namun Jessie semakin mengeratkan pelukannya pada boneka itu dan menjauhkannya dari jangkauan psikiater itu. Melihat respon yang diberikan Jessie psikiater itu menatap kearah orang tua Jessie mencoba meminta penjelasan akan hal ini.

"Boneka itu adalah pemberian dari sahabatnya, dan - " kalimat dari ibu Jessie terpotong saat isakan kecil kembali keluar dari bibirnya.

"Dan seminggu yang lalu ia melihat kematian sahabatnya itu saat berusahal menolongnya" ayah dari Jessie melanjutkan kalimat yang tak diselesaikan oleh istrinya.

6 bulan kemudian

Pria paruh baya itu mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, mobil yang ia kendarai memasuki kawasan perumahan elite yang ada di kota itu. Sudah banyak perubahan yang terjadi disini sejak terakhir kali pria paruh baya itu mengunjungi perumahan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Special One !!! [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang