[IA POV]
(Lokasi Lapangan Basket, 2014)
Di lapangan basket, kau seperti biasa berlatih basket bersama tim-mu tapi hari ini aku melihat kau berlatih basket sendirian. Setelah kami menjadi sahabat, aku bisa bebas datang kemari tanpa alasan mengantarkan bekal makanan.
Kau sama hebatnya seperti dulu dan aku dengar kau dan kawan kawan akan bertanding basket dengan sekolah lainnya dan turnamen penyisihan. Aku akan berencana akan mendukung mereka nanti.
"Kau tidak pulang?" tanyanya masih tetap memasukkan bola basketnya ke ring
Aku menggelengkan kepalaku, lalu aku menjawab, "Tidak, aku ingin bertemu dengan kalian sebelum turnamen besok, tapi kelihatannya kalian sudah pulang semua ya kecuali kau Kak Yuuma"
Ia memasukkan bola tepat ke ring setelah aku selesai menjawab pertanyaanku, lalu Yuuma mendekatiku. Lalu tersenyum padaku..
"Kau tidak perlu memanggilku lagi Kakak sekarang..., entah kenapa aku sedikit kurang nyaman kau memanggilku seperti itu.., aku merasa tua saja" katanya masih menunjukkan senyumnya.
"Benarkah begitu, kalau begitu maafkan aku" aku segera meminta maaf padanya, aku juga melihatnya sedikit gugup pertama kali. Aku segera mengambil handuk dan menyapu keringatnya sehabis latihan. Ia terlihat lelah lalu kami duduk di sisi lapangan.
"Aaah, tidak apa apa, untuk dirimu yang spesial bagiku itu tidak masalah..ups" ucap Yuuma disela aku mengusap keringatnya, lalu ia memperhatikanku diam membatu. Meskipun kami sering mengobrol bersama tapi baru pertama kali ini, ia mengatakan bahwa aku spesial untuknya.
Dengan hanya kalimat itu saja membuatku sangat senang sekali. Dia akhirnya menaruh perhatian padaku.
"Yuuma..., Oh ya.., ini aku juga membelikan minuman untukmu" kataku cepat cepat memberikan minuman kaleng yang kubeli di mesin minuman tadi sekaligus mengalihkan pembicaraan. Tadi barusan aku terpukau dengan perkataannya sampai membuat wajahku merah.
"Wah.., terima kasih IA, aku lumayan haus ini" ujarnya sambil segera meminum minuman kaleng yang aku bawa.
"Sama-sama, Yuuma" jawabku sambil tersenyum
"Oh ya, Yuuma, besok aku akan mendukung kalian di pertandingan basket, aku akan berteriak sekeras mungkin untuk menyemangati kalian semua"
"Benarkah, aku senang mendengarnya...akan kutunggu kau besok" senang Yuuma, aku mengangguk.
"Iya..,Uhuk..,uhuk..,uhuuk" tiba tiba aku batuk keras, aku tidak menyangka sampai mengeluarkan darah. Tidak kenapa hal ini terjadi pada saat seperti ini.
"Hey, IA, kau tidak apa apa?" tanya kuatir sambil memegang bahu. Aku masih belum berhenti batuk.
"Hah..hah..tidak apa apa Yuuma, ini hanya batuk biasa yang menyerangku, lagipula akan sembuh jika aku sering meminum obat" aku mengeluarkan obat dari tas gendongku, lalu aku terjatuh saat aku batuk keras lagi.
"Ini bukan batuk biasa tahu, sejak kapan kau batuk terus seperti ini?" tanya Yuuma yang mulai menggendongku di punggungnya tanpa memberi ijin dariku
"Eh...Uhuk..., uhuk.., li..li..maa... .. uhuk.., uhuk.. yang..lalu" jawabku di sela sela batuk, aku kaget tiba tiba ia menggendongku.
"Haaah.., lima bulan? Kelihatannya kau harus segera ke rumah sakit sekarang" kaget Yuuma terus berlari yang awalnya tujuannya pergi mengantarkanku ke rumahku namun beralih ke rumah sakit terdekat
Aku berusaha menghentikannya karena aku tidak mau membuatnya kuatir pada kondisiku tapi aku cuman bisa pasrah apalagi melihat kondisi badanku sudah mulai lemah. Aku hanya bisa bersandar dibahu dan mengangguk.
Sesampai di rumah sakit, aku mulai dibawa para suster ke dalam dengan ranjang pasien. Aku tidak bisa melihat semuanya dengan jelas. Bahkan aku tidak bisa melihat Yuuma sekalipun apalagi aku dikelilingi oleh para suster, aku berusaha mencarinya disekitarku tapi aku tidak menemukannya karena pandanganku masih kabur.
"Siapa namamu nak?" tanya seorang suster yang tidak bisa kulihat dengan jelas..
"Na..na..ma.., uhuk uhukk.. Aria Mikhaela" jawabku terbata bata lalu, satu pertanyaan teriang-iang di kepalaku, "Kau dimana Yuuma?" tidak lama setelah itu aku pingsan.
.
.
.
.
YOU ARE READING
Awal dan akhir berbeda ( The Beginning and End are Different )
RomanceGumi adalah seorang penulis yang sedang menemani saudaranya yang sakit di rumah sakit. Disitu ia mengobrol dengan gadis berambut putih yang juga dirawat disana. Gadis ini menceritakan kisah cinta pertama dan terakhirnya. Bagaimana kisahnya..., Endin...