1. Boss Dan Bawahan

46.5K 1.1K 44
                                    

Rahel tengah berlari sangat cepat sekali, melewati banyaknya orang yang memandangnya heran.

"Tunggu, tunggu, tunggu." teriak Rahel dan saat lift hampir saja tertutup. Tangan Rahel menyetopnya tepat waktu, sehingga lift tersebut terbuka kembali. "Makasih ya Tuhan." gumam Rahel memegang dadanya yang berdetak lebih cepat.

Tanpa memerdulikan orang yang ada di dalam lift selain dirinya. Rahel merapihkan pakaiannya yang berantakan, lalu menyisir rambut hitamnya yang lurus yang beranyakan karena belum sempat ia sisir.

Laki-laki yang mencoba acuh tak memerdulikan perempuan yang ada di depannya sedang merapihkan pakaiannya yang terlalu kebesaran dipadupadankan dengan rok spam diatas lutut, sehingga menonjolkan kesan sexy.

Laki-laki yang mencoba memainkan ponselnya, sesekali melirik pantat si perempuan. Lalu tersenyum tipis dan menggeleng pelan. Si laki-laki pun kembali fokus ke ponselnya. Namun saat si perempuan itu tengah mengotak atik tasnya dan mengambil alat makeup lalu berdandan yang tak peduli kalau di dalam lift tersebut ada orang lain terutama laki-laki.

Rahel menoleh ke belekang dan berujar ke laki-laki yang masih diam dengan ponselnya.

"Ekhm... maaf ya, Pak." ucapnya sopan. Namun tak ditanggapi si laki-laki. Rahel di abaikan dan hanya mengangkat bahunya acuh tak peduli.

Setelah selesai berdandan. Rahel bercermin ke dinding lift seperti di dalam kamar pas yang ada di toko baju. Rahel berpose menyamping, ke kanan, ke kiri sampai satu hal yang membuat si laki-laki membelalakan matanya saat Rahel membuka satu kain bajunya. Lalu tangannya ia masukan untuk membenarkan kaitan branya yang tak nyaman.

Saat Rahel memegang payudaranya di balik Branya. Matanya mengerjap tepat ke mata si laki-laki. Lalu Rahel berteriak sangat kencang di dalam lift tersebut.

"Aaaaaaakh... tutup matamu!" setelah itu Rahel langsung merapihkan pakaiannya kembali.

Si laki-laki pun hanya menutup matanya karena mendengar teriakan perempuan aneh. Dengan menahan kesal si laki-laki itu masih diam saja saat Rahel terus menggerutu.

Namun kesabaran si laki-laki itu sepertinya tak punya stok banyak sabar. Sehingga saat Rahel menggerutu tak karuan. Si laki-laki menutup mulut Rahel dengan tangannya. Sontak saja Rahel terbelalak terkejut.

"Kalau kamu tidak diam. Aku perkosa kamu di sini. Mau?" ancamnya penuh penekanan.

Rahel yang mendengar ancaman si laki-laki yang tidak ia kenal itu langsung mendorong dada bidang si laki-laki yang menurutnya, laki-laki yang berani mengancamnya itu usianya dibawahnya karena terlihat masih muda.

Rahel akui, laki-laki itu sangat tampan dengan tubuh yang kekar. Tapi ucapannya barusan itu membuat Rahel hilang selera.

Kaki Rahel langsung menendang tulang kering si laki-laki. Sehingga si laki-laki mengaduh kesakitan dan membuatnya berang, marah dan kesal.

Mata si laki-laki menyipitkan matanya menatap Rahel yang terus mengeluarkan sumpah serapahnya. Rahel memang ketakutan, tapi ia mencoba berani. Saat si laki-laki kembali menegakan badannya. Rahel beringsut ke pojokan lift seraya mengepalkan kedua tangannya seperti mau tinju.

Si laki-laki berdecak lalu merapihkan jas yang kenakan. "Kalau sekali lagi kamu membuat kesalahan seperti ini. Aku benar-benar akan memperkosamu. Camkan itu baik-baik nona."

Mata Rahel terbelalak dan mulutnya siap menympahi si laki-laki. Namun pintu lift sudah lebih dulu terbuka dan si laki-laki langsung keluar menjaga kewibawaannya selama ini.

"Dasar bocah mesum." gumam Rahel kesal. "Dikantor seperti berani sekali dia ngancam merkosa di dalam lift? Emangnya kantor ini milik nenek moyangnya? Dasar gak sopan pada orang yang lebih tua." serunya masih kesal di dalam lift.

Suami Kesepuluh ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang