Our Old Story ☑

4.4K 433 20
                                    

Jaehyun baru saja mendudukkan dirinya di sofa ruang tengah saat mendapati putra tunggalnya, Jeno menghela nafas kuat-kuat sambil melemparkan ponselnya ke sembarang arah yang untungnya terjatuh ke atas sofa empuk di sampingnya. Tampaknya Jeno masih belum menyadari akan keberadaan ayahnya tersebut hingga langsung berjengit saat menolehkan kepala dan mendapati sang ayah tersenyum padanya.

Remaja yang bulan lalu baru menginjak usia 15 tahun itu langsung terlihat gugup hingga hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Melihat kegugupan dari putranya, membuat Jaehyun kembali tertawa.

"Kenapa, hm? Mau berbagi cerita pada ayah?" tanya Jaehyun lembut sambil mengusak rambut sang anak.

Jeno terlihat sedikit gusar, ia bahkan terlihat mengigiti bibir bawahnya, menahan kegugupan yang tampak terlihat lucu di mata Jaehyun. Ah ia tak menyangka secepat itu waktu berlalu hingga membuat putranya, jagoan Jung nya yang imut itu kini sudah tumbuh menjadi seorang remaja yang tampan yang sedang menjajaki masa pubernya.

"Ayah." panggil Jeno yang dibalas dehaman singkat dari sang ayah.

"Gimana cara ayah dulu menyatakan cinta pada papa?" tanya Jeno sedikit ragu bahkan ia sampai menggaruk kepalanya. Takut sendiri untuk bertanya seperti itu kepada ayahnya.

"Wah apa putra ayah ini sedang jatuh cinta?" pertanyaan dari Jaehyun itu sukses membuat wajah Jeno memerah, merasa malu karena merasa digoda oleh sang ayah.

"Gak gitu.. Jeno cuma-"

"Percaya atau tidak, sebenarnya hubungan awal antara ayah dan papa itu tidak terlalu baik, loh." ujar Jaehyun tiba-tiba sambil mengulas senyumnya dengan pikiran yang kembali dibawa ke belasan tahun lalu, mengenang awal kisah antara dirinya dan sang suami dimulai.

Jeno sendiri yang mendengar perkataan ayahnya itu sedikit merasa tak percaya. Bagaimana ia mau percaya? Setaunya, sepanjang penghilatannya selama ini, ia melihat hubungan antara kedua orang tuanya itu justru terlihat sangat harmonis. Beberapa temannya sendiri bahkan terang-terangan suka berkata merasa iri melihat keharmonisan hubungan kedua orang tuanya yang bahkan hampir tak pernah terdengar ribut. Dan Jeno sangat menyukai hal itu. Tapi mendengar pengakuan sang ayah yang berkata jika hubungan sang ayah dan papanya dulu tak pernah baik, Jeno seolah tak ingin percaya.

Melihat raut keterkejutan Jeno, Jaehyun pun hanya bisa terkekeh. Lagipula apa yang ia katakan ini benar adanya kok. Mungkin bagi orang lain, hubungan antara Jaehyun-Doyoung selalu terlihat harmonis. Namun, mereka hanya tidak tau saja bagaimana kenyataan hubungan antar keduanya, terlebih saat diawal hubungan mereka dulu.

"Mau ayah ceritakan bagaimana hubungan ayah dan papamu dulu?" ujar Jaehyun yang langsung diangguki dengan antusias oleh Jeno.

"Bisa dibilang, ayah dan papamu itu sempat menjadi rival dalam pemilihan jabatan Ketua OSIS." jelas Jaehyun buat Jeno menganggukkan kepalanya.

"Jadi ayah dan papa dulu masuk OSIS?" Jeno can't relate. Maklum saja, putra Jung itu bukan anak yang suka untuk terlibat dalam organisasi seperti itu. Ia lebih suka bebas dan fokus pada karier dalam bidang olahraga, seperti basket ataupun sepak bola.

"Ya, untuk papamu. Sementara ayah, bisa dibilang sedikit terpaksa  karena dicalonkan langsung oleh guru. Lagipula saat itu ayah kan juga murid pindahan dari luar kota, jadi ayah merasa tidak yakin bisa menjabat." jelas Jaehyun yang diangguki oleh Jeno.

Tak heran sih, karena setaunya, ayahnya itu memang terkenal sebagai salah satu murid berprestasi di sekolah meski ayahnya juga merupakan murid pindahan. Hal ini ia ketahui saat mendapati berbagai macam piala, medali serta piagam atas nama sang ayah yang terpajang apik dalam lemari kaca besar di rumah sang nenek.

La Familia (JaeDoJen Fanfiction) [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang