LY-02

22 7 1
                                    

Bel istirahat akhirnya berbunyi. Murid-murid tanpa di perintah pun langsung berhamburan keluar kelas. Mencari udara segar setelah beberapa jam yang lalu berkecimpung dengan beberapa mata pelajaran.

"Ke kantin ayok. Keburu abis nih jam istirahatnya," ajak Romi yang ditanggapi dengusan meledek Andre.

"Emangnya kenapa kalo abis? Toh itu bukan masalah," jawab Andre. "Lagian baru juga bel. Pasti rame banget koridornya. Apalagi arah kantin. Ck. Males banget desek-desekan gitu"

"Dasar lo Ndre. Gak peka banget dah. Perut gue udah dangdutan nih, minta di sawer,"

Juna memutar bola matanya malas. "Udah ah, ayo. Panas telinga gue nih denger ocehan kalian"

Juna berdiri dan mulai melangkahkan kakinya keluar kelas, diikuti Andre dan Romi yang terus saja mengoceh, setelah sebelumnya melirik Meisya yang tampak tak terpengaruh akan sekitarnya.

*****

Kantin memang sangat ramai pada waktu istirahat. Tapi untung saja Juna mendapatkan tempat duduk yang dia inginkan. Atau bisa di bilang tak ada yang berani menempati tempat itu hingga Juna tak perlu repot-repot mencari tempat untuk menghabiskan waktunya di kantin.

Romi yang tadi memesan makanan pun akhirnya datang, diikuti dua orang siswa yang sepertinya adik kelas, dengan nampan berisi pesanan Juna dan Andre ditangan mereka.

Juna geleng-gelang kepala melihat Romi yang sudah duduk di hadapannya itu.

"Ngapain deh lo pake sok mesen segala, kalo akhirnya nyuruh mereka yang bawain," ucap Juna, mengedikkan dagunya ke dua orang yang kini sudah buru-buru pergi, setelah meletakkan pesanan Juna di atas meja.

"Gue nggak nyuruh kok Jun, mereka sendiri tadi yang mau," jawab Romi dan langsung melahap bakso di depannya itu.

"Alesan lo mah basi," sahut Andre yang juga mulai melahap makanannya.

Juga hanya terkekeh pelan mendengar dua sahabatnya yang selalu saja berdebat itu.

Brakk

Juna yang baru akan memakan baksonya itu pun mengurungkan niatnya, begitu mendengar keributan yang ada tepat di samping tempatnya duduk.

Di lihatnya seorang gadis kini tengah berdiri dengan gugup. Kepalanya tertunduk dalam. Juna mengenal gadis itu. Arin. Arinka Ristya.

Di depan Arin tampak Dinda, salah satu siswi yang cukup populer di sekolah mereka. Gadis  yang baru saja menggebrak meja itu, kini tampak geram menatap Arin yang tidak sengaja menumpahkan minuman di seragamnya.

"MAKSUD LO APA HAH? NGGAK PUNYA MATA LO! BAWAIN MINUM GITU AJA GAK BECUS!" bentak Dinda pada Arin yang semakin menunduk. Tak berani menatap Dinda yang wajahnya kini sudah memerah, marah.

"Ma... maaf Di...nn..." cicit Arin, suaranya bergetar.

"LO PIKIR KATA MAAF LO BISA BERSIHIN BAJU GUA, HAH!

Bukan hanya Juna. Makanan didepan orang-orang yang ada dikantin itu pun seolah tak lagi menarik. Digantikan drama dadakan Dinda yang sebenarnya sering terjadi. Tapi tetap saja mengundang keingintahuan mereka semua.

Juna sendiri sebenarnya tak begitu tertarik. 'Bodoh! Itu hanya hal kurang kerjaan. Tapi mereka semua seolah menonton film layar lebar.' Sarkas Juna dalam hati. Tapi melihat adegan berikutnya, ia rela menjadi bodoh. Seperti apa yang selalu ia pikirkan tentang orang-orang disekitarnya.

Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang