4. Suasana Yang Naik Turun

18.7K 745 12
                                    

Gio yang tengah membaca berkas-berkas penting yang asisten pribadinya yang baru. Yang telah diberikan kepadanya itu terhenti, saat laki-laki tanpa mengetuk pintu ruangannya dan kini langsung duduk di kursi depan mejanya tanpa bersuara dan hanya duduk santai dengan melihat Gio yang sedang bekerja.

"Kenapa kamu kesini? Aku sibuk, jangan ganggu!" kata Gio tanpa menoleh ataupun melihat siapa yang saat ini tengah duduk di depannya, yang hanya dibatasi meja saja. Padahal Gio tak menyukai laki-laki ini.

"Jadi gini caranya, kamu menyambut kakakmu?" Laki-laki yang katanya adalah kakak dari Gio itu berdecak kesal. "Ck, dasar anak sombong. Mau sampai kapan kamu kayak gini terus, Gio? Papa, Mama, Kak Devin, aku, kita, harus menunggu kamu pulang? Mama sangat merindukanmu, Gio."

Gio mendongak menatap kakaknya dengan malas, lalu Gio menyandarkan punggungnya dengan santai. "Kak Saka... aku gak mau pulang sebelum Mama sama Papa membatalkan pertunanganku dengan Talia si anak manja itu. Aku gak suka." jawabnya santai dengan menatap laki-laki yang bernama Saka itu.

Saka menghela napas panjang, dia sudah lelah menghadapi tingkah adiknya yang satu ini.

Gio adik bungsunya sangat keras kepala sekali. Padahal  Papa Mamanya sudah berusaha menbujuk Gio dengan berbagai cara untuk menerima perjodohan dengan Talia.

"Lagian Kak Davin dan Kak Saka juga belum menikah, terus kenapa aku harus menerima perjodohan ini? Kan aneh?" lanjutnya dengan nada suaranya yang acuh.

Saka berdecak kesal. "Kamu kan tau sendiri alasannya apa?" ucap Saka seraya berdiri dan bersidekap dengan menatap Gio tak kalah sengit. "Lusa jangan lupa datang ke pesta pertunangan saudara jauh kita. Mama menunggumu."

Setelah mengatakan hal demikian, Saka pergi meninggalkan Gio, adiknya yang sombong dan arogan, kerae kepala. Pokoknya hal-hal yang tidak baik ada di dalam diri Gio, deh.

Gio mendelik ke arah dengan tatapan kesalnya sambil bibirnya tengah cemberut.

"Dasar, aku kan sudah besar. Gak perlu dijodoh-jodohin segala, memangnya ini masih jamannya Siti Nurbaya? Aku kan ganteng, tinggi, tubuh oke, aset berhargaku juga wow, kaya, direktur. Masa harus dijodohkan? Para wanita pada antri hanya untuk bersamaku kok. Papa sama Mama apaan sih. Nyebelin banget."

Gio mendengkus lalu kembali mengerjakan apa yang dia tunda karena ada ada Saka yang mengganggunya.

☆☆☆

Sementara diluar ruangan kantornya Gio, Rahel tersenyum-senyum sendiri saja saat Saka menghampiri nya di meja kerjanya.

Senyuman Saka terpatri di bibirnya membuat Rahel kembali merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Mmm... ternyata kamu asisten pribadinya Gio ya!?" itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan.

"Iya. Dengan bapak siapa ya?" Rahel mencoba setenang mungkin karena laki-laki yang dia inginkan ternyata hampir digenggaman pesonanya.

Saka terkekeh pelan seraya mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Rahel. Sontak Rahel segera berdiri dari duduknya dan menerima uluran tangannya Saka.

"Oh, perkenalkan, nama saya Sakano Gionanda. Panggil saja Saka." ujarnya.

Sementara Rahel langsung menyebutkan namanya setelah mengetahui kalau laki-laki yang dia incar untuk jadi suaminya ternyata bernama Saka.

"Rahel Mikaila. Panggil saja Rahel."

"Wow nama yang cantik, seperti orangnya sangat cantik." ucap Saka jujur. Sejak pertemuannya tadi di koridor, Saka merasa tertarik pada Rahel.

"Ah, kamu bisa saja. Sebelumnya mohon maaf ya tentang tadi." kata Rahel salah tingkah. Membuat Saka terkekeh lalu menggelengkan kepala pelan.

"Tidak papa kok. Ah iya, aku harap kamu betah ya kerja di sini." bisik Saka pelan yang membuat Rahel bersemu lalu tersenyum.

"Iya aku mencoba dibetah-betahin kok." ujar Rahel seraya menatap wajah tampan Saka. "Oh iya, kalau boleh tau, kamu kenal Pak Gio?" tanya Rahel penasaran, karena dia ingin tau siapa sebenarnya Saka, dari pekerjaannya dan lainnya.

Saka terkekeh tipis dan kembali menatap Rahel dengan pandangan teduhnya. Itu membuat Rahel semakin jatuh cinta. Dalam hatinya ingij sekali Saka menjadi suami terakhirnya.

"Saya kakaknya Gio."

Deg!

Bibir Rahel yang tadinya berbentuk huruf U dan dalam sekejap berubah menjadi tanda setrip alias berbentuk senyuman datar. Hei siapa yang tidak terkejut saat Rahel mendengar langsung kalau laki-laki yang ia taksir mengatakan kalau dia adalah adik dari boss arogan yang mulutnya tak pernah di filter terlebih dahulu? Itu membuat Rahel hanya mengerjapkan matanya beberapa kali laku kembali tersenyum dengan menganggukan kepalanya pelan.

"Oowh jadi gitu. Aku gak tau kalau anda adalah kakak dari Pak Gio." ucap Rahel yang kini berubah sikap, hal itu Saka lihat dari gestur gerak tubuhnya Rahel.

"Ah gak papa, Rahel. Jangan sungkan, lagian aku bukan pemilik perusahaan ini. Ini milik Gio, jadi kamu gak perlu merasa sungkan. Bersikaplah biasa saja." ungkap Saka seraya tersenyum tulusnya. "Nah, kalau begitu salam kenal ya Rahel. Sampai bertemu kembali."

Rahel menampilkan wajah berbinarnya karena dari perkataan Saka barusan, kalau Saka laki-laki baik dan menyenangkan. "Ah iya. Salam kenal, Saka. Boleh?"

"Tentu saja, panggil saja namaku, biar akrab gitu." kekeh Saka. Saat Saka ingin pergi, Saka kembali menoleh menatap Rahel. "Kapan-kapan kita jalan ya cantik. Dadah...."

Saat itu hati Rahel berbunga-bunga karena mendengar ucapan Saka barusan sebelum pergi.

"Ya ampuuuuunnn... semoga Saka jadi suamiku yang terakhir." gumamnya sangat senang. Namun kebahagiaan Rahel langsung pupus saat Gio tengah menatapnya sangat tajam dengan bersidekap dari depan pintu ruangannya. "Eh? Pak Gio?"

Rahel salah tingkah karena melihat tatapan Gio yang sangat mengerikan menurutnya.

"Kami itu disini kerja. Bukannya cari jodoh." kata Gio ketus. "Dan jangan berharap aku akan setuju kalau kamu berhubungan dengan kakakku yang sok ganteng itu."

Dalam hati Rahel langsung panas saat mendengar ucapan boss sekaligus atasannya itu, yang menurutnya sungguh sangat menyebalkan.

Tidak tau apa kalau Rahel tadi itu sangat bahagia dan sangat berharap kalau Saka akan menjadi suaminya. Tapi iblis satu ini membuat suasana hati Rahel dalam sekejap panas menahan semburan api yang siap akan meletus layaknya gunung berapi.

"Lalu ini kerjakan." titah Gio sinis seraya meletakan beberapa berkas yang dia letakan di meja Rahel begitu saja. "Ingat itu, Rahel. Disini kamu itu kerja bukan cari jodoh ataupun suami. Ck."

Gio berdecak ketus lalu masuk kembali ke dalam ruangan kerjanya. Sementara Rahel mengepalkan kedua tangannya dengan menggeram menahan amarah.

"Mmmmmm... Gio sialan. Kerja disini membuatku darah tinggi. Masih bocah aja songong kaya gitu. Gak ada sopan-sopannya apa sama yang lebih tua." geram Rahel kesal. Lalu dia duduk kembali sambil mengambil berkas-berkas yang Gio letakan di mejanya tadi.

Rahel mengambil napasnya dalam-dalam lalu mengeluarkan perlahan-lahan untuk menetralkan suasana hatinya yang naik turun hari ini.

"Sabar Rahel, sabar. Semua pasti akan indah pada waktunya." gumam Rahel seraya tersenyum dan kembali melakukan pekerjaannya.

☆☆☆

Salam Hangat

(Wanda Niel)
IG : wanda_niel25

Suami Kesepuluh ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang